32

2.8K 65 7
                                    

"Eh,,, kamu pandai berbohong karena sudah berpacaran dengan Doni ya?" Rosa dan Agnes menyerangku ketika kami sudah berada di hotel dan bersiap-siap melakukan perjalanan pulang.

"Eh,,, itu nggak!" Aku mengelak. Namun Rosa memiting leherku agar aku mengaku.

"Agnes, periksa WA-nya?" Perintah Rosa.

"Siap!" Agnes menyetujui.

"Woi! Jangaaaaann!" Jeritku karena mungkin Agnes akan membaca chat mesumku dengan Doni. Agnes sudah memegang smartphoneku.

Lalu,,,

Bruaaakkkk! Tiba-tiba pintu terbuka. Kapten Melly menyerobot masuk dengan wajah sangar-nya. Agnes menghempaskan Smartphoneku kekasur dan bersiap. Berikut juga dengan Rosa yang melepaskanku. Aku sempoyongan karena disiksa oleh mereka.

"Kalian sedang apa?" Tanya Melly serius.

"Mnnn,,, nggak kapten, kami,,, mnnnn,,, itu." Baik Rosa yang tomboi dan pemberani sekalipun takhluk dengan tatapan Melly.

"Karena kita juara, pihak sekolah memberikan kita hadiah tiga hari untuk pariwisata, dan karena Pulau Bali dekat dari sini. Maka kita akan ke Pulau Bali. Selamat!" Ungkap Melly singkat dan datar.

"Yeaaaahh! Bali!" Kami bertiga bersorak gembira mendengar itu. Aku ingin segera menghubungi ibu untuk meminta ijin.

Namun,

"Mira," panggil Melly. "Ikut denganku?"

Kami semua terdiam. Melly berbalik dan mau tak mau aku harus mengikutinya. Langkahku kaku dan kedua sahabatku itu tak mampu menahanku. Bahkan jika diperbolehkan, aku bisa menukar liburanku ke Bali dengan pertemuan dengan Melly secara pribadi ini. Ketika aku keluar pintu, aku menoleh ke arah Rosa yang memberiku tanda. Ia menyilangkan tangannya ke lehernya, mengisyaratkan bahwa saat ini adalah akhir dari hidupku. Jantungku berdegub kencang ketika Melly membawaku ke sebuah balkoni terbuka di area hotel itu. Dibawahnya ada kolam renang tempat beberapa pengunjung lain bersenang-senang. Aku masih terdiam menerka apa yang akan terjadi padaku.

"Bisa kamu jelaskan padaku!?" Melly bertanya, aku yakin soal Doni.

"Eh, itu. Kemarin itu, mnnn,,, aku demam panggung." Gumamku terbata-bata dan mengelak.

"Bukan itu," Melly menyela. "Soal adikku, Doni?"

"Mnnn,,, kalau itu,,, aku,,," Aku tak sanggup mengakuinya. Apalagi mengakui kalau aku berpacaran dengan Doni dihadapan kakak kandungnya.

"Sudahlah Mira," Melly menepuk pundakku. "Aku juga cewek, aku juga pernah naksir seseorang. Rasanya mungkin seperti dirimu. Mau dengar ceritaku?" Melly berkata seolah ia bukan Melly. Ia berkata seraya tersenyum, senyum yang jarang kulihat.

"Mnnn,,," aku masib canggung.

"Doni menyimpan foto-fotomu. Dan salah satunya dijadikan wallpaper di komputernya." Ungkap Melly. Ya, aku juga tahu. Bahkan aku juga melihatnya. Ucap Batinku.

"Sepertinya, adik kecilku menyukaimu. Alangkah baiknya jika nanti kamu kencan dengannya. Kamu bisa datang kerumah kami, dan makan malam bersama keluarga. Atau nanti saat pariwisata ini, kamu bisa mengajaknya jalan-jalan. Adikku pasti senang akan hal itu. Mengingat selama ini ia selalu disibukan dengan buku-bukunya." Ucapan Melly seakan merentangkan setiap asaku yang pernah pupus. Aku tak menyangka Melly sendiri yang memintaku untuk mengencani adiknya.

Aku masih terdiam karena menahan malu yang teramat sangat. "Oh, aku lupa. Seharusnya Doni yang mengajakmu, bukan kamu yang mengajak Doni. Ok, nanti kuminta dia untuk mengajakmu jalan. Doni adalah salah satu Fan-mu." Kata Melly kusambut dengan senyuman dan anggukan saja. "Oh, aku temui Doni dulu, oke!"

MIRAMAXOnde as histórias ganham vida. Descobre agora