41. KERAGUAN

1K 161 26
                                    

Sesampainya di Klinik Chastnaya, Sembari mendongak ke atas menatap Gedung tinggi itu dari bawah. Alby bergumam, Rasanya sudah lama sekali.

Menunggu Kereta Veo di keluarkan Dari mobil, Alby masih setia menatap Klinik itu tanpa mengalihkan pandanganya, walaupun matahari yang terik memancarkan cahaya nya yang panas, Alby masih tidak terganggu sama sekali, Peluh yang keluar dari wajahnya pun  di biarkannya mengalir. 

"Bos."

Alby tersentak, Lalu kemudian menoleh. Menatap Leha yang sudah mendorong kereta Veo dengan Veo yang sudah berada di dalam keretanya mendekat ke arahnya.

Memegangnya, Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, Alby pun berjalan masuk. Mendorong kereta Veo masuk dengan Ekspresi datarnya. Dan tentu saja, Alby menjadi Pusat perhatian Oleh pasien, pengunjung maupun Perawat di sana.

Bagaimana tidak?, Aura Pria berduit dengan Mendorong kereta bayi seperti Sugar Daddy yang hot, Sedang mengunjungi istrinya, Siapa yang bisa mengalihkan pandangannya darinya?.

Seperti kebiasaan Alby, Pria itu mengabaikannya dengan terus berjalan ke masuk ke arah Lift khusus, Tetapi beberapa saat kemudian, Belum sempat ia masuk. Ia di hadang oleh Security di sana.

"Maaf pak, Lift ini tidak di gunakan untuk pengunjung."

Alby menatap Securtity itu dari atas sampai bawah. "Apa anda security baru?." tanyanya sopan.

"Ya?." Jawab security itu bingung.

Alby menghela nafas kemudian memperlihatkan kartu member sebagai seseorang yang di izinkan menggunakannya.  Seperti yang di duga, Security itu gelagapan.

Siapa yng tidak mengethui Tentang kartu itu?. Pemilik Klinik ini merancangnya khusus, Bagi siapapun yang memilikinya Akan mendapatkan Akses masuk kedalam Lift khusus itu.

Kenapa Alby punya kartu itu?. Asal kalian tahu, Butuh beberapa bulan untuk mendapatkan kepercayaan dari keluarga ini. Tidak hanya itu, Butuh koneksi dan kekayaannya juga, Sudah pernah ia bilang, Bukan?. Berurusan dengan client Rusia itu melelahkan.

"Maaf pak, saya tidak tahu."

Alby mengangguk, lalu kemudian ia kembali berbalik melangkahkan kakiknya masuk ke dalam Lift, sembari mendorong kereta dorong Veo lagi. Ketika sudah berada di dalam, Dengan ekspresi yang masih belum berubah, Ia pun menekan tombol  30. Lantai paling atas yang ada rumah sakit ini.

Setelah Pintu Lift tertutup, dan tentu saja di isi oleh Alby dan Veo saja, Alby menghela nafas. Jantungnya berdegup sangat kencang, Harapan yang tentu saja yang ia tunggu, Walaupun tampak mustahil, Dia harap itu benar benar terjadi.

Karena ini sudah kematian ketiga, Dia harap Eliot kembali ke tubuhnya dan menghabiskan sisa hidupnya bersamanya, Selamanya.

Dia ingin melihat tubuh yang awalnya terbaring di ranjang rumah sakit untuk beberapa tahun terakhir ini bergerak, Membuka matanya perlahan, melihat tatapan indah dari Mata yang tidak ia ketahui apa warna bola matanya itu. 

Sudah cuukup Lama Dia tidak mengujunginya, Dengan susah payah mencari tubuh dari Pria yang ia sukai itu, mengunjungi Setiap benua dan negara hanya mencari dan ingin tahu kondisi tubuh itu. JIka dia menemukannya, Ia harap, kalau Eliot akan terbangun pada tubuh itu lagi. 

Tetapi siapa sangka, Kalau dia kan menemukannya di Rusia, Dengan Pria tua yang menjadi Client nya lah yang menjadi Kakek Kekasihnya itu. Dan Tentu saja, Ternyata hanya harapan. Siapa sangka Eliot tidak kembali pada tubuhnya, Malahan ke tubuh Large.

Betapa sempitnya dunia, Tetapi saat dia mengetahui bahwa tubuhnya masih ada yang sedang menjalani pengobatan dengan uang dari keluarga Frans, Ia cukup lega. Tetapi ia juga sedikit kaget, Siapa sangka, kalau kekasihnya adalah penerus sah dari keluarga bangsawan kaya raya dari rusia.

"Hik,Hik."

Suara yang terdengar ketika Seseorang menahan tangisnya, membuat Alby langsung menyembulkan kepalanya, melihat kedalam kereta dorong Veo dimana Veo sedang mencibirkan bibirnya ingin menangis. Ah Alby sungguh lupa dengan Putranya Ini. 

Mengerutkan keningnya, Alby menatap Veo penuh tanya. "Ada apa, hmm?."Tanyanya, Yang tentu saja Tidak akan ada jawaban dari sana.

"Daddy memang tidak suka anak yang cengeng, Tetapi kalau kamu menahan tangismu, Itu juga bukan suatu hal yang baik." Ujarnya sembari mengangkat tubuh kecil Veo ke gendongannya, Dengan mengapit tubuh mungil di dadanya, dengan tangan kanan yang menahan Tubuh itu agar tidak jatuh.

Bersamaan dengan itu, Pintu Lift terbuka menampilkan suasana Sepi dengan kondisi ruangan yang indah. Keluar dari dalam lift dengan masih menggendong Veo di tangan kanannya, Sedangkan tangan kirinya mendorong kereta dorong Tuan Muda itu.

Berjalan dengan ritme langkahnya, Jantung yang masih berdegup sangat kencang seperti ingin melompat keluar, menatap lurus ke depan dengan melewati kamar demi kamar yang kosong, Kabarnya,  Semenjak Tuan muda Pemilik dari rumah sakit ini di tidurkan di sini, Lantai Paling atas dari gedung ini Sengaja di Kosongkan untuk Kesembuhannya, tetapi sudah berapa lama Lantai ini kosong?. 8tahun?. Ruangan yang terawat yang di bersihkan setiap harinya dan banyak Peralatan yang mahal, Seperti kamar VVIP pada umumnya, Yang membuat Tidak ada rasa takut yang akan di rasakan.

Alby meneguk ludahnya kasar ketika ia berada di ruangan Tujuannya. Ia menunduk, Menata hatinya yang bergerak kesenangan mengabaikan perintah otak nya.

Memegang Knop pintu sembari menghembuskan nafas dengan pelan, lalu dengan Hati hati ia mulai membukanya. mendongak, Lalu kemudian ia terdiam. 

Kosong. Tidak ada siapa siapa. 

Alby kembali mundur, Apa dia salah ruangan?. Mendongak menatap papan nomor ruangan yang ada di sisi pintu, Lalu Ia kembali melihat kedalam. Dia tidak salah. Ini Ruangan yang sama persis beberapa tahun yang lalu.

Lalu kemana Pasien yang ada di dalam?. Alby tidak bisa berfikir jernih, Semua dugaan dugaan buruk masuk kedalam otaknya. Kemana?.  

Dengan menggendong Veo di dalam gendongannya, Alby berlari menyusuri ruangan demi ruangan, Membuka pintu demi pintu, Masih berfikir kalau Tubuh Eliot pasti hanya di pindahkan ke ruangan yang berbeda. Tubuh yang lelah, karena tidak bisa tidur beberapa hari ini, ditambah dengan dirinya yang memaksakan tubuh untuk berlari Mencari di banyaknya ruangan di lantai ini. 

Tetapi, Di setiap ruangan yang ada, tidak ada satupun pria yang ia cari berada di sana, Kemana?, Dengan nafas yang ngos ngosan, Alby masih berkejar dengan harapnnya, Hingga akhirinya ia berhenti,

Ia di sadarkan dengan uluran tangan Veo yang kembali memegang pipinya, Alby menunduk lalu ia tersenyum."Daddy, baik Baik saja." Ujarnya, tetapi anehnya Air mata yang mengenang di kelopak matanya seketika turun membasahi pipinya.

Alby tersenyum dengan air mata yang keluar, menatap putranya yang masih meraba raba pipinya, Melihat Veo yang tidak tersenyum membuat alby menurunkan senyuman di wajahnya. Ekspresinya kembali datar dengan kantung mata yang menghitam.

tubuh yang meluruh di lantai, Ia memeluk Tubuh Veo dengan Erat sembari terisak, Dia tidak ingin menangis dan terlihat cengeng di depan putranya, Tetapi kenapa air matanya tidak kunjung berhenti?. 

Dengan terisak Alby masih setia memeluk Veo. Sepertinya ia kembali di tinggalkan, Apa Ini juga termasuk cinta?. Untuk sesaat Alby ragu dengan Perasaan yang ia miliki sekarang, kalau ini memang cinta, kenapa tampaknya dia yang selalu menderita?.

Ia bertanya tanya, Hingga tepukan pada bahunya Tiba tiba terasa. "Permisi."  lalu kemudian ia mendongak dengan masih memeluk Veo di dalam pelukannya.

TBC

Penuh Target kita lanjut lagi Ya, Cintaaa

[BXB] TRANSMIGRASI DOMINANT S2 : El & Al's new world! [END]Where stories live. Discover now