xv. ー "tomorrow"

168 33 3
                                    

(Name) sampai disekolah pukul 05:30. Sekolah masih sangat sepi dan gelap. Hanya ada suara angin yang menemani (Name).

Itu benar, (Name) masih menggunakan jaket Tsukishima. Ia memeluk dirinya sendiri karena benar saja cuaca memang sedingin ini.

Ngomong-ngomong soal jaket, (Name) memperhatikan setiap desain dari jaket Tsukishima. Ternyata ini jaket tim volly nya. (Name) tau karena terdapat logo telapak kaki dan terdapat huruf ‘ICS’ di jaket tersebut.

Tanpa disadari, (Name) tersenyum saat melihat dirinya dikaca jendela kelas yang memakai jaket Tsukishima. Walau agak oversize, (Name) merasa nyaman memakainya.

Semerbak bau Tsukishima menggerogoti lubang hidung (Name). (Name) tidak bisa mendeskripsikan bau apa ini. Mungkin menurutnya ini hanya bau minyak rambut dengan parfum khas laki-laki yang bercampur. Entah kenapa, bau tersebut malah membuat (Name) kecanduan.

Akhirnya (Name) duduk dikursi kelasnya, masih mengenakan jaket Tsukishima. Ia menghela napas dan menatap keluar jendela.

Jam pertama dimulai masih lama, mungkin seharusnya (Name) tidur dulu saja? Itu ide bagus. Lebih baik tidur untuk menunggu kelas dimulai.

(Name) pun menenggelamkan kepalanya ditangannya yang ia silangkan dimeja. Dan pada akhirnya, (Name) terbawa kealam mimpi lagi.




“Bukankah itu jaket tim volly Karasuno? Kenapa (Name) memakainya?”

“Eh? Apa mungkin ia menjadi manager di tim volly sekolah kita?”

“Hahahah, mana mungkin. Kau sudah dengar penyakitnya belum? Ia mempunyai mental issues yang parah. Jadi tidak mungkin baginya untuk menjadi seorang manager.

“Sstt, kau berbicara terlalu keras, Hiruka. Bagaimana kalau dia mendengarnya?”

“Biarkan saja, bukankah aku mengatakan fakta?”

(Name) sebetulnya mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Hiruka dengan teman-temannya. Namun (Name) lebih memilih berpura-pura tidur karena tidak ingin menimbulkan sesuatu lagi.

Tapi, memangnya kuat jika kita terus dibicarakan seperti itu? Pikiran negatif (Name) mulai menyebar. Ia sampai berpikir bahwa hanya dengan ‘memakai jaket tim volly Karasuno’ akan menimbulkan masalah baginya. Siapa tau, kan?

Posisi (Name) sudah normal. Ia mendudukkan badannya dengan tegak dan menatap keluar jendela. Kelas sudah ramai. Tapi Tsukishima belum datang?

(Name) melihat sekelilingnya. Semua teman kelasnya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tidak dengan Hiruka. Ia hanya melirik dengan tajam kearah (Name), yang tentu saja membuat (Name) tidak nyaman.

(Name) menundukkan kepalanya dan memainkan jemarinya. Haruskah ia pergi dari ruangan ini? Tapi disisi lain, (Name) ingin melawan semua ini. Didalam hati terdalamnya... (Name) berkeinginan untuk berubah.

Tapi dirinya mulai gelisah. Tangannya kembali tremor karena terus-terusan memikirkan yang negatif.

Dengan cepat. (Name) mengeluarkan pil yang ada disaku roknya dan mengeluarkan dua sekaligus, serta menelannya.

Kini (Name) kembali tenang, efek dari pil yang ia minum akhirnya bekerja. Tanpa (Name) sadari, ia memasukkan botol pilnya kedalam jaket yang ia pakai.

Tak lama kemudian, Tsukishima datang memasuki kelas dengan headphone yang sangat setia berada dilehernya.

“Kau sangat menyukai jaketku, ya (Name)?” Ucapan ‘hallo’ Tsukishima diganti dengan kalimat itu dan seringaian diwajahnya.

“Eh?” (Name) tentu gelagapan. Karena ia belum melepaskan jaket Tsukishima dari pagi. “T-tidak juga. Aku-”

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Where stories live. Discover now