3. Selamat Datang Mimpi Buruk

218 59 39
                                    

"Kamu masih beruntung, Ri, anak lain bahkan dinodai sama ayahnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu masih beruntung, Ri, anak lain bahkan dinodai sama ayahnya sendiri. Bahkan ada yang dihilangkan nyawanya sama orang tua sendiri. Yuk, bangun, Ri. Daripada kamu sedih-sedihan, lebih baik tanya ke Miss Susian kenapa kamu nggak diikutsertakan Olimpiade kali ini."

Pagi ini Rinai bicara sendiri ketika sedang bercermin. Ia sudah rapi mengenakan seragam sekolahnya. Parfum dengan aroma caudle baby, Rinai semprotkan pada bagian leher, balik telinga serta lengannya.

Tak ada Rieke mau pun Adli ketika Rinai menyantap sarapan. Keduanya sudah pergi sejak pagi buta tadi katanya.

"Kangen ke Kak Raisa jadinya kalau kayak gini, telpon bentar kali, ya?" Rinai mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya, ia lantas memanggil kontak bernama Kak Raisa. Berdering beberapa saat, panggilan itu diterima Raisa.

"Hallo, Dek. Tumben pagi-pagi nelpon, Dek. Ada apa?" Di seberang sana Raisa seperti sedang mengeringkan rambut, ada deru suara hair dryer.

"Kangen aja ke Kakak, kapan pulang, Kak? Kuliah lagi sibuk-sibuknya, ya?"

Raisa yang kuliah di luar kota, pulang hanya satu bulan sekali. Berbeda dengan Rinai yang selalu jadi bahan pelampiasan amarah Rieke dan Adly, Raisa justru diperlakukan bak ratu.

"Jangan ke situ, Beb, awas."

Samar-samar Rinai mendengar Raisa bicara pada seseorang. Pikiran Rinai jadi ke mana-mana, dengan siapa Raisa di indekosnya kini.

"Kak, Kakak lagi apa, sih? Aku ganggu banget, ya?" tanya Rinai mengepalkan tangannya saat mendengar bisikan seorang pria yang ia tangkap dalam sambungan telepon itu.

"Udah dulu, ya, Dek. Mingdep Kakak balik, Kok. Kakak lagi siap-siap ke kampus, ada presentasi pagi ini." Raisa bahkan memutus panggilan secara sepihak membuat Rinai mengembuskan napas pelan.

"Padahal aku kangen banget ke kakak," gumam Rinai lantas memilih beranjak saja.

***
Sepulang sekolah, Rinai masuk ke ruang guru mencari Miss Susian. Rinai tanyakan pada wanita tersebut kenapa kali ini dirinya tidak diikutsertakan dalam Olimpiade.

"Kamu kenal, kan, sama Pak Dasa? Pasti kenal, toh?" Miss Susian menurunkan kacamatanya.

Rinai mengangguk, Dasa adalah kawan Adli pun Rieke. Mereka bernaung di bawah partai yang sama dalam dunia politik.

"Temui beliau saja saat ini, datang saja ke rumahnya. Beliau yang akan menjelaskan semua perkara ini," kata Miss Susian membuat Rinai tak mampu protes.

Dengan menaiki taksi online, Rinai mendatangi salah satu perumahan elit yang ada di Jakarta Selatan itu. Rinai tak kesulitan untuk bisa masuk ke rumah Dasa. Sepertinya Dasa memang sudah menantikan kedatangan Rinai.

"Saya langsung saja utarakan maksud kedatangan saya kemari, ya, Pak," ucap Rinai begitu santun.

"Silakan, time is money, Rinai," sahut Dasa yang membawa Rinai bicara di ruang tamu rumah mewahnya.

Rinai Terakhir (Terbit Cetak) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang