Psychopath In Love III

7.4K 310 41
                                    

Happy Reading
Banyak Typo

⚠️AWAS MUAL SAAT MEMBACA⚠️

Waktu berlalu begitu cepat, kini Gracia sudah melahirkan kedua anak kembarnya dengan Shani, dan anak-anak mereka sudah berusia 5 tahun. Shani dan Gracia merawat kedua anak mereka dengan kasih sayang yang tiada tara, mereka juga memanjakan anaknya.

Zeandra Putra Natio anak pertama Shani dan Gracia, memiliki sifat yang sama dengan Shani. Christy Putri Natio anak kedua atau si bungsu di keluarga Natio, jarak lahirnya Christy dan Zeandra hanyalah lima menit saja, namun meskipun begitu Christy tetap memanggil Zeandra dengan sebutan Abang. Jika Zeandra memiliki sifat yang sama dengan Shani, lain halnya dengan Christy, si bungsu keluarga Natio itu memiliki sifat yang sama dengan Gracia.

"Aban, pintunya tenapa cucah dibuta. Dedek tan mau macuk, mama cama papa pun lama cekali banunnya tan dedek lapal." Si bungsu di keluarga Natio itu berbicara dengan nada cadelnya dan ia juga sudah beberapa kali mencoba untuk membuka pintu kamar kedua orang tuanya, namun ia tak berhasil sama sekali, dan hal itu membuat dirinya kesel, ia mengerucutkan bibirnya kedepan membuat sang Abang tersenyum tipis melihat kelucuan sang adik.

"Bial Aban yang coba dek." Ucap Zeandra yang sama cadelnya dengan Christy, sang adik pun menggeser tubuhnya membiarkan Abangnya itu untuk membuka pintu kamar kedua orang tua mereka.

"Cklek."

Pintu itu pun terbuka membuat sibungsu terbengong, dalam pikirannya kenapa mudah sekali buat abangnya untuk membukan pintu itu.

"Malah benong, ayo macuk dek. Kita banunkan papa cama mama." Zeandra menarik tangan sang adik membawanya masuk kedalam kamar orang tuanya.

"Benelan macih tidul dek," sesampainya di dekat ranjang orang tuanya, Zeandra dan Christy melihat kedua orang tua mereka masih tertidur pulas sembari berpelukan.

"Tundu apa lagi, ayo kita banunkan mama cama papa." Kemudian Christy mencoba untuk naik keatas ranjang orang tua mereka, meskipun sedikit susah akhirnya si bungsu di keluarga Natio itu berhasil menaiki ranjang.

"Eh,eh, eh tamu mau napain dek." Panik Zeandra melihat sang adik yang sedang mengambil ancang-ancang untuk melompat ke atas tubuh orang tua mereka.

"Mau banuni mama cama papa lah bang, kok Aban masih nanya sih."

"Tapi butan gitu caralanya dek."

"Bialin bang, talau ndak gini mama cama papa pasti ndak mau banun nanti." Benar juga yang di katakan sang adik, Zeandra pun ikut menaiki ranjang itu, lalu memegang tangan sang adik.

"Kalau begitu kita cama-cama lompat ya, dalam hitungan ketiga kita lompat." Zeandra pun memberi titah lalu mulai menghitung.

"Catu, dua, tiga."

"Hiakk."

"Bruk."

"Ahk."

Kedua pasangan suami istri itu pun seketika terbangun saat kedua anaknya melompat ke tubuh mereka yang membuat keduanya merasakan sedikit sakit.

"Mama, Papa, bangun." Kedua saudara itu belum mengetahui jika orang tua mereka sudah bangun, keduanya terus menggerak-gerakkan tubuh mereka di atas tubuh Shani dan Gracia.

"Mama sama Papa udah bangun tau." Gracia menahan tubuh putrinya agar tidak bergerak lagi.

"Ada apa? Kok pagi-pagi begini kalian udah ada di kamar mama sama papa, hmm." Gracia mengelus rambut putrinya itu yang saat ini tengah memeluk lehernya.

"Ishh, ini cudah ciang ma," Christy mengangkat kepalanya dan menatap Gracia sedikit kesal. Apa kata mamanya tadi, masih pagi? Padahal ini sudah hampir jam 9. Gracia pun melirik jam yang berada di atas nakas dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat jam yang menunjukkan jam 9 kurang.

GRESHANWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu