viii. ー "help"

247 37 1
                                    

(Name) kembali masuk sekolah, ia sedang menuju kamar mandi karena saat ini sudah berlangsung istirahat. Ia menghembuskan napas karena tau kalau pelajaran selanjutnya adalah matematika, pelajaran yang ia benci.

Awal-awalnya biasa saja, tapi (Name) ditarik oleh Hiruka dengan cengkeraman yang kuat dipergelangan tangan (Name). (Name) tidak bisa melawan dan hanya mengikuti kemana Hiruka yang akan membawanya.

Sampai pada akhirnya, tiba dipinggir sekolah. Hiruka melepaskan cengekeramannya. “Apa yang kau katakan pada ibuku, hah? Apa yang kau katakan?!” Hiruka berteriak didepan wajah (Name).

“A-apa maksudmu?” (Name) balik bertanya lantaran tidak mengerti apa yang ditanyakan Hiruka.

“Kau hanya pura-pura polos, kan?” Hiruka kembali menanyakan pertanyaan yang tidak bisa (Name) mengerti.

“A-aku tidak tau apa y-yang kau bicarakan,” (Name) menjawab dengan nada yang sangat pelan.

Dengan mudahnya, Hiruka kembali memegang tangan (Name) dengan cengkeraman yang sangat kuat. (Name) tidak berani melawannya dan hanya bisa berteriak tapi sambil ditahan.

“Kau memberitaunya, kan? Kau memberitahu ibuku karena perlakuanku kepadamu?” Hiruka mendekatkan wajahnya kewajah (Name).

(Name) menatap Hiruka dengan tatapan takut serta bingung. (Name) merasa sangat bingung sebab ia jarang sekali berinteraksi dengan ibunya Hiruka. Tidak pernah malah.

“A-aku tidak mengatakan apapun, Hiruka.” (Name) kembali menjawab.

Kali ini Hiruka menekan pergelangan tangan (Name) dengan sangat kuat.

Tidak bisa menahan rasa sakitnya, (Name) mengeluarkan air matanya.

“Apa aku harus menyebutkannya? Kau memberitahu ibuku karena aku sering mengganggumu. Ibuku sampai marah kepadaku sampai-sampai malah membela kau daripada anaknya sendiri.” Jelas Hiruka yang akhirnya melepaskan cengekeraman tangannya.

“Kau tau apa yang akan terjadi jika terus mengganggu hidupku, kan? Apa kau mau tidak bisa tenang disekolah? Apa kau mau terus-terusan memakan pil?” Hiruka berdecih. “Aku tidak peduli sih jika kau terus-terusan memakan pil yang kau beli dengan harga yang sangat mahal itu. Aku hanya berharap kau segera overdosis karena pilnya.”

“Kau tau apa yang terjadi jika overdosis, kan?” Hiruka kembali mendekatkan wajahnya.

(Name) tidak menjawab, malah menunjukkan kepalanya sambil memegangi pergelangan tangannya yang terasa perih.

“Benar. Kau sudah mengetahuinya, kau akan mati jika meminumnya terus-terusan. Aku berharap mending kau mati saja. Supaya ibuku tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana untuk kedepannya.”

Hiruka pun pergi meninggalkan (Name) yang sedang merengek kesakitan. (Name) berjongkok sambil memegangi pergelangan tangannya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tidak pernah melakukan interaksi apapun dengan keluarga Hiruka. Apa ada orang lain yang sengaja memberitahunya?

Tangisan (Name) yang tadinya ia tahan akhirnya pecah. Ia bagaikan anak yang dibuang sebab hanya menangis sendiri.

Obachan, aku harus bagaimana? Apa aku harus mati saja? Lagipula, jika aku mati pasti tidak ada yang peduli.” (Name) menangis sambil tersedu-sedu. Rasa sakit yang disebabkan oleh Hiruka tadi tidak ada apa-apanya dengan rasa sakit yang ada dihatinya.

Bahunya kembali bergetar. Panic attack nya kambuh saat tidak ada seseorang pun disisinya. (Name) meraba sakunya untuk mengambil pil yang ia selalu bawa, tapi tidak ada.

𝐀𝐍𝐗𝐈𝐄𝐓𝐘 :: tsukishima kei [HIATUS]Where stories live. Discover now