Senyuman yang menggoda

1K 21 0
                                    

Kami berdua sudah tiba di restoran, dan menurut Rayna, tempat ini sangat bagus. Bosnya membuat pilihan yang baik untuk makan siang kali ini.

Kami berdua pun duduk di kursi yang masih kosong, tempat restorannya ini begitu sangat ramai sekali. Sepertinya, makanan yang ada disini pasti enak-enak. Lihat saja, pengunjung restoran ini banyak juga. 

Rayna bertanya, "Pak, sering makan di sini, ya?"

"Biasanya saya suka makan di sini bersama istri saya." Rian memang biasanya makan ditempat restoran ini bersama istrinya saja.

"Bukannya Mbak Marsya pintar masak? Mengapa makan di luar?" pikir Rayna berpikir bukankah istri bosnya itu bisa masak juga, kenapa bosnya lebih memilih makan di luar.

"Tentu saja boleh makan di luar. Marsya memang pintar masak, tapi terkadang kita ingin menikmati makanan di restoran juga."

Rian menjelaskan kepada sekretarisnya, kalau dirinya juga ingin makan diluar bersama istrinya. Sekali-kali makan diluar pun tidak masalah juga.

"Bapak sangat beruntung memiliki istri sehebat Mbak Marsya. Cantik dan pandai masak."

Rayna merasa bosnya beruntung sekali memiliki istri secantik istri bosnya. Apa lagi istri bosnya itu pandai memasak, membuat suaminya semakin betah dirumah.

"Marsya memang pintar memasak, berbeda sekali dengan kamu yang hanya bisa membuat kopi asin. Bagaimana suami Anda bisa betah?" ejek Rian mengejek sekretarisnya yang sama sekali tidak bisa masak, berbeda dengan istrinya pintar masak.

"Pak, saya belum memikirkan pernikahan. Masih banyak beban dan fokus yang harus saya pikirkan." Rayna terkekeh, Di dalam hati dirinya sudah merasa kesal dengan bosnya. Tetapi dirinya sedang ingin mencoba mendekati bosnya itu.

"Sampai kapan kamu tidak mau menikah? Umur kamu sudah cukup dewasa." Rian penasaran, kenapa sekretarisnya itu masih belum ingin menikah. Padahal gadis itu sudah seharusnya menikah diusianya yang seperti ini.

"Umur saya baru 23 tahun, Pak. Saya ingin fokus pada karier dan keluarga saya."

Rayna hanya ingin fokus dengan karirnya dan dirinya pun masih banyak tanggungan keluarganya. Dirinya tak ingin membebani suaminya nanti, hanya membantu dirinya membiayai keluarganya.

Rian merespons, "Terserah kamu. Semua tergantung pada pilihan kamu."

Makanan kami sudah datang, dan kami berdua pun segera makan siang. Rayna menyadari ada nasi di bibir bosnya dan dengan refleks mengusap bibirnya. Tindakan itu membuat Rian terkejut dan jantungnya berdebar kencang.

"Maaf, Pak, tadi ada nasi di bibir Bapak," ucap Rayna sambil berusaha menjelaskan perlakuannya agar bosnya tidak salah paham dengan dirinya.

"Kenapa nggak pakai bibir kamu aja?" goda Rian ingin menggoda gadis itu, kenapa sekretarisnya tidak membersihkan bibir miliknya dengan bibir milik sekretarisnya saja.

"Jangan mesum Pak," ucap Rayna tersipu malu, wajahnya merah seperti kepiting rebus. Namun, balasan bosnya membuatnya tertawa kecil, dan itu adalah pertama kalinya ia melihat Rian tersenyum.

Tawaran Pelakor Bayaran Where stories live. Discover now