xxi. ー there's no reason

138 26 20
                                    

Kala itu, (Name) berjalan pulang seorang diri dari sekolah. Ia masih tidak bisa berhenti membayangkan disaat bagaimana dirinya dengan Tsukishima Kei yang menyalurkan sebuah cinta. Membayangkannya kembali saja membuat (Name) menjadi salah tingkah.

Disaat (Name) sudah sampai rumahnya. Segera, ia membersihkan badannya dan langsung menuju kamarnya. Iseng saja, ia membuka ponselnya karena siapa tau ada sesuatu yang akan membuatnya kaget. Dan benar saja, tiga notifikasi dari Tsukishima terpampang jelas dilayar kunci (Name).

Sontak (Name) menahan teriakannya. Ia tidak tau harus bereaksi seperti apa. Dengan pengalamannya yang baru saja berpacaran(?) (Name) bingung harus bagaimana.

Secara telaten, (Name) menekan notifikasi Tsukishima, dan terlihat jelas Tsukishima mengirim pesan disana.

Tsukishima :
(name)? aku harap kau pulang dengan selamat.
maaf tidak bisa menemanimu, ya karena seperti biasa. aku ada latihan.
mau jalan jalan malam?

(Name) menelan ludahnya sendiri. Ia memandangi pesan Tsukishima kurang lebih empat menit. Ada perasaan senang yang menggerogotinya, ada juga perasaan geli karena Tsukishima mengirim pesan yang begitu manis menurut (Name).

(Name) :
tidak apa, kei-kun. (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)
apa tidak merepotkan kamu jika malam malam begini pergi keluar?

Tak butuh waktu lima menit, atau beberapa jam atau sampai berhari-hari untuk mendapatkan balasan dari sang kekasih. Hanya dalam beberapa detik saja, Tsukishima sudah membalas pesan.

Tsukishima :
sebentar lagi aku pulang dari latihan. tunggu aku, ya? tidak ada penolakan kali ini, oke?
biar aku yang meminta izin kepada yeena-san.

(Name) merasakan jantungnya keluar dari tubuhnya. Bukan hanya jantung, melainkan hati, paru-paru, lambung dan organ lainnya merasa meloncat-loncat. Jadi ini perasaan sepasang kekasih?

Tanpa berpikir panjang, langsung saja (Name) mereka ulang penampilannya. (Name) hanya memakai pakaian kasual. Seperti kaos yang dibaluti cardigan, dan celana jeans senada dengan warna bajunya. Tak lupa ia juga membawa tas selempangnya dan memakai jepit bermotif bintang laut di poni kirinya.

(Name) menatap keluar jendela, melihat apakah Tsukishima sudah berada didepan gerbang rumahnya, atau belum.

Dan seperti yang ditunggu-tunggu. Sosok pria berambut pirang datang dengan jaket Karasuno-nya. Bukan Tsukishima kalau tidak ada headphone di lehernya.

Buru-buru (Name) keluar dari rumahnya untuk menyambut Tsukishima. Tsukishima yang langsung disambut oleh (Name) hanya tersenyum melihat gadis yang selama ia dambakan akhirnya menjadi miliknya.

“Sudah meminta izin kepada, Yeena-san?” Tsukishima bertanya, (Name) menggeleng. “Kalau begitu, aku akan meminta izin dulu.”

(Name) mengangguk dan segera menuntun Tsukishima menuju kedalam rumahnya.

Terlihat Yeena sedang membaca koran malam itu. Dengan umurnya yang akan menginjak 60 tahun, dibutuhkan kacamata untuk membantu penglihatannya saat membaca.

“Permisi, Yeena-san,” ucap Tsukishima. Yeena menoleh dan sedikit menurunkan kacamatanya.

“Eh? Tsukishima-kun? Ada apa?” Yeena menjawab sambil menatap bergantian kearah (Name) dan Tsukishima.

“Aku berencana akan mengajak (Name) berjalan-jalan malam ini. Apa itu tidak masalah?” Izin Tsukishima.

Yeena diam sebentar, dan kemudian mengangguk. “Tentu saja. Pastikan tidak pulang terlalu larut, ya.” Yeena tersenyum kepada keduanya. “Dan tolong jaga (Name)-chan juga.”

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang