Flashback

1.3K 33 0
                                    

Flashback On

Alby adalah adik kandung dari Rian. Orang tua mereka lebih memperhatikan dan mencintai Rian, sehingga Alby merasa ditinggalkan dan ditelantarkan. Alby juga mengungkapkan rasa cemburu terhadap Rian karena saudaranya selalu sukses dalam hal akademik, sementara Alby tidak meraih prestasi apa pun.

Alby anak yang tidak pernah beruntung, kedua orang tuanya tidak menyayangi dirinya membuat dirinya menjadi lebih suka main keluar rumah bersama teman-temannya. Dibandingkan dengan Rian terus belajar, sampai mendapatkan nilai yang bagus di sekolahnya. Alby dengan Rian umurnya hanya beda 2 tahun, kata orang anak terakhir itu manja. Buktinya Rian sama sekali tidak dimanja oleh orang tuanya sendiri.

"Kamu hebat, sayang. Papah bangga padamu. Nanti, saat kamu dewasa, papah ingin kamu yang akan mengambil alih perusahaan. Papah yakin kamu mampu melakukannya."

Tama memberikan semangat dan dukungan pada anaknya, dirinya begitu cukup bangga dengan anak pertamanya selalu menjadi anak yang berprestasi.

Tama ingin, saat anak pertamanya sudah dewasa nanti. Rian bisa menggantikan posisi dirinya dikantor, perusahaan milik dirinya akan dialihkan untuk anak pertamanya saja. Karena dirinya lebih percaya dengan anak pertamanya itu.

"Kenapa harus aku, Pah? Lebih baik Alby yang mengambil alih perusahaan, aku belum merasa siap,"

Rian merasa belum siap untuk mengelola perusahaan ayahnya. Dirinya juga tak ingin adiknya itu marah dengan dirinya hanya karena harta saja.

"Alby itu anak nakal, selalu berkeliaran. Dia nggak pernah belajar di rumah seperti kamu. Bagaimana bisa dia menjadi bos? Yang ada, perusahaan papah malah bisa bangkrut jika dia yang mengelolanya," jelas Pratama, mengungkapkan kekhawatirannya tentang Alby yang cenderung nakal dan kurang fokus pada pendidikan.

Tama merasa bahwa Alby tidak akan mampu menjadi pemimpin dalam perusahaan keluarga jika dia terus seperti ini, bahkan mungkin berisiko membuat perusahaan bangkrut. Lihat kelakuan anak keduanya saja sudah membuat dirinya sangat pusing sekali. Dirinya tak mau anak keduanya mencari masalah dikantornya nanti.

Alby baru saja memasuki rumahnya, mendengar orang tuanya berbicara tentang perilakunya. Alby merasa diabaikan dan kurang dicintai di rumah, dengan semua perhatian lebih tertuju pada kakaknya daripada dirinya.

"Alby memang nakal dan mungkin belum menemukan tujuan. Tapi Alby juga ingin merasa dicintai oleh kalian. Mengapa kalian membenci Alby? Apakah Alby telah berbuat salah pada kalian? Kalian hanya menyayangi Rian, mungkin benar bahwa Alby bukan anak kandung papah dan mamah."

"Kamu tidak boleh berbicara seperti itu, Al. Papah dan mamah juga sangat menyayangi kamu, kok," tegur Rian dengan tegas. Dia tidak setuju dengan ucapan adiknya dan yakin bahwa orang tua mereka mencintai Alby, meskipun mungkin dengan cara yang berbeda.

"Diam lu! Mudah 'kan mendapat kasih sayang dari orang tua?"

Alby menatap Rian dengan tatapan sinis terhadap kakaknya yang selalu mendapat perhatian lebih dari orang tua.

"Kamu dari mana saja, baru pulang malam seperti ini?" tegur Pratama, menegur anaknya yang baru pulang larut malam.

"Bukan urusan Papah, bukannya Papah sibuk mengurus anak kesayangan Papah," sahut Alby dengan nada ketidakpuasan terhadap pengawasan orang tuanya. Ia merasa bahwa orang tuanya lebih mendukung kakaknya daripada dirinya.

"Seharusnya kamu mengikuti contoh kakakmu, fokus pada belajar bukan berkeluyuran di malam hari," ucap Pratama.

"Selalu saja Rian, semua yang Alby lakukan harus mengikuti dia. Alby juga punya hobi, tapi berbeda dengan dia. Alby merasa kesal pada kalian!" teriak Alby dengan penuh emosi, lalu meninggalkan mereka dan berjalan menuju kamarnya.

Empat tahun yang lalu, Alby berusia 23 tahun. Saat ini, dia merasa jatuh cinta pada seorang wanita cantik bernama Marsya. Dia merahasiakan perasaannya dan tidak menyadari bahwa saudara kandungnya juga menyukai Marsya.

Alby terkejut saat mendengar bahwa kakaknya akan dijodohkan dengan Marsya. Perasaannya hancur, merasa bahwa semua kebahagiaannya selalu diambil oleh kakaknya. Alby bertanya-tanya kapan dia akan dapat merasakan kebahagiaannya sendiri, terutama karena dia juga merasa bahwa orang tuanya tidak memberikan cukup kasih sayang kepadanya. Sekarang, dia harus menghadapi kehilangan cinta sejatinya.

"Maksud lu apa, merebut Marsya dari gue? Apa lu belum puas merusak kebahagiaan gue?" dengan amarah, Alby memarahi kakaknya yang tampaknya ingin mengambil perempuan yang dicintainya.

"Kamu salah paham, Al. Saya dijodohkan dengan Marsya. Saya nggak bisa menolak permintaan dari mamah dan papah."

Rian mencoba menjelaskan bahwa dia tidak memiliki pilihan dalam pernikahan tersebut dan hanya mengikuti keinginan orang tua.

"Gue nggak akan membiarkan lu hidup bahagia bersama Marsya, gue akan membuat lu berpisah dengan dia," ancam Alby dengan tegas, menunjukkan bahwa dia bertekad untuk menghalangi hubungan kakaknya dengan wanita itu.

"Kalau emang kamu cinta sama dia, kamu bisa langsung bilang ke papah. Supaya kamu yang gantiin posisi saya menikah sama Marsya."

Rian berpikir jika adiknya benar-benar mencintai gadis itu, maka dia bisa meminta orang tua agar posisinya digantikan oleh adiknya.

"Gue gantiin posisi lu, hahaha. Mana mungkin, papah cuma sayang sama lu. Lihat saja, gue nggak akan tinggal diam!"

Flashback Off

Tawaran Pelakor Bayaran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang