13. Euforia dan Eunoia

13 4 4
                                    

LORI

Aku tak ingat kapan terakhir kali aku merasakan perasaan senang ini. Hari ini, Kirk akan datang lagi ke rumahku setelah lima tahun dia absen dari kebiasaannya sarapan dan makan siang di sini. Pancake buatanku mungkin tak seenak buatan Mom—Neil yang mengonfirmasinya—tetapi aku tetap ingin memberikan suasana lama yang mungkin dia rindukan. Atau, mungkin hanya aku yang merindukan suasana ini. Entahlah. Yang jelas aku sedang senang hari ini.

"Mau ke mana kau?" Tanyaku saat melihat Neil sudah rapi dengan jaketnya sedang menuruni tangga.

"Makan malam di luar bersama Katarina," jawabnya tanpa melihatku. Aku menaikkan alis ragu. "Kau benar-benar punya pacar ya?"

Dia mendelik kesal sebelum membuka pintu dan pamitan. "Lagipula aku tidak akan lama, Katarina punya jam malam."

Lima menit setelah Neil pergi, bel pintu depan berbunyi. Satu-satunya maid yang belum pulang membukakan pintu dan mempersilakan Kirk masuk. Setelah itu aku menyuruh maid itu untuk pulang, tetapi dia masih melirik ke dapur, seakan takut terjadi sesuatu. "Nona, jangan memasak lagi kalau tidak ada saya."

Aku tersenyum kecut mengingat percobaanku membuat pancake beberapa saat lalu yang nyaris menghancurkan dapur Mom. "Tenang saja, aku cuma masak pancake dan terima kasih untuk makan malamnya."

Sekarang hanya ada kami berdua, aku tersenyum canggung pada diriku sendiri sebelum menemui Kirk yang sudah duduk di sofa ruang tengah bersama laptopnya. Dia mengenakan kaus putih, jins hitam, dan kemeja biru sebagai luarannya. Malam ini gaya berpakaiannya kelihatan lebih rapi daripada biasanya. Kalau dia seperti ini terus kan bakal terlihat lebih memeso‐

Sial, apa-apan pikiran ini.

"Kalau kau berpakaian seperti ini terus mungkin orang-orang akan lupa kau punya catatan sekolah yang jelek," komentarku pada penampilannya.

Ia mendongak dengan senyuman lebar, sial, aku mendadak panas melihatnya. "Menurutmu begitu?" Aku mengangguk pelan padanya, masih berusaha menenangkan diri. "Kalau begitu aku akan mulai mengubah gayaku jadi lebih berwarna." Dia tersenyum miring sebelum mempersilakanku duduk dan mengeluarkan sebotol sirup madu dari tasnya.

"Nenekku mengirim ini ke rumah kemarin, tetapi Mama sedang mengikuti saran makanan bergizi dari dokter keluarga kami, jadi kami belum mengonsumsinya karena tidak melalui proses pasteurisasi." Aku baru tahu keluarga Kirk mulai taat aturan terkait diet makanan tertentu, dulu mereka bahkan sepertinya jarang terlalu peduli ada makanan atau tidak di rumah mereka, maid dan koki yang menyiapkan mereka makanan justru lebih sering disuruh membawa pulang makanannya karena mereka lebih sering makan di luar.

Aku mengambil botol madu itu dan membawanya ke dapur, menyiramkan cairan kecokelatan di dalamnya ke piring yang diisi dengan susunan pancake buatanku hari ini—sebagian dibantu maid tentunya. Kirk tampak senang saat aku kembali dari dapur dengan pancake di tangan.

"Kau sendiri yang membuatnya?"

"Dibantu maid." Aku tak mau bohong, sebab aku memang tak terlalu jago memasak seperti Mom.

Kami tak banyak bicara saat makan, sebab Kirk terlihat sangat menikmati hidangannya. Aku jadi tak mau mengganggunya dengan pertanyaan receh.

"Jadi, kita akan menulis tentang apa?" Dia mulai bertanya ketika kami sudah selesai makan.

Aku jadi teringat sesuatu. "Siapa saja pemeran yang kita miliki?" Aku menatap jariku dan mulai mengabsen satu persatu dengan itu. "Ada Neil, kakakmu, sepupu perempuanmu, anak teater kenalanmu, dan teman jepangku."

"Dan ... ada temanku yang mengajukan diri, si Doria. Tetapi aku belum bilang padamu karena aku takut kau tidak akan setuju," lanjutku.

Kirk mengangguk paham. "Aku tak masalah asal temanmu punya pengalaman berperan, jangan yang seperti Liam atau Neil yang harus kita ajari menangis dulu."

Moonlight And RosesWhere stories live. Discover now