36. Sekarang yang berjuang Aksay

33 2 1
                                    

Aku sudah terbiasa hidup dengan mereka suka duka selalu bersama jika salah satu dari mereka pergi, bagaimana aku bisa menjalani kehidupan selanjutnya?- Aksay.

*

                                  

                                

🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️


                                     
                 
      
                                      
               

           
                          
       
       
                         
           

.

"Kaivan dia masuk ke rumah sakit, dia koma,"

"Javas pergi dari Vasíleio,"

"Kavy sekarang entah dia ada dimana?"

"Aksay bantu gue . . . Tolong!"

"Haah . . . benar kata Javas, gue emang nggak berguna Say,"

Aksay memejamkan matanya seraya mengingat kata-kata dari Ishara kemarin malam sampai dia tak bisa tidur karena mengingatnya. Saat bicara ditelepon suara Ishara terdengar gemetar dan sangat lemah penuh dengan rasa khawatir pada anggota- nya, tapi apalah daya Aksay dia tidak bisa melakukan apa-apa saat ini. Aksay merasa tak berguna melihat keadaan kakinya yang sekarang membuatnya putus asa.

Sejenak Aksay membuka matanya kembali memandang keadaannya yang sekarang membuatnya tak berguna. Dia menghela nafas. "Maaf Ra . . . gue nggak bisa lakukan apa-apa," ujarnya dengan helaan nafas.

Duduk sendiri diranjang dengan keadaan kaki yang cedera membuatnya merasa . . . apa yang pernah dia lakukan di kehidupan lalu sampai dikehidupan sekarang dia harus mengalami seperti ini? "Apa yang harus gue lakukan sekarang?" ujarnya mendongkak menatap langit-langit kamarnya dengan bibir yang gemetar menahan air matanya yang sejak tadi ingin jatuh.

Beberapa hari ini setelah pulang dari rumah sakit dia harus menggunakan kursi roda untuk melakukan semua kegiatannya dan sebelum penyembuhannya selesai dia tidak diperbolehkan kemana-mana oleh dokter.

Kaki yang sekarang di pasang pen itu selalu ia pandang, betapa menyedihnya sekarang dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu temannya. Dia tidak marah atas keadaanya sekarang dia hanya marah karena dia tidak bisa membuat temannya mengerti, bahwa kita akan kuat saat kita bersama.

Saat ini Aksay terus menahan air matanya agar tidak terjatuh dia sudah berusaha untuk menahannya tapi air matanya ini mungkin tak sepemikiran dengan pikirannya tapi satu pemikiran dengan hatinya yang sudah hancur ketika mendengar teman-temannya memiliki masalah.

Satu tetes air bening dari matanya akhirnya terjatuh membuat dia tambah bersedih, rasa sakit yang berasal dari kakinya yang cedera sepertinya masih bisa ia hiraukan tapi rasa sakit yang berasal dari luka teman-temannya sudah tak bisa ia hiraukan.

Aksay menghela nafas berat perlahan menghapus air matanya, menatap kedepan letak pintu kamar berada. "Javas gue nggak akan pernah maafin lo, nggak akan pernah . . . karena lo berani-beraninya udah nyakitin kakak gue," ujarnya dengan penuh penekanan disetiap kata-nya.

"Kaivan gue nggak akan biarin lo seperti ini," ujarnya menggelengkan kepalanya. "Dihari yang sama gue kecelakaan, elo harus kehilangan orang yang paling elo cintai dan lindungi. Gue inget dihari yang sama juga lo cerita sama gue bahwa orang yang paling lo cintai dan hargai itu nyokap lo dihari itu juga lo kehilangannya," Aksay menghela nafas untuk kesekian-kalinya.

Lima PandhawaOnde histórias criam vida. Descubra agora