xvii. ー the reason

166 28 6
                                    

Tsukishima pulang kerumahnya tidak bersama dengan Yamaguchi. Itu karena Yamaguchi bilang akan pergi dulu bersama Hinata ke kedai Ukai.

Tsukishima merasa malas, dan memilih untuk pulang kerumahnya.

Diperjalanan, senja diperlihatkan dimata Tsukishima. Sejenak ia berhenti untuk melihat senja. Warnanya oranye. Sedikit mengingatkan pada si cebol Hinata, batin Tsukishima.

Ia melanjutkan perjalanan menuju rumahnya lagi. Tanpa disengaja, Tsukishima bertemu dengan Hiruka dan teman satu circle nya.

Dengan cuek, Tsukishima langsung saja melewati mereka, dengan melihat wajah Hiruka, membuat Tsukishima kehilangan mood nya seketika.

“Eh? Bukannya itu pacar (Name)?” Salah satu teman Hiruka berkata seperti itu saat Tsukishima sudah tiga langkah melewati mereka. Tsukishima mencoba untuk tidak berbalik arah.

“Hahah, itu benar. Kenapa dia repot-repot ingin berpacaran dengan anak yang seperti itu, ya?” Kini, Hiruka yang berbicara.

Entah kenapa, ucapan Hiruka barusan membuat Tsukishima merasa terpancing. Ia berhenti ditempat dan mengepalkan tangannya.

“Jangan mengatakan hal itu dibelakangku, cepat katakan didepan wajahku sekarang.” Tsukishima sudah benar-benar berdiri didepan Hiruka dan teman-temannya.

Hanya dengan perkataan seperti itu, Tsukishima mudah terpancing. Namun, apa kita juga akan diam saja jika seseorang yang kita cintai dihina?

“Kau pikir aku takut padamu? Asal kau tau saja. Aku hanya mengatakan fakta.” Hiruka tak mau kalah, ia tetap berpegang teguh pada argumennya.

“Siapa juga yang mengatakan ‘kau takut padaku’, hah?” Tsukishima memasukkan tangannya kirinya kedalam sakunya dan menatap lekat lelaki yang ada didepannya ini. “Aku heran, laki-laki sepertimu bisa-bisanya merisak seorang perempuan. Dan terlebih lagi, perempuan tersebut adalah saudaramu sendiri. Dimana etikamu, bocah?”

BUGH!

Satu tonjokan Hiruka berhasil mendarat didagu Tsukishima.

Tsukishima merasa shocked dengan tonjokan yang tiba-tiba mendarat didagunya yang menyebabkan nyeri seperti dihantam bola volly.

“Kau marah sekarang? Asal kau tau saja, aku hanya mengatakan fakta.” Tsukishima tersenyum masam sambil memegangi dagunya, ia masih berusaha keras untuk tidak membalas.

Hiruka yang mendengar kalimat tersebut, merasa kesal dan meluncurkan bogemannya untuk menonjok hidung Tsukishima.

Dengan gesit Tsukishima menghindari bogeman Hiruka, karena akan berakibat fatal jika terkena hidungnya. Alhasil, tonjokan Hiruka berhasil mendarat di sudut mata Tsukishima dan langsung menyebabkan kacamatanya terlempar ke aspal.

Nyeri kali ini terasa sakit luar biasa. Tsukishima merasakan matanya seakan keluar, penghilatan Tsukishima pun sedikit berkurang dikarenakan tidak memakai kacamata, dan mata yang terkena tonjokan Hiruka mengeluarkan sedikit air.

Tsukishima sudah tidak bisa menahan dirinya, ia pun dengan cepat melemparkan tinju ke pipi Hiruka, yang langsung menyebabkan Hiruka tersungkur diaspal.

Tak mau kalah, Hiruka kembali bangun dan mendorong Tsukishima hingga tertidur diaspal, yang menyebabkan Hiruka berada diatas Tsukishima.

Tanpa ampun, Hiruka terus menonjok wajah Tsukishima. Seolah sedang melampiaskan segala kemarahannya yang ia tahan selama ini.

Tsukishima juga tidak mau kalah, ia berusaha untuk meraih kerah baju Hiruka dan mencengkeramnya dengan erat. Dengan posisi seperti itu, Tsukishima membenturkan kepalanya sendiri dengan kepala Hiruka.

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora