xxiii. ー the conflict?

130 22 4
                                    

(Name) menjadi berubah 180 derajat. Baik itu dari segi sikap, perlakuan, semuanya berubah. Ia pun bisa mengendalikan semua emosinya terkait apapun. Dan yang membuat Yeena senang adalah; panic attack nya jarang kambuh.

Awalnya Yeena juga bertanya-tanya kenapa bisa seperti ini. Namun tidak mungkin juga jika harus menanyakannya langsung kepada empunya. Dan tanpa disengaja diketahui, disaat (Name) asal menaruh ponselnya, Yeena melihat ada notifikasi masuk, dan itu dari Tsukishima. Tentu saja Yeena langsung tau, karena (Name) menamai kontak Tsukishima dengan memberikan simbol love berwarna kuning.

Yeena yang sudah tau alasannya hanya menggelengkan kepalanya sambil bergumam, “dasar anak muda.”

Sudah seminggu lewat saat (Name) menemani Tsukishima berlatih di gymnasium. Dan sudah seminggu juga Hiruka tidak masuk kelas, lebih tepatnya tidak masuk sekolah.

Terkadang, (Name) bertanya-tanya, kenapa saudaranya tidak masuk sekolah? Apa ia sakit? Jika memang sakit, apa memang selama itu? Sudah seminggu penuh Hiruka tidak masuk. Sebenarnya apa yang terjadi?

“Kau melamun lagi, (Name).” Tsukishima menjentikkan jarinya kearah wajah (Name). (Name) terperanjat karena sedikit kaget. “Aku mulai malas jika kau terus melamun. Ada apa?” Tsukishima menutup bukunya. Yah, sebenarnya mereka sedang belajar bersama dan lebih tepatnya bukan keinginan Tsukishima. Itu keinginan (Name) karena besok ada ulangan matematika.

“Tidak ada. Aku hanya susah mencerna apa yang kau jelaskan tentang rumus barusan,” jawab (Name) dengan asal.

“Bohong. Aku tau kau berbohong, (Name). Kau buruk kalau soal berbohong.” Timpal Tsukishima yang membenarkan posisi kacamatanya.

(Name) tertawa sumbang, “apa wajahku terlihat berbohong? Aku mengatakan yang sebenarnya.”

“Katakan saja, (Name). Apa yang kau pikirkan.” Keukeuh Tsukishima ingin tau.

(Name) menatap sejenak sang kekasih, dan kemudian menghela napas panjang. “Ngomong-ngomong Hiruka tidak masuk sekolah karena apa, ya?”

Mendengar pengakuan dari (Name). Tsukishima lantas mendecih pelan sambil menyenderkan punggungnya ke kursi. “Kau menanyakannya sekarang? Apa aku tidak salah dengar?”

“Aku hanya penasaran saja.” Mendengar nada bicaranya saja, sudah menunjukkan bahwa Tsukishima kesal. “Mau pergi membeli ice cream nanti sepulang sekolah?” (Name) buru-buru mengalihkan topik pembicaraan.

“Aku ada latihan. Bukankah sudah kuberi tau?” Jawab Tsukishima dengan nada datar.

(Name) menepuk dahinya. Keterlaluan, bagaimana bisa dia tiba-tiba lupa?

Dengan begitu, (Name) hanya memberikan respon dengan senyum yang terlihat bodoh dimata Tsukishima tapi sekaligus lucu.

Bel berbunyi tanda pelajaran selanjutnya akan dimulai. Semua murid memasuki kelasnya masing-masing. Tapi ada yang berbeda dengan kelas (Name) sekarang. Karena, guru yang masuk bukan guru pelajaran, melainkan guru konseling.

Semua murid langsung terdiam melihat guru konseling tersebut saat memasuki kelas. Guru tersebut berdiri ditengah-tengah papan tulis dan segera berbicara.

“Tsukishima Kei dengan Ryuhei (Name) ikut saya sebentar.” Hanya dengan kalimat se-simple itu sudah membuat kelas menjadi heboh. Semua orang mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Tsukishima dengan (Name) dipanggil?

(Name) dengan Tsukishima hanya saling memberikan tatapan bingung. Lantaran tidak tau kenapa mereka berdua dipanggil tiba-tiba.

Beberapa detik kemudian, (Name) dengan Tsukishima keluar kelas dan mengikuti langkah guru konseling tersebut. Lorong berbunyi karena ketukan sepatu mereka bertiga karena sudah sepi. Membuat (Name) sedikit takut.

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Where stories live. Discover now