iii. ー point of you

317 43 2
                                    

[ Tsukishima's POV ]

Ada apa dengan gadis itu? Aneh. Bukannya aku membencinya, tapi aku tidak suka saja dengan orang yang tidak mempunyai pendirian sepertinya.

Selalu saja menunduk dan meminta maaf padahal tidak salah. Membuatku sedikit geram saja, huh.

Aneh juga, dia tidak berangkat sekolah kemarin. Apa yang terjadi dengannya?

Aku menggelengkan kepalaku. Itu bukan urusanku. Aku tidak peduli.

“Apa? Besok latihan sampai sore lagi?” Hinata kembali berteriak kegirangan dengan Noya-san. Mereka berdua gila. Apa cuma aku yang waras disini?

Lagipula, kenapa mereka sangat antusias sekali jika latihan? Ini hanya sekedar ekskul, tidak lebih.

“Tsukishima, aku ingin kau memperkuat blokmu. Apalagi lawan latih-tanding kita adalah Dateko.”

“Baik, sensei.” Lagi-lagi diberi tugas yang merepotkan.

Sekarangpun ada ulangan Bahasa Inggris, untung aku ahli dalam bidang ini, tidak seperti Shouyou.

Aku dengan Yamaguchi kembali kekelas karena rapat dengan Ukai sensei sudah selesai.

Aku melihat (Name) yang sedang terduduk ditempatnya. Huh? Dia menangis? Aku lihat bahunya bergetar. Tunggu, tidak. Dia meminum sebuah pil, dan dia kembali tenang? Apa yang terjadi?

Aku sudah duduk dibelakangnya. dan aku menatapi rambutnya yang tergerai cokelat.

Wangi semangka.

“Eum, K-kei-kun,” gadis itu berbalik kearahku. (Name) sedang berbicara kepadaku. “Kita berdua satu kelompok untuk pelajaran Bahasa Inggris selama satu semester ini.”

“Benarkah? Aku harap kamu tidak menjadi beban bagiku. Mohon bantuannya.”

(Name) hanya mengernyitkan alisnya setelah itu mengangguk.

Kelaspun kembali dimulai.

[ Tsukishima' POV end ]

(Name) berjalan menyusuri koridor sendirian, pelajaran sudah selesai. Saatnya kembali kerumah dengan tenang. Pikirnya.

Apa-apaan sikap Kei-kun tadi? Sangat aneh.

Saat (Name) sedang mengomentati sikap buruk Tsukishima, tiba-tiba ia ditarik oleh seseorang dan memojokkannya diujung sekolah.

“Heh. Aku tidak tau kau akan sekolah disini,” Hiruka menatap (Name) dengan tatapan tajam. “Apa jalang itu yang mengirimmu kesini?”

Gomen, Okaasan, aku tidak bisa membelamu.

(Name) hanya terdiam sambil memainkan jemarinya. Hiruka mengambil botol air milik temannya dan membasuhnya keatas kepala (Name)

“Aku tau kau memang pecundang, haha.” Hiruka berjalan meninggalkan (Name).

(Name) terisak, bahunya bergetar hebat. Ia terduduk dipojokan sambil menangis. Kasihan sekali dirinya. Pasti orang-orang menganggap dirinya pecundang. Benar apa kata Hiruka. Pikir (Name).

(Name) mengelap air matanya yang terus keluar.

Aku bodoh, aku lemah. Memang sepatutnya aku tidak sekolah saja. Apa aku putus sekolah saja?

(Name) kembali berdiri dengan pelan, menuju halte untuk menunggu bus dan pulang.

(Name) memasuki rumahnya dengan keadaan pakaian dan rambutnya yang basah. Para pembantunya tidak mengetahuinya tentunya, karena mereka sibuk drngan kegiatan mereka dan (Name) tidak bersuara sedikitpun.

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang