28

2.5K 53 8
                                    

Semenjak kejadian itu, aku semakin nakal. Nakal dalam artian berhubungan dengan Doni. Setiap malam, Doni memintaku untuk mengirimkan foto tak senonoh. Begitu juga dirinya.

"Yang, nungging donk! Aku mau dari belakang!" Tulis Doni lewat pesan WA.

"Ihhh,,, sakitlah dari belakang, enak apa di lubang eek!" Jawabku manja. Posisiku yang berbaring miring di Kasur membuatku ngeri. Aku mencoba membelai belahan pantatku agar merasakan apa yang dikatakan Doni.

"Ya, nggak di lubang itulah😫. Lubang yang satunya😍." Balas Doni.

"Emang nyampai apa? Pantatku kan semoks!" Jawabku menggoda. Jemari tanganku memasuki belahan pantatku dan menemukan liang senggamu yang mulai lembab. Aku dapat merasakannya di tanganku karena aku mengenakan daster. Sehingga bagian bawah hanyalah celana dalam tipis saja.

"Ya, nyampailah. Punyaku kan besar dan panjang!😎" Tulisnya.

Aku semakin tak tahan dengan chatnya. "Mauuuuu🥴!"

"Mau apa yang?" Balasnya.

"Mau ituuuhhh,😩😫?" Aku merayu, memang saat ini tubuhku bergairah. Setiap kata-katanya membuatku semakin tenggelam dalam nafsu belaka.

"😝😜🤪," ungkapnya.

Emoji itu membuatku salah tingkah. "😏apaan melet-melet. Pengen jilat ya?"

"Mau, sini apanya yang mau dijilat!" Ungkapnya. Entah kenapa? Aku menyingkap dasterku dan memperlihatkan belahan dadaku kepadanya. Pesan itu segera ditanggapi olehnya.

"Mau dijepit situ.🥺" Balasnya.

"Dijepit apanya?🤭" Aku mencoba memancingnya.

Doni mengirimkan gambar kepadaku. Gambar berupa batang kejantanan yang cukup besar miliknya. Aku bergidik ketika melihat otot-otot mencuat di sepanjang batang berujung tumpul itu. "Mnnn,,, kok kirim gambar itu sih." Balasku.

"Kenapa emang?" Ia bertanya.

"Kan aku jadi pengen." Godaku. Sebenarnya, aku ingin sekali. Bahkan jika di dunia ini hanya kami berdua, sudah pasti aku akan berlari kerumahnya dan memeluk tubuhnya. Merasakan sentuhannya sepanjang malam, dan menikmati kehangatan pagi berdua. Namun kini aku hanyalah hal tabu yang hanya bisa bermimpi suatu saat nanti.

"Hahahaha,,, ayo bobok yang, sudah jam 1. Besok mau latihankan?" Balas Doni.

Astaga, memang benar. malam ini sudah jam 1 pagi dan aku tak sadar telah menghabiskan waktu dengannya melalui chat WA.

"Yah,,, padahal baru mau inihhh!" Balasku lagi menggoda sembari memeluk gulingku. Aku berkhayal bahwa guling itu dirinya. Jika itu dirinya, sudah pasti bibir tak akan tinggal diam. Bibirnya akan menghisap puting susuku sehingga membuatku gelagapan. Punggulnya akan menggesek selangkanganku hingga basah kuyup.

"Sudah, tidurlah yang. Besok bangun pagi, latihan. Kapan emang turnamen ke Surabaya?" Ungkapnya.

"Dua minggu lagi. Sayang jadi ikutkan?" Tanyaku. Dalam turnamen itu, SMK kami menyediakan dua buah bus. Bus pertama untuk pemain, guru pendamping, dan orang tua yang ingin ikut. Lalu Bus kedua berisi siswa lain untuk menjadi suporter. Setiap bus berisi lima puluh orang.

"Kalau orang tua sih. Pasti ngijinin. Tapi aku belum ada pikiran untuk berbicara dengan Melly. Bagaimana kalau dia tanya kenapa aku ikut ke Surabaya?" Ungkapannya sedikit membuatku tersinggung. Karena ia masih takut mengakuiku sebagai pacarnya di hadapan kakak perempuannya. Namun aku sadar, jika Melly mengetahui. Mungkin akan mempengaruhi psikologis di tim volley. Belum lagi, Rosa dan Agnes akan mengolokku karena berpacaran dengan pria pendek seperti Doni.

Aku mulai mengetik, "Ayang bilang saja padanya kalau ikut untuk menjaganya. Melly-kan pernah bilang, Jagalah aku😏, seperti kamu menjaga ibu dan kakak perempuanmu."

"Masuk akal juga!" Ketiknya cepat. "Tapi ia pasti mengolokku karena akan mengira aku naksir denganmu. Kan dia lihat foto di komputerku."

"Kan emang sayang naksir sama aku🤔😘😍!" Balasku menggoda.

"Ihhh,,, muaahhh😘, yaudah tidur dulu, besok aku coba pikirkan cara terbaik untuk mencari alasan." Tulisnya.

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

"Mira, awas!" Teriak Siska yang melompat dari belakang. Tubuhnya menabrak tubuhku yang tak fokus akibat terlalu lelah.

"Mira, kenapa kamu pukul. Lepaskan bolanya, biar Siska yang memukul!" Melly mengomel karena sebenarnya bolanya bukan untukku. Ia mencoba memancingku untuk melompat sehingga para Blocker melompat didepanku. Namun bola itu menuju ke arah Siska yang juga bersiap memukul.

"Ayo, ayo, sis. Koordinasi dan komunikasi!" Pak Rama mencoba untuk mengembalikan irama permainan. Walau hanya minigame. Namun disinilah kita bisa mengetahui kebiasaan pemain masing-masing.

Alhasil, tim kami kalah. Padahal, di tim kami ada aku dan Melly yang selalu bisa diandalkan. "Mira, bisa ikut bapak sebentar." Pak Rama memanggilku dengan senyuman hangat layaknya Oppa Korea. Aku tak cnggung lagi dengan pak Rama, karena aku sudah mengetahui seluk beluknya.

Kami berjalan ke tepi dan rekan yang lain kembali ke ruang tim. "Kemari, duduklah disini." Pak Rama sengaja menyepikanku agar ia bisa mengorek informasi dariku.

"Ada apa denganmu Mira?" Tanya Pak Rama yang duduk disampingku. "Apa kamu chatingan di WA sama pacarmu sampai larut malam? Biasanya Chat sampai malam itu, menjurus ke gitu-gituan lho. Hehehehe!"

Aku terkejut ketika pak Rama mempunyai intuisi tentang itu. "Eh, pak,,, mmmnnnn,,," aku tak sanggup mengakuinya. Namun ketika mendengar itu, pipiku memerah seperti buah Apel Australia.

"Cerita saja Mira? Siapa tahu aku bisa membantumu? Aku juga bisa jaga rahasia." Ungkap Pak Rama.

"Ya pak, aku chatingan dengan pacaranku." Kataku berterus terang.

Pak Rama menatapku secara serius namun terkesan menggodaku, "berarti chatingannya menjurus ke gitu-gituan kan?"

"Iiihhhh,,, kalau itu rahasia." Aku tak ingin begitu saja memberitahu kebenarannya. Lalu aku memandang ke gedung lantai tiga tempat kelasku berada. Bibirku kembali menggetarkan suara, "tapi selama ini, orangnya enak diajak ngobrol. Jadi kalau chatingan dengannya, aku merasa terhibur dan waktu terlewat begitu saja. Terkadang aku ingin sekali di dekatnya setiap saat."

"Mnnn,,, coba kamu berduaannya saat istirahat siang, atau jalan pulang bareng. Itu lebih sehat daripada chatingan sampai malam, menurutku?" Saran Pak Rama sembari menekuk lengannya.

"Tapi, mnnnn,,, tak ada yang tahu kami berdua pacaran." Ujarku. "Kami sembunyi-sembunyi selama ini."

"Hahahaha,,, Mira, Mira. Emang seberapa spesialkah dia sampai kamu menyembunyikannya, terutama dari aku." Pak Rama mencoba menggodaku. Aku merasa berbicara dengan pak Rama membuatku lebih tenang dan terang. Pak Rama selain seorang pelatih, ia juga enak diajak curhat. Saran dan Solusinya selalu tepat.

"Tak mungkin, mnnn,,, karena,,," Aku ingin mengatakannya, "Karena pacarku adalah Doni. Dia adalah adik kandung dari Kapten Melly. Jika ia tahu, maka Psikologis dari tim volley akan berpengaruh."

Pak Rama berdiam sejenak mendengar pengakuanku. "Baiklah, mnnnn,,, mungkin,,, kamu bisa mengakuinya setelah turnamen ini." Ungkap Pak Rama yang sepertinya tak menemukan solusinya. "Mandilah dan masuk ke kelas sebelum berbunyi."

MIRAMAXWhere stories live. Discover now