8. Ariel Meragu

182 42 41
                                    

Pagi ini Rinai sudah siap mengenakan seragam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Rinai sudah siap mengenakan seragam. Sebetulnya sudah tidak ada kegiatan belajar di sekolah, hanya ada acara class meeting dan Rinai tidak menjadi bagian di dalamnya. Akan tetapi, dia ada janji dengan beberapa guru yang memesan parfum.

"Gilak, harus banget sekolah padahal besok mau nikah?" Ariel yang baru keluar kamar dan melihat Rinai sedang memakai cardigan rajut di ruang tengah langsung saja bicara tanpa aba-aba.

"Siapa bilang aku mau berenti sekolah setelah kita nikah?" sahut Rinai melirik sebentar ke arah Ariel.

Pria itu memang enak dilihat meski kadang ucapannya menyakitkan. Ah, menyakitkan? Wajar saja Ariel seperti itu pada Rinai, toh Rinai datang tiba-tiba di hidup Ariel membawa segenggam petaka yang ia tabur di dunia pria tersebut.

Maaf, ya, Kak Ariel. Semua hanya sementara. Setelah Kak Raisa melahirkan. Aku bakal hilang dari hadapan Kak Ariel. Kak Ariel bebas bisa sama pacar Kakak lagi.

"Memang bisa, nikah tapi tetap sekolah?"

Ariel mendekati Rinai, ia berdiri di samping gadis itu. Ariel perhatikan cara Rinai berpakaian.

Nggak ada keliatan bandelnya, tapi kenapa bisa hamil? Apa dia dijebak? Ikut party terus dicekokin obat sampe nggak sadar udah dibobol seseorang?

"Nggak usah liat-liat, Kak. Terakhir cowok yang liatin aku lebih dari tiga detik, besoknya chat aku ngajak dinner," kata Rinai cukup risi diperhatikan Ariel seperti itu.

"Jangan halu, deh."

Ariel melengos begitu saja, lupa pada pertanyaannya yang belum Rinai jawab. Hari ini, pria itu akan bertemu dengan Alka di kediaman adiknya Alka. Ariel harus tahu sejauh mana Alka mempersiapkan pernikahannya.

"Aku nggak pernah halu, BTW. Mana berani aku halu," gumam Rinai lantas menenteng totebag berisi parfum.

Gadis itu kemudian mencari Ibu Rosmia ke dapur, jelas Rinai hendak pamit pada calon mertuanya itu. Ibu Rosmia menyuruh Rinai sarapan lebih dulu, tetapi gadis itu menolak dengan dalih tidak lapar.

"Kalau gitu bekal saja, ya? Roti kukus ini enak, Neng. Nanti bisa dimakan pas jam istirahat," ucap Rosmia sambil sibuk memasukkan roti kukus buatannya ke dalam kotak bekal.

Sebetulnya, roti kukus itu adalah roti tawar tanpa pinggiran yang Ibu Rosmia olesi margarin dan beliau taburi gula pasir. Selanjutnya roti tersebut dikukus selama lima menit. Rasanya jadi lebih enak. Lebih lembut.

"Nanti pulang jam berapa, Neng?"

Ibu Rosmia menyerahkan kotak bekal pada Rinai. Gadis itu tentu menerimanya dengan senyuman dan rasa bahagia. Belum pernah Rieke seperti ini. Ah, jangan gitu, Ri. Mama bahkan bertaruh nyawa untuk melahirkan kamu.

"Jam sebelas aku pulang, Bu. Ke sekolah cuman mau nganter parfum aja," jawab Rinai setelah kotak bekal masuk ke dalam tote bag.

"Berangkat dianter A Ariel saja, sebentar Mamah panggilkan."

Rinai Terakhir (Terbit Cetak) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang