Mencari Rayna

642 17 2
                                    

Siang hari, Rian memperhatikan bahwa Rayna tidak berada di mejanya di kantor. Dia bertanya kepada salah satu karyawan, "Kemana Rayna pergi?"

"Rayna pergi ke toilet, Pak," jawab karyawan tersebut.

Setelah beberapa saat, Rian melihat Rayna keluar dari toilet. Tanpa ragu, dia mendekatinya. "Rayna, saya mau ajak kamu makan siang."

Rayna menatap Rian dengan dingin. "Maaf, Pak Rian. Saya tidak berniat makan siang bersama Anda hari ini."

Rian merasa kecewa, tetapi tekadnya tidak goyah. "Rayna, ini penting. Kita perlu membicarakan beberapa hal. Marilah kita makan siang bersama."

Rayna masih enggan, tetapi Rian bersikeras. "Tolong, Rayna. Ini masalah kerja yang penting. Kita perlu menyelesaikannya bersama-sama."

Meskipun masih marah terhadap Rian, Rayna akhirnya setuju untuk makan siang bersamanya. Meskipun suasana mungkin tidak menyenangkan, dia tahu bahwa menolaknya akan menimbulkan masalah di tempat kerja.

Rayna memandang keluar jendela, mencoba menenangkan diri di tengah kekacauan pikirannya. Dia merasa takut, marah, dan terluka oleh situasi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Bagaimana mungkin bosnya, orang yang seharusnya dia percayai dan hormati, menawarkannya hubungan yang tidak pantas?

Rayna terdiam, terkejut dan terguncang oleh kata-kata Rian. Wajahnya pucat, dan matanya memancarkan kebingungan dan ketakutan. Dia tidak percaya bahwa bosnya, yang sudah memiliki istri, mengungkapkan keinginan untuk menjadikannya wanita simpanan.

"Pak Rian, saya tidak bisa percaya apa yang Anda katakan," ucapnya dengan suara gemetar. "Saya tidak pernah bermaksud menggoda Anda. Saya hanya menjalankan tugas saya sebagai sekretaris dengan baik."

Rian menatap Rayna dengan ekspresi dingin, tanpa kesan penyesalan atas kata-katanya. "Rayna, saya menyadari itu. Tapi saya sudah lama merasa tertarik pada Anda. Dan saya pikir, kita bisa menjalin hubungan yang saling menguntungkan, tanpa harus mengganggu kehidupan pribadi kita masing-masing."

Rayna menelan ludah, mencoba menangkap pikirannya yang kacau. Dia merasa terjepit dalam situasi yang sulit dan tidak tahu bagaimana harus menanggapi permintaan yang tidak senonoh ini. "Pak Rian, saya tidak bisa menerima tawaran ini. Saya tidak ingin terlibat dalam hubungan yang tidak jujur dan tidak etis, terutama karena Anda sudah memiliki istri."

Rian mengangguk, tetapi tatapannya tetap dingin dan tidak berbelas kasihan. "Saya mengerti, Rayna. Tapi pikirkanlah baik-baik. Saya tidak akan memaksakan diri, tetapi saya pikir Anda akan menyesal jika menolak tawaran saya."

Rayna terdiam, tidak bisa menyembunyikan kebingungan dan ketakutannya. Dia merasa terjebak dalam situasi yang membuatnya merasa tidak berdaya dan terancam.

Perjalanan mereka dilanjutkan dalam keheningan yang tegang. Rayna merasa hancur dan terluka oleh tawaran yang tidak senonoh itu, sementara Rian tetap bersikap tenang dan dingin. Hati mereka dipenuhi dengan kebingungan dan ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tawaran Pelakor Bayaran Where stories live. Discover now