11. Prom dan Kriminal

11 3 6
                                    

LORI

Aku sudah minta maaf pada Kirk, tetapi sepertinya dia masih kesal. Ini sudah beberapa hari sejak aku memberitahu Liam kondisi proyek kami, tetapi dia masih tetap tak mau bicara banyak padaku. Memang salahku membeberkannya pada Liam tanpa memberitahunya lebih dulu.

"Apa kau akan terus-terusan menghindariku?" Kirk berhenti saat ia menuju kursi paling belakang. Kami sekelas di kelas sejarah lanjutan dan dia tak mau menatapku sejak tadi.

Mendengar bisikanku yang tajam, dia lantas menoleh dengan malas. "Aku sudah bilang padamu aku tak setuju dengan ide gilamu itu."

Aku agak tersentak sebab dia mengatakannya dengan penuh penekanan. "Kalau begitu apakah kau punya rencana yang lebih baik?"

Kirk tak menjawab. Aku memutuskan untuk lanjut mengoceh,"Tenggat waktu pengumpulan sudah di depan mata, dia bersedia membantu menulis ulang naskahnya kalau kita membiarkannya bergabung."

Aku dapat merasakan suasana di sekitarku mendadak terasa berat, dia melirik tajam padaku. "Kenapa harus Liam? Kau tahu aku tak menyukainya."

Dia benar, aku memang lancang sekali menyuruhnya membiarkan Liam bergabung dalam proyek kami padahal aku jelas-jelas tahu hubungan mereka sangat tidak baik.

"Bukankah sama saja dengan ketika kau membicarakan proyek ini dengan Neil tempo hari lalu di depanku?" Alih-alih berusaha meyakinkannya, aku tak mengerti kenapa malah kalimat itu yang meluncur dari bibirku.

Kirk mengangkat alisnya kesal. "Kau sedang balas dendam?"

Aku tahu ini tak akan berhasil. Bagaimana pun juga hubungan Kirk dan Liam itu sangat buruk dan aku dengan bodohnya masih berupaya meyakinkan keduanya untuk berada dalam satu proyek. Kalau saja aku laki-laki, aku yakin Kirk sudah menghajarku sekarang. Aku bukannya tak menghormati dia sebagai teman satu timku atau sengaja cari gara-gara dengannya, tetapi Kirk juga tahu kalau kami tak punya banyak waktu.

Aku menggeleng perlahan. "Bukan begitu...."

Belum sempat aku melanjutkan, Kirk sudah berlalu dan menempati kursi di pojok belakang. Bersamaan dengan itu Mrs. Wilbert datang untuk memulai kelas sejarah kami. Semua orang telah kembali ke mejanya masing-masing dan mengikuti kelas dengan begitu minat, kecuali aku tentunya. Aku beberapa kali melirik ke belakang, berharap Kirk setidaknya mau memikirkan kembali tawaran Liam. Tetapi, yeah, mungkin aku tak bisa banyak bermimpi dia akan cepat-cepat memaafkanku.

Hari ini sekolah terasa lebih panas daripada biasanya, beberapa anak tak mengenakan rompi dan kemeja putih seragam mereka. Aku menduduki kursi-kursi marmer di bawah pohon yang menghadap ke lapangan. Rasanya baru kemarin liburan musim semi, sekarang tanda-tanda musim panas akan dimulai sudah muncul. Aku tak tahu apakah aku akan ke Jepang atau ke tempat lain saat liburan nanti. Kondisi keluargaku sangat kacau, di Jepang hanya ada nenek dan di sini terlalu melelahkan. Aku takut mulai kepikiran menerima tawaran keluarga di daratan Jepang untuk menetap di sana.

"Sedang memikirkan apa?"

Doria menyodorkan sebotol soda dingin padaku. Di antara keempat temanku, Doria adalah salah satu yang masih sering berbicara denganku. Walaupun aku tahu dia cuma berniat basa-basi karena menyukai Neil. Aku menerima minuman yang dia berikan dan meneguknya sebelum menjawab, "kami kekurangan orang."

Matanya malah berbinar, semoga saja dia tak mengatakan apa yang kupikirkan.

"Aku mengambil kelas teater tahun lalu."

Oh, tidak-tidak. Semoga bukan yang kupikirkan. "So?"

"Kau tak mau mempertimbangkanku untuk bergabung?"

Ah, benar kan. Kenapa dia mendadak ingin bergabung? Jangan-jangan dia sudah tahu Neil ada di tim kami. Kalau benar begitu maka aku benar-benar tak mau dia bergabung. Bukannya fokus dengan naskahnya, dia mungkin bakal terus-terusan berusaha mendekati Neil. Lebih buruknya lagi, dia mungkin meminta peran yang dipasangkan dengan Neil. Walaupun Doria tak seekstrem itu, aku perlu berjaga-jaga, kan?

Moonlight And RosesOn viuen les histories. Descobreix ara