11. Saling Membutuhkan

120 51 62
                                    

Hay, Assalamu'alaikum. Terima kasih sebelumnya sudah memilih "Rinai Terakhir" sebagai bacaan. Kalau teman-teman merasa karya ini layak untuk dibaca banyak orang, bantu aku share karya ini ke kawan temen-temen semua yang suka baca juga boleh, dooong?

Oh, ya, yang belum follow akun author, dipersilakan follow dulu, ya. Jangan lupa tambahkan "Rinai Terakhir" ke perpustakaan temen-temen atau ke reading list-nya temen-temen.

Kasih tau aku kalau ada typo, ya.

Jangan lupa berikan komentar juga untuk karya ini. Votenya juga jangan lupa, ya. Tinggal pencet bintang sampai berubah orens kurasa nggak syulit, ya, hihihi.

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

Dua hari Ariel tidak pulang, alasan yang dia berikan adalah dirinya banyak pemotretan dengan klien. Bu Rosmia sempat marah-marah pada Ariel, tetapi Rinai berusaha meyakinkan wanita itu bahwa Ariel memang benar-benar sedang bekerja.

"Jangan dianggap kalau Kania kirim foto-foto nggak jelas ke Teteh."

Sore ini, Danish bicara pada Rinai yang sedang mengemas parfum pesanan pelanggannya. Baru saja Danish melihat insta story Kania penuh dengan foto Ariel.

"Tau dari mana kamu kalau mbak-mbak itu kirim aku foto?" sekilas Rinai melirik Danish, mereka berada di ruang keluarga kini.

"Nebak aja, aku yakin cewek itu pasti melakukan berbagai cara biar pikiran Teteh terkecoh." Danish menatap intens pada Rinai. Ia sangat salut pada kegigihan kakak iparnya itu.

"Tenang aja, Nish, aku selalu lawan kalau dia kirim aku chat."

Rinai bernapas lega, sepuluh botol parfum selesai ia kemas. Sesaat lagi bisa dia antar ke tempat ekspedisi.

"Bagus, Teh. Btw, jangan panggil aku Nish. Berasa banget nama aku Anisa," celetuk Danish membuat Rinai tertawa.

"Ya, ya, ya, Dan. Danish!"

"Teh Riri cantik, sayang kita nggak seumuran. Kalau seumuran, aku ikhlas nikahin Teteh."

Ucapan Danish itu membuat Rinai melempar pemuda itu dengan bantal kursi. Untuk selanjutnya Rinai mengusir Danish membuat adik iparnya itu lari membawa tawanya.

"Makasih, ya, Danish, mamah ... udah bikin aku bisa merasakan kehangatan keluarga," gumam Rinai lantas ia membawa keranjang berisi parfum yang telah dikemas untuk segera dirinya antar ke ekspedisi.

Malamnya, Ariel pulang ketika para penghuni rumah baru selesai makan. Bu Rosmia tak begitu baik merespon sapaan Ariel, pun Danish. Keduanya tampak marah pada pria itu.

"Mamah sama Danish pada kenapa, deh, Ri?" tanya Ariel pada Rinai yang sedang mencuci piring, sedangkan Danish dan Bu Rosmia memilih ke kamar.

"Mana aku tau, Kak? Kak Ariel mau aku siapin makan, nggak? Aku buatin spageti mau?"

Rinai Terakhir (Terbit Cetak) Where stories live. Discover now