12. Kabar Raisa

120 50 49
                                    

Hay, Assalamu'alaikum. Terima kasih sebelumnya sudah memilih "Rinai Terakhir" sebagai bacaan. Kalau teman-teman merasa karya ini layak untuk dibaca banyak orang, bantu aku share karya ini ke kawan temen-temen semua yang suka baca juga boleh, dooong?

Oh, ya, yang belum follow akun author, dipersilakan follow dulu, ya. Jangan lupa tambahkan "Rinai Terakhir" ke perpustakaan temen-temen atau ke reading list-nya temen-temen.

Kasih tau aku kalau ada typo, ya.

Jangan lupa berikan komentar juga untuk karya ini. Votenya juga jangan lupa, ya. Tinggal pencet bintang sampai berubah orens kurasa nggak syulit, ya, hihihi.

Kejadian di kamar Ariel membuat Rinai merasa malu sekaligus canggung tiap bertemu pria itu di waktu sarapan dan makan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kejadian di kamar Ariel membuat Rinai merasa malu sekaligus canggung tiap bertemu pria itu di waktu sarapan dan makan malam. Sudah dua hari dua malam mereka bertegur sapa seadanya saja.

Ariel sendiri menerka pasti Rinai marah padanya. Ingin langsung mengajak Rinai bicara, tetapi Ariel takut perempuan itu makin emosi.

Malam ini setelah makan, Rinai tak langsung masuk ke kamar. Ia yang pesannya baru dibalas oleh Raisa, memilih duduk di teras sambil menikmati udara malam dengan rintik hujan yang tak reda sedari siang tadi.

Kak Raisa

[Sorry baru bales, Ri. Aku ngedrop, Ri. Dua hari aku dirawat. Ini baru balik kosan tapi masih lemes banget. Jangan bilang ke papa mama soal kondisi aku, Ri]

Rinai tertawa masygul membaca pesan Raisa itu. Bagaimana mau bilang pada Adli dan Rieke, sedang kini Rinai saja tinggal jauh dari mereka.

"Kakak sama siapa di kosan? Kemarin ke rumah sakit sendirian?"

Rinai jadi punya pikiran untuk pergi saja ke Malang. Dia mampu kalau untuk membeli tiket kereta. Dirinya harus melihat kondisi Raisa secara langsung.

Kak Raisa
[Cowokku yang bawa aku ke rumah sakit, Ri. Dokter akhirnya tau aku lagi hamil. Untung pas kami ke rumah sakit, nggak ada temenku yang bisa ikut. Rahasia ini masih aman, tapi entah sampai kapan, Ri]

"Kak, aku ke sana, ya. Mumpung aku lagi libur. Aku pesan tiket sekarang juga."

Kak Raisa

[Bener, Ri, kamu mau ke sini? Aku emang bener-bener lagi ngerasa takut. Aku bingung banget, Ri]

"Iya, aku ke sana, Kak. Kakak jangan banyak mikirin yang aneh-aneh."

Setelah mengakhiri bertukar pesan dengan Raisa, Rinai masuk ke rumah. Ia datangi Bu Rosmia di kamar dan menceritakan kondisi Raisa pada ibu mertuanya itu.

"Mamah izinkan kamu pergi, Neng. Tapi, A Ariel juga harus tau. Kamu minta izin ke A Ariel, ya," kata Bu Rosmia.

Wanita itu sebetulnya merasa aneh dengan Ariel dan Rinai. Anak dan menantunya seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Saling diam dan bicara seadanya saja.

Rinai Terakhir (Terbit Cetak) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang