14. Ishara yang dingin

30 4 0
                                    

Bukannya tak peduli tapi aku hanya ingin melakukan apapun dengan ketenangan.

*

*

*

Ishara Yogaswara

*

*

🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️

Ishara. Cowok dengan tatapan dingin itu sekarang sudah dirumahnya setelah berkumpul dengan temannya, pukul 10 malam dia sampai dirumah. Keadaan rumah dimalam hari begitu dingin seperti suasana hatinya. Dia memasuki rumah dengan helaan nafas kasar. Melangkahkan kaki jenjangnya dengan langkah sedikit oleng karena dia merasa lelah, berjalan menuju kamarnya dilantai 2.

Ishara memang sering pulang terlambat bukan karena dia anak nakal tapi itu karena . . . . .

Brakkkk . . . . . . .

"APA YANG KAMU LAKUKAN?!"

"PAH DIA SIAPA?!"

"PAPAH SELALU BILANG JANGAN PERNAH NYENTUH BARANG APAPUN PUNYA PAPAH?!"

"DIA SIAPA PAH?!"

"DIA SEKRETARIS PAPAH!"

"KENAPA HARUS PEREMPUAN? PAH!"

Langkah kakinya terhenti saat berada di anak tangga pertama, pandangan matanya dipenuhi dengan tatapan kecewa, memandang tempat asal teriakan itu. Tangannya terkepal berusaha meredam amarahnya mendengar teriakan dua orang yang membuat suasana yang tadi hening dipenuhi suara teriakan itu. Inilah mengapa dia selalu pulang larut malam dia tidak ingin mendengar kebisingan dirumahnya.

Bukannya tak peduli tapi Ishara benar-benar sudah muak mendengarkan semua itu.

Ibunya yang selalu prosesif yang membuat ayahnya kesal. Iya, Ishara juga merasakannya tapi dia selalu tenang jika harus menghadapi sifat posesif ibunya. Ibunya memang selalu berpikir negatif tentang ayahnya yang sama sekali ayahnya tak melakukannya. Selingkuh. Iya, itulah yang selalu ibunya khawatirkan terhadap suaminya Nathan Yogaswara, ayah Ishara.

"Pah kamu mau kemana?!"

"Keluar,"

Ishara melihat ayahnya keluar kamar dengan kondisi marah dengan membawa laptop kerjanya ditangan kanannya. Saat turun tangga ayahnya berhenti ketika tau Ishara sudah dirumah berdiri di anak tangga pertama, Ayahnya menatap Ishara lamat dengan dada naik turun tangan kiri yang semula dikepal mulai dilepaskan perlahan. Ishara memandang wajah ayahnya yang penuh kemarahan. Tanpa berbicara mereka saling menatap penuh arti, entahlah hanya mereka yang tau apa yang mereka katakan hanya dengan tatapan dingin keduanya.

"Ishara kamu baru pulang?!"

Suara itu membuat Ishara dan ayahnya tersentak dari lamunannya. Itu suara Isna ibu Ishara yang sudah dibelakang ayahnya hendak mengejar suaminya, Nathan. Dengan wajah terkejut Isna berdiri kaku menatap Ishara penuh dengan perasaan takut.

Nathan menoleh kebelakang mendapati Isna, istrinya yang sudah dibelakangnya. Menghela nafas kasar, kembali menghadap ke depan lalu melanjutkan langkahnya melewati Ishara tanpa berbicara apapun dengan perasaan kesal.

Ishara menatap kepergian ayahnya dengan tatapan dingin lalu kembali memandang ibunya yang masih berdiri diatas.

Isna terlihat berpura-pura tersenyum itu terlihat dari raut wajahnya, turun tangga untuk menghampiri anak tunggalnya itu. "Sayang! Ara baru pulang?!" Isna sudah berdiri dihadapan anaknya yang lebih tinggi darinya, tapi karena posisi Ishara di anak tangga pertama bawah ibunya menjadikan tinggi mereka hampir sama.

Lima PandhawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang