vii. ー boomerang?

247 37 0
                                    

“(Name)-chan, saatnya untuk konsul.” Yeena membuka pintu kamar (Name), terlihat (Name) yang sedang menatap keluar jendela. “(Name)-chan?”

“Aku mendengarmu, Yeena.” (Name) mendesah. Lagi-lagi harinya sangat monoton, kalau tidak sekolah ya konsul, kalau tidak konsul ya sekolah.

“Mei-san akan mengantarmu, jadi ia akan kesini sebentar lagi.” Ucap Yeena yang masih berdiri diambang pintu.

(Name) langsung membalikkan badan dan menatap Yeena, “Okaasan? Kenapa tiba-tiba sekali?”

Itu benar, Mei adalah ibu dari (Name). Jujur saja, (Name) tidak dekat dengan ibunya sendiri karena sejak kecil ia terus bersama neneknya.

Bukannya (Name) tidak suka ibunya datang dan akan mengantarnya untuk konsul. Tapi, (Name) merasa tidak nyaman saja jika harus bersama ibunya karena ia akan terus diinterogasi dan pastinya jika ibunya tau kalau akhir-akhir ini (Name) melakukan goresan lagi, ia pasti akan marah.

Tak lama kemudian, Mei datang dengan pakaian kasualnya. Wanita paruh baya itu memakai baju berwarna cream yang terlihat sangat cocok dengan warna kulitnya.

Begitu juga dengan (Name). Ia hanya juga memakai baju warna cream yang membuat selaras dengan ibunya.

Mei tersenyum melihat anak perempuannya dan mengelus lembut kepalanya. “Okaasan senang melihatmu dengan pakaian seperti itu. Itu membuatmu sedikit tambah dewasa.” Mei terkekeh dengan omongannya sendiri. Sedangkan (Name) hanya membalas dengan kekehan datar.

(Name) dengan Mei sudah memasuki mobilnya. Ibunya tak henti-henti berbicara sangat random, entah itu hal yang disukai (Name), atau makanan kesukaan (Name) atau juga tentang sekolah (Name) yang sekarang.

“Apa kamu sudah mendapatkan teman, (Name)?” Tanya ibunya tiba-tiba. (Name) sedikit tersentak mendengarkannya, bingung harus menjawab bagaimana.

“Aku sudah punya.”

Bohong. (Name) lebih memilih membohongi ibunya daripada membuat ibunya memikirkan hal yang lebih merepotkan, yaitu mencarikan (Name) teman.

Mei tertawa lembut tapi matanya sibuk melihat jalanan. “Tidak apa untuk berkata jujur, (Name),” Mei melirik kearah putrinya. “Okaasan tidak akan ikut campur dengan urusanmu sekarang. Sekarang okaasan mengerti, pasti sangat merepotkan bagimu jika terus-terusan okaasan ikut campur terus, kan?” Mei tersenyum kearah (Name) yang membuat matanya membentuk bulan sabit terbalik, persis seperti (Name).

(Name) menatap ibunya, tidak tau harus bereaksi seperti apa. Ada sedikit rasa senang, dan juga ada sedikit rasa hampa. Tunggu dulu, bukannya (Name) selalu merasa hampa?

“Aku serius, okaasan. Aku sudah mempunyai teman.” Entah sihir apa yang membuat (Name) mengatakan hal kebohongan kepada ibunya.

Mei sedikit terkejut mendengarkannya. “Benarkah? Seperti apa temanmu itu?”

Bagus. Bagus sekali. (Name) harus berbohong lagi sekarang.

“Dia... dari klub volly,” (Name) berusaha berpikir.

Apa-apaan ini?! Kenapa aku malah menyebutkan klub volly? Memangnya aku mempunyai teman disana? Maksudku, apa aku dan Kei-kun berteman?!

Mei dengan sabar mendengarkan lebih lanjut omongan (Name).

Baiklah, tidak ada salahnya berbohong untuk satu hari saja, kan? Lagipula, Kei tidak tau juga kalau (Name) berbohong dengan menjadikannya teman.

“Dia juga cukup pintar, dia juga memakai kacamata, jadinya sangat terlihat pintar.” Tanpa (Name) sadari, ia tertawa pelan. Pelan sekali, namun kali ini tawanya tidak dipaksa.

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang