23. Keluarga dan Teman

3 0 0
                                    

LORI

Sejak kencan pertamanya dengan Kirk, entah mengapa aku merasa Ilesse jadi menghindariku bahkan dia jadi minta hanya sekali kencan dalam seminggu. Estimasi syuting kami kira-kira hanya dua sampai tiga minggu, artinya aku hanya perlu melihat mereka berdua bersama selama satu atau dua kali lagi. Entah kenapa juga aku jadi agak lega. Sepertinya sesuatu tak lagi membebaniku dan membuatku pusing. Bahkan Neil menangkap ekspresiku yang jadi lebih ceria.

"Kau sedang senang?"

Aku menoleh bingung. "Ya, sepertinya lumayan."

Dia menawarkan susu kotak yang baru dia ambil dari lemari pendingin di basecamp kami. Aku nengambilnya tanpa ragu, kardusnya hijau dan sesuai dugaanku isinya rasa teh hijau saat aku mulai menyesapnya.

"Biar kutebak, pasti karena si cewek aneh itu mengurangi permintaan kencannya dengan Kirk, kan?" Tanyanya kemudian.

Aku nyaris tersedak mendengar pertanyaannya. Dia malah menunjuk tepat di wajahku. "Aha, melihat reaksimu yang seperti ini pasti tebakanku benar." Neil terbahak di depanku, membuatku jadi kesal.

"Sembarangan," kataku setelah merasa agak lebih baik. "Orang tersedak harusnya tidak kau tertawakan," kataku kesal. Lagi pula aku tak peduli dengan siapa Ilesse berkencan."

"Tapi kau peduli kan soal siapa yang pergi dengan Kirk?"

Kali ini aku menendang tulang keringnya sebab aku melihat Kirk sekilas lewat di depan pintu tempat berkumpul kami. Dia sedang memeriksa peralatan untuk adegan selanjutnya. Sebenarnya syuting di awal musim panas bukan sesuatu yang bagus, cuacanya terlalu panas dan para pemeran mulai mengeluh karena kami kekurangan fasilitas pendingin. Bahkan Elijah yang bertugas sebagai videografer utama itu kulitnya mulai gatal-gatal karena kepanasan, dan membuat Kirk menggantikannya beberapa saat.

"Orangnya lewat tahu," kataku padanya.

Neil diam dan meminum susu berwarna merah muda di tangannya sambil melirik ke atas, seperti sedang mengejekku. Neil memang pakarnya membuat orang kesal. Dan suasana hatiku sedang bagus sampai-sampau tak mau cari gara-gara dulu dengannya.

"Siapa yang lewat?"

Kami terkejut dan menoleh secara bersamaan pada seseorang yang muncul di tengah-tengah belakang punggung kami. Gale dengan kopi kalengan dingin di tangannya ikut berjongkok dengan kami.

"Itu, aku sudah menceritakannya padamu kan."

Gale awalnya tak paham mendengar perkataan Neil sebelum akhirnya mengangguk. "Ohh, calon pacar Lori?"

Aku mendelik pada Neil, entah apa saja yang sudah dia ceritakan pada Gale sampai dia langsung bisa masuk dalam percakapan kami. Neil mengabaikanku dan mengangguk pada Gale. "Menurutmu apa hukumnya kesal setelah menyuruh seseorang berkencan dengan musuhnya?"

Gale berusaha menahan tawa dan mengelak dari tatapan garangku. "Ada orang cemburu yang tidak mau mengakui dia sedang cemburu ya?"

Neil memgangguk senang. "Inisialnya Lori Asano."

Gale menghalangiku saat aku berniat menendang kaki Neil lagi. Kali ini sepertinya perkelahian kami tidak akan mudah karena Gale entah bagaimana akhir-akhir ini selalu muncul sebagai wasit di antara kami. Beberapa hari yang lalu saat aku berebut kipas angin portabel dengan Neil, dia tiba-tiba datang dengan membawa AC yang entah didalat dari mana. Jadi basecamp kami sekarang punya AC. Setidaknya suasana di dalam tidak akan sepanas di luar.

Aku baru menyadari kalo Neil tadi tak memanggil namaku dengan lengkap. "Kenapa tak pakai Austin?"

Neil mendecak kesal. "Kau memangnya mau mengklaim dirimu anaknya tukang selingkuh yang bahkan sekarang jadi pelaku child grooming?"

Moonlight And RosesKde žijí příběhy. Začni objevovat