30. Menunggu dan Menanti [Aksay]

17 3 0
                                    

Bagaimana aku bisa menjelaskan semuanya aku sulit menjelaskan bahwa aku merindukannya dan entah mengapa aku ingin menunggu dan menantinya walaupun dia telah melukaiku- Aksay.

*

*

Selama ini perjuanganku tidak berguna untuknya tapi sebisa mungkin aku akan membuat dia melupakannya- Sadya.

  

🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️

 

 

 

Di sunyi-nya jalan di dinginnya malam disebuah jalan panjang terlihat seorang pemuda tengah mengendari motor sport-nya dengan kecepatan rata-rata terus menghadap ke depan fokus pada jalanan yang ia lewati. Pemuda itu Aksay yang sekarang tengah mengendari motor sport-nya hendak pulang kerumah setelah tadi bersama temannya di cafe.

Menatap jalanan yang pada pukul 9 malam ini sudah sepi di jalan yang ia lewati saat ini. Mata Aksay terus fokus menatap ke jalan tapi walaupun matanya fokus ke jalan pikirannya fokus ke arah lain. Entahlah apa yang dipikirkan Aksay saat ini. Setelah bermain bersama temannya di cafe dia tiba-tiba memikirkannya, memikirkan orang yang sudah harus dipikirkan.

"Ngomong- ngomong gue nggak pernah lihat si Sadya ngejar lo Say,"

"Itu dah lama sih!"

Karena perkataan Javas dan Kaivan itu Aksay terus memikirkan gadis yang sejak lama mengejarya. Sadya, tapi entah mengapa Sadya sudah lama tak mengejarnya. Tapi kenapa Aksay harus memikirkannya? padahal dia tak menyukai gadis itu. Kenapa dia sejak tadi memikirkannya? saat fokus mengendarai motornya saja dia terus membayangkan gadis itu.

Selang beberapa menit Aksay sampai didepan rumahnya melepaskan helm full face nya dan menatap ke depan letak rumah besarnya berada.

"Kenapa gue jadi merasa bersalah sama Sadya dan kenapa gue malah memikirkannya?" batin-nya dengan pandangan ke depan. Masih berada diatas motornya.

"Enggak- Enggak!" ujarnya mengelengkan kepalanya cepat. "Lo nggak boleh suka sama bocil itu. Enggak!"

Tapi kenapa Say?

"Hati gue masih ingin menunggu dia," ujarnya lirih.

"Dania," lirihnya tak sadar.

Aksay terkejut dengan perkataannya sendiri lalu menutup mulutnya sendiri. "Enggak! lo nggak boleh nyakitin Sadya cuma karena cewek yang udah nyakitin lo nggak boleh lo harus lupain Dania, harus!"

Selang beberapa menit setelah melawan pemikirannya sendiri dia turun dari motornya dan mulai melangkahkan kaki-nya ke dalam rumahnya. Dia melangkahkan kakinya dengan santai saat sudah berada didalam rumah dia menghentikan langkahnya ketika ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.

"Aksay,"

Aksay menoleh ke asal suara, "Papah," kejutnya ketika ia mendapati ayahnya yang berdiri didekat pintu.

"Baru pulang?" tanya-nya dengan nada suara datar menatap Aksay dengan tatapan kemarahan.

Susah payah Aksay menelan ludahnya sendiri. Menatap ayahnya dengan sedikit rasa takut. "Ya ampun pasti gue mau dimarahi lagi," batin-nya. "Iya pah! ma- maaf Aksay terlambat pulang," ujarnya lalu membalikan badannya ingin kembali melangkahkan kakinya ke anak tangga menuju kamarnya tanpa memperdulikan ayahnya yang sepertinya hendak marah padanya.

Lima PandhawaWhere stories live. Discover now