31

2.3K 48 4
                                    

"Gak mau, aku tak mau dimasukin!" Tulisku seraya merogoh celana dalam dan merasakan liang kewanitaanku yang terasa sakit jika tertusuk sesuatu.

"Ihhh,,, enak lho!" Balas Doni.

"Gak enak, sakit." Tulisku lagi.

"Tapi nanti enak lho." Goda Doni di chat malam mereka.

"Nggak, nggak mau! Punyamu besar!" Aku berganti menggoda Doni.

"Masa' sih punyaku besar." Balas Doni.

"Ayolah, kapan?" Ajak Doni.

"Nanti aja setelah turnamen. Aku lagi fokus." Aduh, kenapa aku malah menjanjikannya.

"Beneran?" Ucap Doni.

"Beneran apanya?" Sumpah, aku tak yakin dengan pernyataanku tadi.

"Habis turnamen. Kita gituan!" Argggghhhhh,,, aku tak sanggup berkata tidak. Tapi aku juga tak sanggup menerima resikonya. Wajahku termenung sesaat membayangkan bagian kewanitaanku terkoyak oleh batang kejantanannya. Sungguh, membayangkan saja aku tak pernah.

"Ihhh,,, sudah ah, aku mau tidur? Besok berangkat pagi!" Tuntasku seraya mematikan smartphone dan menutup wajahku dengan selimut. Besok adalah hari keberangkatan.

Menurut berita, kami berangkat satu bus dengan para suporter. Perjalanan akan semakin seru, namun menurutku benar kata Rosa. Kita para pemain akan cenderung begadang dan tidak bisa beristirahat. Tetapi,,, lihat saja besok.

"Bu, aku berangkat dulu!" Sapaku setelah driver ojol itu berhenti di depan rumahku. Aku memesan ojek karena aku membawa barang yang cukup berat.

"Iya, hati-hati!" Ibu melepasku dengan biasa saja, karena dari dulu aku sering ikut turnamen yang kadang seminggu baru pulang kerumah. Ibu sangat percaya padaku karena ukuranku. Sewaktu kecil, aku selalu dididik berani dengan siapapun. Jadi tak ada yang berani menjahiliku.

Di dalam bus, aku hanya duduk termenung disamping Rosa. Bagian belakang adalah para suporter yang rata-rata adalah cowok. Mereka bermain gitar dan bermain bersama. Memang benar, suasana berisik membuat kami sulit tertidur. Aku melihat kebelakang dan Doni duduk di pojok paling belakang. Ia juga termenung karena tak ada yang mengajaknya bermain. Mungkin ia sendiri yang memutuskan untuk menyendiri. Kubuka smartphone dan mengirimkannya pesan. Tetapi sebelum itu, aku mengambil foto selfie untuk menghiburnya.

"Sayang lagi ngapain😘?" Tanyaku. Sesaat kemudian ia membalas.

"Nggak lagi ngapa-ngapain. Sempit dan berisik banget disini😩😫." Balasnya.

"Ya, itulah. Salah sendiri ikut." Kirimku.

"Katanya mau jagain kamu.😍😘." Jawabnya romantis. Dulu aku mengira, Doni adalah pria yang ketus. Sekarang ia berubah romantis seperti ini.

"Ih, masa' sih!😍🥰" Aku terenyuh dengan pernyataan. Setelah sekian lama, aku menemukan seseorang yang membuat tubuhku bergidik ngeri ketika mengingatnya. Aku seperti ingin mengakhiri turnamen ini dan berduaan bersama.

Malam tepat pukul 11 malam. Kami sampai di penginapan. Sayangnya, para pemain dan penonton dipisahkan karena kapasitas penginapan tidak cukup. Aku langsung beristirahat bersama tim. Aku tidur berempat dengan Rosa, Agnes dan Riska. Semua terlelap karena Pak Rama meminta kami untuk cepat beristirahat.

Tepat jam 6 pagi, Melly membangunkan kami. Kami semua terbangun untuk melakukan senam dan peregangan pagi. Udara pagi di kota metropolis memang kurang bagus untuk atlit seperti kita.

Tepat di jam 8 kita berangkat ke Arena. Tempatnya sangat ramai sehingga membuat kakiku bergetar. "Ini Arena yang biasa digunakan untuk Event Internasional!" Ucap Pak Rama menjelaskan.

MIRAMAXWhere stories live. Discover now