33. Suatu hari bersama Ishara

20 3 0
                                    

Bersama mereka membuatku tau arti kebersamaan, aku sangat bersyukur takdir mempertemukanku dengan mereka yang membuat hidupku penuh dengan kebahagiaan- Ishara

*
          
                     
 

       

🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️
 

              
                                    
     
                   
                             
    
            
            
                       
         
             
                 

"Selamat pagi semua!"

Suasana kelas XII IPPA1 yang tadi ramai dibuat hening ketika seorang guru perempuan masuk dan memberi sapaan yang terdengar datar pada anak muridnya itu.

"Pagi!" sorak seluruh siswa.

Terlihat guru itu berjalan masuk ke kelas dengan buku tebal yang ia bawa, dia berjalan ke arah meja guru lalu meletakan bukunya dimeja. Dia menghela nafas kasar lalu berjalan ke tengah menghadap para muridnya.

Guru itu menatap para muridnya. "Anak-anak! Ibu mendapat kabar kalo salah dua dari teman kita mendapatkan musibah," ujar guru itu menghela nafas pelan, mereka semua yang disana dibuat bertanya-tanya atas perkataan dari guru itu.

"Ibu harap kalian bisa berdoa untuk mereka, semoga mereka diberi kesabaran dan ketabahan,"

"Emangnya ada apa bu?" tanya salah satu murid perempuan yang duduk dipojok kanan.

"Aksay ada dirumah sakit kakinya cidera dan Kaivan harus kehilangan sosok ibunya untuk selamanya," ujar guru itu ikut bersedih.

Semua murid saling bertanya-tanya bagaimana itu terjadi? apakah Aksay baik-baik saja? bagaimana keadaan Kaivan saat ini? bisa jadi itu yang ditanyakan seluruh siswa karena suasana kelas jadi ramai sekarang.

"Baiklah semuanya! kita mulai pelajarannya!" ujar guru itu menghentikan kebisingan kelas.

Disaat yang lain sibuk bertanya-tanya, Lima Pandhawa tanpa sikembar itu duduk dengan menampilkan wajah lesu. Terlihat Kavy terus menatap ke samping letak tempat duduk si kembar yang sekarang kosong dia menghela nafas kasar lalu kemudian dia menghadap ke depan, berharap bisa fokus belajar.

Terlihat juga Ishara yang terus menatap ke depan dengan tatapan kosong dan Javas yang duduk di sebelahnya dengan tangan kiri menyangga dagunya dan tangan kanannya sibuk memutar-mutar pulpen dengan jarinya, dia sangat bosan sekarang.

"Ra!" panggil Javas pada Ishara, dia menghentikan permainannya menoleh ke arah Ishara.

"Heem," jawab Ishara dengan deheman.

"Kaivan masih di markas?" tanya Javas menatap Ishara yang masih fokus ke depan.

"Iya," jawab Ishara singkat.

Javas menghembuskan nafas gusar dia mengalihkan pandangannya ke depan. "Kemarin gue dirumah sakit bareng bokapnya Aksay, jagain Aksay!" ujarnya seraya menulis sesuatu yang tertulis dipapan tulis saat guru itu menerangkan.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Ishara menoleh pada Javas.

"Mulai membaik,"

"Gue nemenin Kaivan dimarkas bareng Kavy, takut dia melakukan hal yang bisa membahayakan dia," ujar Ishara menjelaskan lalu kembali menatap ke depan.

Javas menghentikan kegiatan menulisnya dia mendongkak. "Ya Ra!" ujar Javas setuju. "Enggak tau sekarang?" terkanya menoleh ke Ishara. "Dia sendirian, dia orangnya nekat!"

Lima PandhawaWhere stories live. Discover now