26

2.6K 60 15
                                    

Ia mungkin sedang melihat mataku yang sayu. Wajahku memerah padam dan desahan nafasku begitu hangat terasa.

"Kau pengen!?" Tanyanya lirih.

"Mnnn,,," gumamku seraya mengangguk pelan. Entah apa yang kupikirkan, tadi siang aku yang memaksa Doni untuk membantuku senam lantai agar Doni menginginkan tubuhku. Namun kini terbalik, Doni ingin membantuku senam, dan aku menginginkan sentuhannya. Semua berubah begitu saja tanpa pemikiran yang matang.

"Jangan disinihhh!" Bisik Doni sembari mendorong tubuhku. Ia menarik salah tanganku. Aku menyahut celana panjang serta jaketku. Entah, mau kemana kita. Namun sesaat setelah menuruni tangga. Doni memelukku erat dan menekan wajahnya ke buah dadaku.

"Mau dikolam renang?" Bisiknya lirih sembari memainkan buah dadaku dengan mulutnya. Ia membuka mulutnya lebar-lebar seakan buah dadaku adalah roti yang empuk.

"Hehhh,,, mnnn,,, aku nggak bawa baju gantiiiihhh." Ujarku.

"Telanjang ajah!" Ungkapnya sambil meniti leherku dengan bibirnya. Aku tak sanggup lagi menyembunyikan rasa geli yang kualami.

"Mnnn,,, geli ahhhh." Desahku genit. "Nggak ah, dikolam dingin."

"Ayooh, kekamar ajahhh!" Doni menarik lagi tanganku sehingga celana jeans dan jaketku terjatuh. Aku memungutnya dan mengikuti langkahnya. Oh,,, kenapa diriku. Kenapa aku terjebak ditempat seperti ini. Begitu kamar Doni tertutup, ia langsung mendorongku ke dinding dan mencoba menciumku. Tubuhnya yang pendek membuatku harus menunduk. Bibir kami saling bertemu satu sama lain. Belum lagi, tangan Doni meremas kedua buah dadaku yang terbungkus sportbra. Hal itu membuat puting susuku tercetak karena sportbra tidak memiliki pelindung busa. Jari telunjuknya menyentuh tonjolan itu. Sehingga membuatku semakin tak berdaya dibuatnya.

Ia melepaskan ciumannya dan sedikit membuatku bernafas. Posisiku yang terhimpit di dinding pintu membuatku dapat merasakan Doni menggerakan pinggulnya dan mencoba menggesekan sesuatu di selangkanganku. Benda tumpul yang mengeras itu terkadang membuatku merinding dan juga membuatku penasaran.

Aku mendorong tubuh Doni yang terus-terusan mengerjaiku. "Aku mau lihat punyamuuhhhh!" Getaran suaraku terdengar jelas. Kudorong tubuhnya hingga terbaring dikasur. Lalu dengan sekali tarikan, aku melihat sebuah batang kejantanan yang mencuat begitu saja. Warna hitam kemerahan dengan bulu halus di pangkalnya. Selain di video, aku belum pernah melihat itu secara langsung.

"Uhhh,,, jangannn, tuhkan tegang!" Ungkap Doni dengan bangganya.

Doni menarik tubuhku yang masih terpana dengan bentuk itu. Ia menyuruhku duduk disampingnya dan membimbing tanganku untuk mengelus bayang kejantanan itu.

Pertama aku merasa jijik. Tapi,,,

Bentuk keras diiringi dengan rasa hangat membuatku penasaran dengan barang itu. "Ihhh,,, jangan dielus kayak gitu." Gerutu Donis seraya memintaku untuk mencengkeram dan mengocok batang kejantanan itu. Walah hanya seperti itu, rasanya tanganku bergerak dengan sendirinnya. Doni kembali berbaring dan mendesis merasakan rasa yang tak bisa kujelaskan.

Doni menarik tubuhku agar sedikit berbaring. "Mnnn,,, buka." Bisiknya sembari menyingkap tangtopku tapi tak berhasil.

Aku yang sudah penasaran hanya bisa membuka tangtop sekaligus BeHa-ku. Lalu, "Ssshhhh,,, auhhhh!" Bibirku mendengus sengau karena gerakan bibirnya seperti mengunyah buah dadaku. Lidahnya menyentil bagian sensitif itu. Bagian dimana selama ini kusembunyikan. Namun kini menjadi kudapan kesukaannya. Entah seperti apa bentuk wajahku, aku mendesis tak karuan diiringi bibirku yang kugigit sendiri. Badanku gatal seakan menahan penyakit lama yang kupendamkan.

"Mnnnn,,, ayang!" Bisikku tak karuan karena aku tak tahan. Gerakan tanganku di bagian kejantanan itu membuatnya kewalahan. Rasanya hangat menjurus panas. Terkadang juga pinggulnya bergerak karena menahan sesuatu.

MIRAMAXWhere stories live. Discover now