21

2.5K 55 10
                                    

"TERNYATA KAMU MEMILIH DIRINYA DARIPADA DIRIKU!!!"

Aku kepikiran dengan bunyi notifikasi pesan WA dari Doni tadi. Sepertinya ia marah besar karena aku tak menghiraukannya seharian. Aku tak sadar bahwa Pak Rama membawaku ke suatu tempat yang seharusnya bukan menjadi tujuanku.

"Nah, kita makan dulu disini." Ujarnya sembari melepas helmnya.

"Eh, pak tapi,,," aku berbisik malu kepadanya.

"Nggak apa, nggak usah bayar. Ini restoran pacarku." Jantung sekarang berhenti berdebar. Ternyata, rasa penasaranku akan pria tampan yang sebenarnya cocok denganku tergantikan. Pak Rama ternyata sudah mempunyai pacar dan pacarnya membuka restoran. Walau hanya restoran ayam goreng, namun desainnya terkenal baik dengan tata letak meja yang cenderung lesehan.

Aku ingin segera menghubungi Doni, namun pak Rama malah menarikku ke dalam. "Ayok, cepat. Diluar panas!"

"ENAKNYA DIBONCENG PAKAI MOTOR BESAR!" Doni mungkin sudah berapi-api. Aku tak sanggup membuka seluruh pesannya. Lagi-lagi, pak Rama mengalihkan perhatianku.

"Duduklah disini, aku temui pacarku dulu." Ungkapnya yang menyuruhku duduk dimeja. Meja lesehan membuat orang yang bertubuh tinggi seperti kami sulit untuk makan.

Aku ingin buka, tidak, buka, tidak. Aku buka sekarang, atau nanti. Sudah pasti aku akan membuka. Kubuka pesan WA dari Doni. Aku tak sanggup membacanya satu persatu. Dari istirahat pertama, istirahat kedua, sampai jam pulang aku tak menghiraukannya. Sekarang si bocil ini semakin menjadi-jadi.

Aku hanya membalas, "sedang apa?" Lalu aku terkekeh pelan dan menutup smartphoneku karena pak Rama sudah tiba dengan membawa. nampan berisi minuman jeruk lemon yang dihias indah.

"Lemon sangat cocok untuk atlit seperti kita." Ia sama seperti Doni yang pintar, namun bedanya postur tubuhnya tinggi menjulang dan tampan. Aku ingin melihat seberapa cantik pacar Pak Rama. Sudah pasti ia cantik mempesona dan seksi, sehingga pak Rama tergoda olehnya.

Pak Rama duduk di depanku sembari mencicipi minuman jeruknya. Aku menyembunyikan smartphoneku di balik meja sembari membaca pesan dari Doni. "PAKAI TANYA PULA? KAMU ITU SEDANG APA? KNP BARU BALAS PESANKU."

Dengan cepat jemariku mengetik, "lagi makan sama pak Rama dirumah makan milik pacarnya?" Kulihat Doni sudah diluar kendali. Jadi aku matikan senyapkan saja ponselku.

"Bagaimana tanganmu?" Pak Doni bertanya padaku. Aku yang sedari tadi tertunduk malu mencoba untuk menjulurkan tanganku. "Tenang, pacarku selain seorang pemilik resto juga Terapis yang bisa menyembuhkan tangan terkilir. Sebentar lagi ia akan kemari?"

"Oh ya pak. Kebetulan sekali kalau begitu." Ungkapku. Mungkin karena inilah aku dibawa kemari oleh pak Rama. Hanya saja, aku masih penasaran dengan pacar pak Rama.

Lagi-lagi, ponselku bergetar. "ENAK SEKALI KAMU MAKAN DENGANNYA TANPA MEMBALAS PESANKU."

Tangan kananku menyelip dan membalas Doni dengan cepat. "Aku balas kok pesanmu."

Lalu aku kembali ke Pak Rama, yang mencoba membuka perban di telapak tanganku. "Sakit!" Aku merasakan lembut tangan pak Rama.

"Mm, sedikit pak." Ucapku terbata.

Tak lama, seseorang muncul dari dapur. Seseorang pria bertubuh tinggi dan sama tampannya dengan Pak Rama. Namun ia lebih kekar dari pak Rama. Ia mengenakan baju kaos tanpa lengan sehingga membuat ototnya terlihat sempurna. Aku menduga ia adalah saudara atau teman pak Rama yang juga atlit Volley.

