i. ー beginning

696 48 9
                                    

Bagaimana rasanya mempunyai panic attack? Atau, selalu merasa panik kapanpun dan dimanapun. Seolah-olah kalian tidak bisa menghindari perasaan itu. Kedua perasaan itu selalu muncul dengan sendirinya, atau lebih tepatnya susah dikendalilan. Itulah yang dirasakan (Name) Ryuhei.

Gadis bersurai cokelat tua itu kini sudah menginjak umur 16 tahun, lebih tepatnya ia akan memasuki SMA. Kehidupan yang biasa biasa saja, pikirnya.

Paling ia akan belajar, belajar, belajar dan belajar. Tidak ada yang special di hidup (Name). Ia menjalani hidupnya sendiri, tidak diatur oleh siapapun. Kedua orang tuanya? Terlalu rumit jika dijelaskan.

Orang tua (Name) tidak tinggal dengannya. Dulu ia tinggal bersama neneknya, tapi karena suatu peristiwa, neneknya meninggalkan dunia ini dan berakhir mengerikan.

Kenapa (Name) tidak tinggal dengan orang tuanya? Entahlah, mereka hanya sibuk bekerja dan bekerja. (Name) lebih memutuskan tinggal bersama neneknya yang saat itu masih ada. Tapi sekarang, ia tinggal bersama para pembantunya yang siap sedia mengurus (Name).

Menurut dirinya sendiri, ia tidak terlalu sempurna. Ia sering kali menyakiti dirinya sendiri demi melampiaskan kecemasannya dan kadang juga mengutuk dirinya. Dan berakhir dengan goresan silet di pergelangan tangannya.

Gadis itu sudah diperingati berkali-kali, baik oleh para pembantunya, maupun ibunya sendiri. Tanggapannya? (Name) hanya mengangguk seolah terbiasa. Tatapan matanya kosong, seolah tidak ada kehidupan didalam dirinya.

🥢

[ Senin, 16 Juli ]

Awal lembaran baru, tidak. (Name) hanya berusaha melanjutkan hidupnya. Ingin hidup lebih lama karena pesan dari neneknya.

“Hiduplah lebih lama jika ingin mencapai sebuah kebahagiaan.” Kira-kira itu yang dikatakan neneknya kepada (Name).

(Name) memasuki gerbang sekolahnya, SMA Karasuno. SMA yang biasa saja menurut (Name), karena di SMA ini penghargaan yang mereka capai hanya dari ekskul volly saja. (Name) tidak peduli dengan itu, lagipula (Name) tidak menyukai olahraga.

Masuk kedalam kelas, sudah ramai oleh siswa yang sedang mengobrol dan bercanda. Mata (Name) melirik sana-sini untuk mencari tempat duduk yang kosong. Tapi, hanya tersisa satu. Kedua dari belakang, terlebih lagi disamping jendela.

(Name) menghela napas dan berjalan untuk duduk. Dibelakangnya, duduk seorang laki-laki berambut pirang yang sedang menidurkan kepalanya dimeja dengan menggunakan headphone.

Musik apa yang ia dengarkan?

Pikiran yang pertama muncul dalam benaknya tentang laki-laki yang duduk dibelakangnya.

Sesi perkenalan dimulai. (Name) sedikit gugup, hanya sedikit. Walau kini bahu dan tangannya bergetar. Biasanya, ia sampai pingsan hanya karena panic attack. Jadi hal yang ia alami sekarang adalah “sedikit” gugup.

“Hiruka Ryuhei,” guru memanggil nama tersebut dan berdirilah seorang laki-laki bersurai cokelat tua sama seperti (Name). Tentu saja, mereka berdua bersaudara. Tetapi beda ibu. Tentu saja itu membuat Hiruka sangat membenci (Name). Tidak ada salahnya kan?

“Hiruka-desu. Salam kenal.” Hiruka dengan percaya dirinya membungkukkan badannya kepada semua murid yang ada dikelas itu. Semuanya terpana, termasuk (Name).

Tak lama kemudian, laki-laki yang duduk dibelakang (Name) dipanggil kedepan untuk sesi pengenalan.

“Tsukishima Kei. Salam kenal.” Ia juga sama membungkukkan badannya.

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Where stories live. Discover now