v. ー she's weak

280 38 3
                                    

(Name) hanya membasuh wajahnya dan segera menuju kelas, ia hanya ingin tidak terlihat seperti sudah menangis. Ia cepat-cepat lari ke kelasnya dan untung saja kelas belum dimulai.

Terlihat Hiruka, hanya menatap (Name) dengan tatapan kenapa dia kembali?, tapi (Name) hanya mengalihkan pandangan dan segera duduk ditempatnya.

Semua mata tertuju pada (Name). Tentu saja, karena (Name) terlihat sangat lengket. Dengan rambut dan bajunya yang basah dan juga matanya yang lembab. Basuhan tadi tidak membantu (Name) untuk tidak terlihat seperti menangis.

Astaga, aku lupa tidak meminum pilnya. Apa aku harus meminumnya disini?

(Name) melirik untuk memastikan tidak ada yang melihat dan segera saja ia membuka botol pil itu dan menelan satu pil. (Name) pun bisa bernapas dengan lega.

Tanpa (Name) sadari, daritadi Tsukishima sudah memperhatikannya. Tsukishima nampak bertanya-tanya kenapa penampilan (Name) sekarang sangat lengket? Dan lagi, bau nya sekarang bau jeruk. Apa yang terjadi padanya?

Tsukishima mencoba mengabaikan penampilan dan bau (Name) sekarang. Tapi, ia tidak bisa. Bagaimana tidak bisa? (Name) duduk didepannya dan ini sangat menganggu dan juga menggagalkan fokusnya Tsukishima.

Jam terakhir selesai. Itu artinya, sekolahpun sudah selesai. (Name) cepat-cepat membereskan barang-barangnya dan sedikit berlari menuju keluar kelas. Ia sebisanya menghindari tatapan dengan Hiruka.

Saat (Name) sedang berjalan dilorong, perutnya tiba-tiba berbunyi. (Name) mengusap perutnya yang keroncongan karena saat istirahat tadi, ia tidak memakan apapun.

“Oi,” (Name) dikejutkan oleh suara yang memanggilnya. Siapa? pikir (Name). Ia pun berbalik dan melihat Tsukishima yang memegang hoodie disana. (Name) menatap heran.

“Kei-kun?” (Name) malah balas memanggil.

Tsukishima melempar hoodie nya kearah (Name) dan ditangkap telak oleh (Name).

“Kau akan sakit jika masih seperti itu. Sebaiknya bersihkan dulu badanmu.” Tsukishima masih berdiri ditempatnya.

(Name) menggeleng. “Aku akan membersihkan badanku saat dirumah saja.”

Tsukishima menghampiri (Name). “Disini saja, aku akan menunggumu.”

“E-eh?”

“Ayo,” Tsukishima menarik pergelangan tangan (Name), tentu saja ia meringis kesakitan mengingat goresan yang ia buat belum sepenuhnya kering. “Kenapa?”

(Name) melepaskan tangan Tsukishima yang memegang pergelangan tangannya. “Aku akan ke kamar mandi kalau begitu.” dan tidak menjawab pertanyaan Tsukishima. (Name) malah langsung meninggalkan Tsukishima.

7 menit berlalu, (Name) sudah keluar dari kamar mandi dengan memakai hoodie Tsukishima yang berwarna putih.

(Name) membungkukkan badannya. “Arigatou-gozaimasu.”

Tsukishima hanya menatapnya datar. “Apa yang dilakukan Hiruka padamu?” inilah Tsukishima, ia selalu blak-blakkan dalam segala apapun.

“A-apa maksudmu?” (Name) berpura-pura tidak tau dan menghindari kontak mata dengan Tsukishima.

“Aku tau, (Name). Kau tidak perlu berbohong seperti itu.”

“H-hiruka tidak melakukan-”

“Ia merundungmu, kan? Kenapa kau malah diam saja? Lagi-lagi diam. Tidak melawan.” Ucap Tsukishima dengan nada datar.

(Name) sedikit heran, kenapa Tsukishima peduli padanya? “Kenapa Kei-kun peduli? Bukannya ini bukan urusan Kei-kun?”

Tsukishima tersentak sedikit, (Name) benar, mungkin ini bukan urusannya, tapi Tsukishima merasa kalau ini urusannya.

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt