Pulang dari kantor

658 13 0
                                    

Rian melangkah keluar dari koridor kantor setelah menyelesaikan hari kerjanya yang panjang. Cahaya senja memperlihatkan siluet bangunan kantor yang menjulang tinggi di langit. Saat Rian melangkah keluar, dia melihat Rayna, sekretarisnya, sedang menunggu di depan pintu kantor, dijemput oleh Alby, adik kandungnya. Hatinya terasa berat melihat mereka bersama.

"Kenapa hatiku terasa sakit melihat mereka bersama? Apa mungkin aku menyukai Rayna?" pikir Rian.

Rayna terlihat begitu ceria, senyumnya merekah di wajahnya yang berseri. Mereka tampak sangat akrab, seolah-olah mereka sudah lama mengenal satu sama lain.

"Halo, Pak Rian! Sudah selesai kerja?" sapa Rayna.

"Ya, baru saja. Kamu mau pergi ke mana?" tanya Rian.

"Kami akan pergi makan malam. Rayna ingin mencoba restoran baru di kota ini," jawab Alby.

"Oh, begitu ya," ucap Rian dengan suara kurang meyakinkan.

"Kamu mau ikut, Pak? Kita bisa bertiga," ajak Rayna.

Rian merasa seperti dilempar ke dalam pusaran perasaan yang rumit. Dia ingin menolak, tapi tidak ingin mengecewakan Rayna.

"Ehm, tidak, terima kasih. Aku punya rencana lain malam ini," tolak Rian.

"Baiklah, mungkin lain kali kita bisa pergi bersama," kata Rayna.

"Ya, mungkin," jawab Rian.

Rian berjalan pergi dengan hati yang berat, membiarkan Rayna dan Alby melanjutkan perjalanan mereka. Dia merasa kebingungan dan bertanya-tanya tentang perasaannya yang tak terkendali terhadap Rayna.

Sesampainya di rumah, masih memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Seharian penuh bekerja, Marsya menunggu dengan sabar di ruang keluarga, menatap ke arah pintu, menanti kedatangan suaminya, Rian, yang baru saja pulang dari kantor. Matahari telah terbenam, dan ruang keluarga mereka diterangi oleh cahaya lembut lampu di langit-langit.

Saat Rian melangkah masuk, Marsya tersenyum hangat, mengangkat wajahnya yang lelah dari majalah yang sedang dia baca. Rian, bagaimanapun, terlihat agak terdiam, pandangannya kusam, mencerminkan pikirannya yang masih terhimpit oleh kejadian di kantor.

Tanpa membiarkan keheningan menyelinap, Marsya segera mendekati suaminya. "Halo, sayang. Bagaimana hari kerjamu?"

Rian mengangkat kepalanya, mencoba tersenyum. "Hmm, cukup sibuk. Beberapa hal memang membuatku sedikit terganggu."

Marsya merasakan ketegangan dalam suara Rian. Dia menepuk pelan lengan suaminya, mencoba memberikan dukungan. "Oh, maaf Mas. Kamu sudah tahu kan malam ini kita berencana pergi menonton bioskop? Apakah kamu masih ingat?"

Rian mengerutkan kening, seolah berusaha mengingat sesuatu. Namun, saat Marsya menyebutkan rencana mereka, dia tampak sedikit tersadar dari pikirannya yang terdalam. "Oh, ya, tentu saja. Aku hampir saja lupa. Terima kasih telah mengingatkanku, sayang."

Senyum kembali muncul di wajah Marsya. "Tidak masalah, sayang. Ayo, segera mandi dan bersiap-siap. Aku sudah menunggumu untuk menonton film yang kita tunggu-tunggu bersama."

Rian merasa bersyukur atas keceriaan dan pengertian Marsya. Dia meraih tangan istrinya dengan lembut. "Terima kasih, sayang. Aku akan segera bersiap."

Dengan hati yang lega, mereka berdua bersiap-siap untuk menghabiskan malam mereka dengan kesenangan dan kebersamaan, meninggalkan kekhawatiran di belakang dan menikmati momen mereka di bioskop.

Di kosan, Rayna terlihat cantik saat dia bersiap-siap untuk malam yang menyenangkan bersama Alby. Cahaya lembut dari lampu di kamarnya menyoroti wajahnya yang berbinar.

Tepat pada waktunya, Alby tiba untuk menjemput Rayna. Saat dia memasuki rumah kos Rayna, dia disambut dengan senyum hangat oleh Keyla, adik Rayna, yang sudah menunggu di ruang tamu.

"Om Alby! Selamat malam," sapa Keyla dengan ramah.

Alby tersenyum dan mengangguk. "Selamat malam juga, Keyla. Apakah kakakmu sudah siap untuk pergi?"

Keyla mengangguk riang. "Iya, dia sudah hampir siap. Ayo, mari masuk dan duduk sebentar di ruang tamu. Sementara itu, aku akan menemui kakakku di kamarnya."

Dengan senang hati, Alby mengikuti Keyla ke dalam rumah kos. Mereka duduk di ruang tamu, berbicara ringan sambil menunggu Rayna.

Sementara itu, Keyla berjalan ke kamarnya untuk menemui kakaknya. Dia mengetuk pintu dengan lembut sebelum masuk. "Kak, Alby sudah datang menjemputmu. Apakah kakak sudah siap?"

Rayna yang sedang memilih baju tersenyum melihat adiknya. "Ya, aku hampir selesai. Terima kasih, sayang. Ayo, kita turun bersama-sama."

Dengan gembira, Keyla dan Rayna bergabung dengan Alby di ruang tamu, siap untuk menikmati malam mereka yang menyenangkan bersama-sama.

Tawaran Pelakor Bayaran Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin