xi. ー her past vol.2

225 29 2
                                    

Mei keluar dari ruangan dimana tempat (Name) di rawat, ia langsung menangkap sosok Tsukishima yang sedang duduk didekat pintu ruangannya.

“Tsukishima-kun, tidak mau menjenguk (Name)? Padahal sudah jauh-jauh datang kesini.” Mei duduk disamping Tsukishima.

Tsukishima menoleh kearah Mei, “kurasa tidak sekarang.” Jawab Tsukishima.

Mei hanya mengangguk mendengar jawabannya. Mei sudah menebak seperti apa karakter Tsukishima karena hanya melihat dari penampilan dan raut wajahnya.

Ia cuek.

Tapi bagaimana bisa (Name) berteman dengan orang seperti Tsukishima? Batin Mei.

Hening beberapa detik hingga akhirnya Tsukishima membuka topik pembicaraan.

“Maaf, sebelumnya aku menanyakan pertanyaan ini. Aku tau ini sedikit lancang, tapi apa benar (Name) dengan Hiruka itu bersaudara?”

Mei hanya mengangkat alisnya dan menghela napas. “Itu benar, (Name) dengan Hiruka bersaudara. Tetapi berbeda ibu.”

Tsukishima mengerti sekarang. Ia mengerti kenapa Hiruka terus-terusan mengganggu saudaranya yang beda ibu.

“Walaupun suami saya sudah memutuskan hubungan dengan ibunya Hiruka, tapi ia tetap akan membiayai seluruh keperluannya dan hidup Hiruka.”

Lagi-lagi Mei membuka topik, Tsukishima semakin penasaran karenanya. Tsukishima lebih memilih diam dan mendengarkan ketimbang menjawab semua pernyataan dari Mei.

Seolah-olah membuka luka lama, Mei berusaha menormalkan ekspresinya dan kembali tersenyum kepada Tsukishima.

“Saya hanya berharap, mentalnya cepat sembuh. Saya tidak bisa terus-terusan melihatnya yang selalu meminum pil disaat dirinya sedang terpuruk.” Mei menatap kedepan, seolah membayangkan bagaimana sakitnya keadaan (Name) sekarang.

Tsukishima bingung, entah harus menjawab apa. Sedangkan dirinya sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk siap sedia menjaga (Name).

“Mei-san tenang saja, aku akan menjaga (Name) dan membantunya supaya bisa berhenti meminum pil.” Tsukishima melontarkan pernyataannya yang membuat Mei sedikit terkejut.

Bagaimana bisa aku mengatakan hal semacam itu didepan ibunya (Name)?! Bagaimana kalau aku tidak bisa menjaganya dan malah membuatnya semakin parah?!

Tsukishima merutuki dirinya sendiri lantaran tiba-tiba saja ia mengucapkan sesuatu yang beresiko.

Mei tersenyum. “Aku senang,” ucapnya yang membuat kedua matanya melengkung seperti bulan terbalik. “Aku senang karena ada seseorang yang peduli kepada (Name) yang melebihi diriku.”

Tsukishima kembali bingung. Memangnya ia tidak pernah memedulikan anaknya sendiri?

“Kalau begitu, saya mohon bantuannya, Tsukishima-kun.” Mei berucap sambil menatap langsung kearah mata Tsukishima.

Tsukishima hanya berpikir, akankah ia bisa menjalani janjinya sendiri? Mungkin ia sedikit ragu sekarang, tapi dilubuk hatinya yang paling dalam, ia ingin sekali menjaga (Name).

Tsukishima akhirnya mengangguk, “serahkan saja padaku, Mei-san.

🥢

Tsukishima perlahan membuka ruangan (Name), ia melihat (Name) yang hanya sedang menatap lurus kedepan. Seolah sedang kerasukan? Sebab, (Name) tidak menoleh pada saat Tsukishima memasuki ruangannya.

Ini membuat Tsukishima sedikit ketakutan, ia melangkahkan kakinya pelan-pelan ke arah (Name).

“(Name)?” panggil Tsukishima.

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Where stories live. Discover now