Epilog

2.6K 29 19
                                    

Bonus

Writer Fact.

1. Sebenarnya, awalnya Mira adalah pemain bulu tangkis yang terinspirasi dari kisah Susi Susanti yang tetap bermain walau sudah menikah.

2. Beberapa istilah Ilmiah bisa dicari digoogle.

3.  Semua nama tempat, nama sekolah, adalah fiksi. Hanya beberapa saja yang asli.

4. Terima kasih untuk abang Maxim yang bertarif murah.

5. Terima kasih bagi yang sudah vote dan membaca ceritanya.

6. Ini cerita selanjutnya yang sedang digarap. Semoga nggak hiatus dan sandal penulis tak putus ditengah jalan.

 Semoga nggak hiatus dan sandal penulis tak putus ditengah jalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Trailernya :

Lalu kaki Ahras mendarat di halaman belakang sebuah rumah yang cukup megah ditengah perkebunan sawit. Ahras melihat dari jendela, terlihat seorang wanita yang cantik jelita. Parasnya putih dengan hidung mancung ala noni-noni belanda. Bibirnya tipis menyuratkan semburat senyum yang dapat menawarkan segala racun sendu di alam dunia. Rambutnya hitam kemerahan berombak, sebahu yang sangat terawat. Wanita itu mengenakan handuk kimono dan mengusap rambutnya dengan handuk ditangannya. Sepertinya Wanita itu baru selesei mandi,

"Ia selalu membuatku jatuh cinta setiap kali memandangnya." Bisik Ahras seraya membuka pintu kaca itu.

Wanita itu terkejut. "Ahras, tutup tubuhmu!" Ungkap wanita itu seraya berlari dan mengaitkan handuknya ke pinggang Ahras.  Namun Ahras menolak memakai handuk itu.

"Melanie," Ahras meraih pergelangan tangan Melanie dan memeluk pinggangnya—memposisikan mereka seperti sedang berdansa.

"Hei, tutupi tubuhmu. Ini dapur, Sinta dan Santi bisa melihatmu!" Melanie berseru.

"Hehehe,,, mereka sudah ribuan kali melihatku." Ahras bergurau seraya mengangkat tubuh Melanie. Kedua kaki Melanie terangkat dari lantai dan mengikuti irama Ahras yang berdansa berputar.

"Tapi mereka masih anak-anak!" Cecar Melanie terperangkap dalam cengkeraman Ahras. Pinggangnya tertekan dan buah dadanya yang membusung menempel di dada Ahras yang bidang.

"Hmn,,, apa ada anak-anak berusia Empat ratus tahun." Bisik Ahras sembari mengecup pipi Melanie. Lalu Ahras menaikkan Melanie ke sebuah meja kayu di ruang makan. Kedua tangan Ahras menyingkap kimono Melanie yang hanya di kunci dengan untaian tali kain. Sehingga kedua buah dada Melanie yang mengkal tersaji di hadapan Ahras.

"Ahras, kau mau apa!?" Cegah Melanie karena ia baru saja mandi.

"Mauuuu!" Ahras yang bernafsu seakan ingin menerkam buah dada Melanie.

"Tadikan sudah! Ahras!" Cegah Melanie, namun Melanie tak sanggup untuk mencegah Ahras. Sehingga bibir dan jemari Ahras mengerjai puting susu Melanie. "Auhhhh,,, Aaahhhhrass,,, akuhhh sudaaahhh manndii!" Bisik Melanie memohon ampun.

"Nanti mandi lagi, kumandiin!" Ucapan Ahras seraya memainkan kedua tangannya di buah dada Melanie.

Lalu, suara kepakan sayap terdengar memasuki ruangan tempat mereka bermesraan. Ya,,, itu Santi si burung enggang yang memasukk ruangan karena pintu kaca tak tertutup. "Upsss,,, maaf, sepertinya kalian sedang sibuk." Ungkap Santi yang bertengger di punggung kursi.

MIRAMAXWhere stories live. Discover now