xviii. ー the match

163 28 5
                                    

“Apa yang terjadi dengan wajahmu, Tsukishima?” Ukai bertanya saat Tsukishima baru saja datang di gymnasium Karasuno.

Ah, itu benar. Timnya tidak mengetahui tentang perkelahiannya kemarin, jadi wajar saja mereka tampak terheran-heran melihat luka lebam Tsukishima yang cukup parah.

Tsukishima tidak bergeming, bingung mau menjawab dengan alasan apa. Karena jujur saja, perkelahian yang disebabkan olehnya hanya karena masalah sepele. Jadi, mana mungkin Tsukishima mengatakan yang sebenarnya, kan?

“Tidak apa, Ukai sensei. Aku hanya dapat beberapa pelajaran kemarin.” Jawab Tsukishima dengan nada datar.

Ukai menghela napasnya, memang sulit untuk mengatakan yang sebenarnya jika orangnya adalah Tsukishima. Jadinya, Ukai lebih memilih menganggukkan kepalanya tanda paham dan beralih topik.

“Baiklah, semuanya. Sudah diketahui lawan kita Nekoma, kan? Jadi aku ingin kalian semua memakai strategi yang kita lakukan saat latihan, mengerti?” Ukai memberikan perintah layaknya seorang kapten yang memberikan komando kepada prajuritnya.

Tim Karasuno mengangguk paham apa yang dikatakan pelatihnya.

“Aku berharap kita dapat kemenangan dari Nekoma sekarang.” Ucap Sugawara kepada Daichi namun masih bisa terdengar oleh semua anggota tim.

“Hahah, aku juga berharap seperti itu,” Daichi membalas sambil tertawa. “Jujur saja, aku tidak bisa tidur semalaman karena lawan kita Nekoma hari ini.”

“Astaga, Daichi-san. Aku sangat yakin 1000% bahwa kita akan menang dari Nekoma kali ini.” Nishinoya berseru dengan semangatnya, dan dibalas anggukan oleh sahabat dekatnya, Tanaka.

Tanaka tertawa terbahak-bahak. “Kau selalu pesimis terlebih dahulu, Daichi-san.”

Semua anggota tim sepertinya sangat menantikan kedatangan tim Nekoma yang akan berlatih-tanding di gymnasium Karasuno.

Namun, Tsukishima masih tidak fokus. Karena dua hal. Satu hal yang pertama, ia memikirkan (Name)– tentu saja, karena hari ini dia tidak masuk sekolah padahal sudah berjanji akan melihat pertandingan kali ini. Dan satu hal lagi yang Tsukishima pikirkan adalah, pasti Yamaguchi akan menginterogasinya.

Tsukishima menghela napas dan melirik kearah Yamaguchi. Dan benar saja, laki-laki bersurai hijau lumut itu sedang memperhatikan Tsukishima. Itu membuat Tsukishima sedikit merinding.

Tak heran jika Yamaguchi terus memperhatikan sahabatnya. Pasalnya, dari pagi Tsukishima tidak membuka percakapan dengan Yamaguchi dan tidak mengobrol sama sekali, ya walaupun memang jarang. Dan, Yamaguchi ingin sekali menanyakan kenapa Tsukishima mendapat luka lebamnya. Yamaguchi sudah penasaran setengah mati walau rasa penasaran itu ia tahan sampai saat ini.

🥢

Pertandingan antara Karasuno dengan Nekoma berjalan dengan baik— jika disisi Nekoma. Karena, Nekoma kali ini menang untuk yang kedua kalinya.

Poin tim Karasuno hanya selisih 1 poin saja. Padahal Tsukishima sudah menganggap hal tersebut lebih dari kata ‘cukup’. Namun, si cebol Hinata dan raja Kageyama malah depresi hanya karena selisih 1 poin saja?

Itu membuat Tsukishima mual.

“Kau akan langsung pulang, Tsukki?” Yamaguchi bertanya saat Tsukishima akan melewati pintu gymnasium.

Tsukishima hanya mengangguk dan lanjut berjalan lagi.

“Seharusnya kau bercerita kepadaku.” Yamaguchi menyamakan langkahnya.

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Where stories live. Discover now