Namun,,,

"Hey, honey!" Ujar pria entah kepada siapa? apakah kepadaku.

"Hey," pak Rama menjawab duluan. Aku tak sanggup melihat hal ini. Mereka berpelukan di hadapanku dan merangkul satu sama lain. Lalu pria itu mencium pipi Pak Rama. Sungguh, betapa patah hatinya aku karena mengira pacar pak Rama adalah perempuan cantik yang digambarkan sebagai seorang wanita pengusaha yang berwatak keras namun ramah. Ternyata yang dimaksud pacar oleh Pak Rama adalah seorang Pria yang sama tampan dengannya. Oh,,, peradabanku memang ketinggalan jauh karena baru pertama kali aku bertemu dengan pasangan sejenis.

"Ini Mira, kenalin pacar bapak, Yoseph." Pak Rama menyuruhku untuk berkenalan. Sehingga mau tak mau aku menjulurkan tanganku dan tersenyum manis.

"Eh, ambil makanannya, Honey." Ungkap Yoseph.

"Ih, kamu aja kali yang ambil." Pak Rama menolak.

"Yaudah, kita ambil berdua aja." Yoseph menyimpulkan. "Eh, Mira tunggu disini bentar ya?"

Mereka lalu berjalan beriringan sembari merangkul satu sama lain. Dalam kesempatan ini, aku mengarahkan kameraku mereka berdua. Aku ingin memberitahu Rosa dan Agnes. Bahwa idola mereka yang katanya datang dari negeri gingseng itu ternyata tak tertarik dengan wanita.

Karena keterkejutan itu, aku lupa bahwa Doni mengirimkan pesan WA yang berbunyi, "MANA MUNGKIN DIA PUNYA PACAR. DIA SUDAH MENGINCARMU UNTUK JADI PACARNYA! KALAU KAMU MAU, PACARANLAH DENGANNYA. AKU SADAR DIRI!"

"Ngomong apa sih?" Balasku, lalu kutimpa dengan foto pak Rama yang baru saja kujepret dengan kamera smartphoneku. "Eh, ternyata pak Rama pencinta sesama jenis😅. Romantis banget mereka😍 nggak kayak kita, berantem terus. 🤔"

"Kamu bercanda?" Balas Doni.

"Nggak sayang, serius, aku lihat sendiri." Ungkapku. Astaga, sepertinya aku sudah kembali ke tingkat normalku. Seharusnya aku masih dalam mode merajuk kepadanya. Ah,,, sudahlah. Sekarang atau nanti, sama aja.

"Nanti pulangnya aku pesenin Maxim, mau?" Tanya Doni.

"Nggak tau, paling diantar pak Rama pulangnya." Jawabku.

"Duduknya jangan mepet-mepet!" Doni memperingatkan.

"Emangnya kenapa?" Tanyaku penasaran.

"T3tekmu kena punggungnya!" Perkataan Doni cukup kasar. Itu karena ulahku terlalu vulgar terhadapnya.

"Oh, Pak Rama tak tertarik dengan benda itu." Balasku. "Nggak kayak kamu?"

"Eh, enak aja." Ia menggerutu. "Sayang tuh yang nempelin."

"Itu nggak sengaja." Jawabku.

"Nggak sengaja kok terus-terusan." Cetusnya.

Beberapa saat kemudian mereka berdua keluar dengan membawa nampan berisi makanan untuk kita bertiga. "Nah, ini yang spesial untuk Mira." Yoseph terlalu ramah untuk pria setampan itu, menurutku.

"Ah. Makasih kak." Balasku.

"Eh, nanti aku kasih salep buat tanganmu. Jangan gunakan untuk angkat berat dan jangan berada di tempat yang dingin. Mengerti?" Pak Yoseph ternyata sudah diberitahu bahwa telapak tanganku terkilir.

Setelah makan, Yoseph melihat tanganku. Lalu ia memeriksa sela-sela jari dan pangkal jari. Lalu ia memeriksa punggung tanganku, "Sini sakit?" Yoseph bertanya.

"Sakit kak. Auhhh!" Jawabku.

"Kamu itu jatuh atau berkelahi, Mira!?" Yoseph sepertinya tahu dimana letak lukaku dan sebabnya.

"Mnnn,,, itu sebenarnya." Aku tak sanggup untuk mengatakannya. Namun pak Rama menimpali.

"Cerita aja Mir, kami pintar jaga rahasia kok."

MIRAMAXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang