9. Hilang dan Hancur

9 3 7
                                    

LORI

Hari itu masih pagi buta, tetapi keributan di lantai bawah lebih ampuh membangunkanku daripada suara alarm. Saat aku keluar dari kamar, Neil sudah berdiri di depan tangga, dia mencegahku turun. Wajahnya sangat pucat, aku tahu dia sama takutnya denganku.

"Sudah berapa lama?" Aku berdiri di sebelahnya, turut memasang telingaku baik-baik.

Neil melirik arlojinya. "Sekitar sepuluh menit."

Dari sini aku dapat mendengar suara berat Dad membentak Mom penuh emosi, dan Mom juga berteriak tak kalah kencang. Kepalaku mendadak pusing. Ini sesuatu yang tak pernah kuharapkan. Entah mengapa dadaku mendadak terasa berat, seakan isinya bakal pecah kalau mereka tak berhenti sekarang juga.

Inikah yang sering disaksikan Neil selama ini?

"Apa hubunganmu dengan keluarga Moreno?! Bagaimana mereka bisa memberikan bantuan padamu?!" Dad menyinggung perihal pembersihan nama rumah sakit Mom di acara talkshow dengan ayah Kirk tempo hari lalu. Ternyata malam itu Kirk tak bisa menyusun naskah denganku karena ada sudah ada agenda bersama keluarganya. Dan sangat memgejutkan karena ayahnya balik membela Kirk dan membereskan masalah citra rumah sakit Mom.

"Sudah kukatakan tak ada! Itu hanya urusan bisnis!" Mom menegaskan, kali ini terdengar suara sesuatu seperti terbanting.

Aku menatap Neil bingung, dia hanya balas menggeleng padaku.

"Apa kau sudah memutuskan akan ikut siapa kalau mereka benar-benar akan berpisah?" Tanyaku padanya. Neil terdiam beberapa saat sebelum menjawabku. "Entahlah, yang jelas aku akan tetap bersamamu kemana pun kau pergi."

"Kenapa?"

"Karena jika salah satu atau keduanya berpisah mereka pasti akan bersama selingkuhannya dan belum tentu hidupku bakal jadi lebih baik. Setidaknya kalau bersamamu kita tak akan menderita sendiri-sendiri." Aku tak menyangka Neil malah lebih memercayakan hidupnya padaku meski aku berkali-kali mengusirnya dari hadapanku.

"Bagaimana kalau tidak ada yang mau mengurus kita? Kau mau kita jadi gelandangan?" Tanyaku agak menggodanya, setidaknya kami harus punya rencana jika benar-benar tak ada anggota keluarga yang mau mengurus kami.

"Kirk tak akan membiarkanmu jadi gelandangan. Minimal dia akan meminjamkanmu unit apartemennya di tengah kota," katanya sungguh-sungguh.

"Apa maksudmu?"

"Dia sepertinya menyukaimu," katanya dengan senyum miring jahil. Sial, malah aku yang digoda.

Aku melambaikan tangan skeptis. "Itu tak mungkin, lagi pula kami sudah lama tidak bicara bagaimana dia bisa menyukaiku."

"Tapi, bukankah beberapa bulan terakhir ini kan kalian seperti selalu bersama? Mana mungkin dia tak menyukaimu jika sampai melepas berkas pedaftarannya yang sangat prestisius itu, serta olimpiade yang sudah di depan mata." Neil menaikkan alisnya makin tinggi. "Oh, iya, temanmu si Doria Doria itu terus menggangguku dengan menanyakan kenapa kau selalu menolak ajakan hang out mereka. Kubilang saja kau sedang sibuk dengan Kirk."

Aku tak merasa Doria atau siapa pun di geng kami sering mengajakku keluar sejak kasus narkoba itu, tetapi aku tak ada minat untuk bertanya lebih lanjut. Sementara itu di lantai bawah pertengakaran Mom dan Dad tampak mereda dengan kepergian Dad setelah memecahkan sesuatu di ruang tamu. "Mereka sudah selesai. Aku mau sarapan, ada kelas pagi ini."

Kakiku sudah menuruni tangga lebih dulu saat Neil memekik kesal karena kuabaikan. "Hei! Malah mengelak, awas kau ya. Kemana pun kau pergi aku akan selalu ikut denganmu. Bahkan jika di neraka hanya ada kau, aku akan menemanimu!" Ujarnya lantang seraya menyusul turun.

Moonlight And RosesWhere stories live. Discover now