🦆Duapuluh Tiga

360 38 3
                                    

Happy Reading!

🦆🦆🦆

Akaashi terdiam menatap lekat ke arah istrinya yang tengah menyiapkan makanan bersama Bi Yumi. Di depannya ada Keina yang juga tengah memandang sang Mama, menunggu sarapan paginya datang.

Kening Akaashi sedikit mengerut mendapati perubahan dari istrinya.

Bukan, bukan lagi marah atau ngambek, sepertinya ada yang berbeda dari istrinya ini.

Terlihat semakin...cantik?

Seksi?

Iya tapi bukan itu yang lebih menonjol. Sepertinya bentuk tubuh (Name) berubah. Padahal walaupun sering makan dan ngemil, setahunya (Name) tidak mudah naik berat badan. Tapi yang buat bingung itu...perut (Name) terlihat buncit.

Apa karena dia terlalu sering membelikan istrinya itu jananan manis dan makanan berkalori ya?

"Kenapa Mas? "

(Name) mendudukkan diri di samping Akaashi setelah menata makanan selesai.

Akaashi terdiam, sedikit takut untuk bertanya. Karena setahunya bentuk badan merupakan hal yang sensitif bagi perempuan jika di sebut.

"Emm..."

"Kenapa sih? Ada yang salah sama masakannya? Atau sama aku? " tanya (Name) semakin kebingungan.

"Kamu jangan marah ya."

Kening (Name) mengerut, "Marah kenapa? Mas buat salah? Atau Mas khilaf lagi? "

Akaashi menggeleng, tangannya terulur memegang perut (Name) dan mengelusnya membuat sang empu terkejut dan bersemu malu karena bukan hanya mereka berdua di ruang makan, tetapi ada Keina, Bi Yumi dan Pak Nazaki juga yang ikut sarapan bersama pagi ini.

"Perutmu buncit, aku jadi bingung dan sedikit berharap kalau ini karena ada adeknya Keina, bukan karena aku keseringan beliin kamu jajanan manis dan berkalori." tutur Akaashi yang tanpa menyadari tubuh (Name) yang menegang.

(Name) berdehem, malah keterusan lupa memberitahu Akaashi yang sebenarnya.

"Me-memang ada adeknya Keina kok..."

Mereka yang ada disana serentak melebarkan bola mata terkejut lalu berseru syukur. Keina bahkan langsung turun dari kursinya dan menghampiri (Name), memiringkan kepalanya menempel pada perutnya.

"Disini benelan ada adeknya Keina??? " tanya Keina sangat antusias. Sebenarnya Keina sudah tahu sih kalau Mamanya sedang hamil, tapi karena ia belum terlalu mengerti tentang hamil itu, jadi ikutan kaget dan antusias juga saat tahu bahwa hamil itu artinya dia akan punya adik.

Akaashi sampai tak tahu harus bereaksi seperti apa. Yang tanpa dia sadari, cairan bening mengalir dari pelupuk matanya. Jantungnya berdegup kencang, darahnya berdesir hebat, ada perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Senang, syok, haru tercampur menjadi satu.

"I-ini beneran, sayang? " tanya Akaashi membuat (Name) terkekeh melihat air mata laki-laki itu. Namun ia malah ikut berkaca-kaca karenanya.

(Name) mengangguk meyakinkan Akaashi, "Benar kok. Waktu kita ketemu di rumah sakit hari itu, aku datang karena periksa ke dokter kandungan." jelasnya.

Perasaan Akaashi semakin dibuat campur aduk. Ia bahkan kembali merasa bersalah saat mengetahui fakta itu. Disaat istrinya datang untuk memeriksa kandungan, ia malah menemani wanita lain yang juga tengah mengandung. Padahal janin yang di kandung oleh (Name) adalah kecebongnya.

Akaashi kembali memeluk (Name) dengan erat, kembali melontarkan kata maaf berulang kali membuat suasana di ruang makan itu menjadi sedih.

"Maaf maaf maaf maaf maaf maaf... maafin aku... maafin aku..."

PERFECT HUSBAND || AKAASHI KEIJI X READERSWhere stories live. Discover now