45. TIDAK ADA ALASAN UNTUK MENOLAK

1.3K 188 37
                                    

"Ahh.." Alby meringis, ketika Eliot menggigit lehernya membuat Tanda kepemilikan di sana yang membuat Alby sendikit mendorong tubuh Eliot menjauh.

"El..lepaskan! Apa yang kamu lakukan."

Eliot mengangkat wajahnya, dengan posisi membungkuk, lutut menjadi tumpuan di antara selangkangan Alby, dengan wajah serius nya, Ia menatap Alby sembari bergumam. "Nggak boleh?." tanyanya.

Alby meneguk Ludahnya kasar, Wajah yang saling Tatap dengan posisi wajah sangat dekat, Alby benar benar tidak bisa mengalihkan pandangannya dari posisi itu sekarang, Eliot Yang melihat begitu berkeringat nya Alby seketika bangkit, "Sepertinya Aku benar benar di tolak. padahal sudah berada di tubuh sendiri, mungkin hanya aku saja yang berharap." 

Alby yang mendengar perkataan Eliot seketika membulatkan matanya sempurna, Mana mungkin pria itu berfikir seperti itu?. Memang benar kalau dia menolak, Tapi dengan beberapa alasan yang masuk akal. ini bukan di waktu yang tepat melakukan ini. Tetapi,

"Ayo Pergi." Eliot berbalik, Ketika ia ingin melangkah kakinya pergi, 

Alby mengulurkan tangannya, memegang pergelangan tangan Eliot untuk tidak pergi. "Bukan  berarti aku tidak menantikannya."

Eliot yang merasakan pegangan pada lengannya seketika menoleh, menatap Alby yang sedang menatapnya dengan ekspresi datarnya memohon, Eliot tersenyum dalam hati, kemudian kembali berbalik berhadapan dengan Alby, Sisi ranjang sebagai tumpuan tangannya, Sedikit menodongkan tubuhnya kedepan, ia menatap Alby. "Kalau kamu juga menantikannya, Beri aku satu ciuman. Anggap saja sebagai hukuman karena telah menolakku."

Sungguh, eliot benar benar tahu bagaimana caranya membuat dia malu. Sungguh, Dia harus menata hatinya dulu tentang melakukan hal itu dengan tubuh yang Asli Eliot. Walaupun jiwanya adalah pria yang sangat ia kenal, tetapi tidak dengan Tubuhnya.. kalau boleh jujur, Tubuhnya benar benar asing.

Tetapi, Melihat Eliot yang sudah menutup matanya menunggu ia melakukan nya membuat alby berfikir untuk tidak bisa menolak, Dengan  perlahan Alby pun ikut menutup matanya, memiringkan wajahnya, Ia mulai menempelkan bibirnya kepada pria itu, 

Prangg!.

"Aww. Brengsek!"

Suara keras yang sangat jelas di telinganya membuat Alby sedikit terkejut, Apalagi dengan Suara Ringisan Dan Umpatan Eliot nyang tiba tiba terdengar, membuka matanya perlahan ia melihat Eliot yang meringis sembari memegang kepalanya, Alby masih bingung dengan keadaan yang terjadi sekarang, menoleh ia pun mendapati spatula yang berada di dekat dinding, Apa itu yang menabrak kepala Eliot?.

Tapi, Kenapa Itu ada di sini?.

"Siapa yang melakukan ini, Brengsek! ku bunuh, Sialan!!."

Eliot menoleh dengan masih memegang kepalanya kesakitan akan lemparan benda yang ia tidak ketauhi itu apa. dengan ekspresi nyalang dan tatapan mata tajam, ia menoleh. Hanya sebentar saja ekspresi itu bertahan, karena beberapa saat kemudian, ekspresinya sudah berubah dengan ekspresi ketakutan.

Seorang wanita dengan pakaian rumahan, Apron yang dililitkan di tubuh bagian depannya, wanita itu balik menatap Eliot tajam dengan memangku tangannya. "Apa yang baru saja kamu katakan, Bocah?. membunuhku?."

"Ma-ma?."

Mama?. Alby sedikit penasaran, panggilan dan kepsresi ketakutan yang di tunjukkan Eliot benar membuatnya penasaran, Menyembulkan kepalanya ke samping Eliot melihat sosok yang di takutkan Eliot itu. lalu kemudian ia terdiam, Dia paham sekarang.

Wanita itu berjalan mendekat dengan wajah marahnya membuat Eliot meneguk ludahnya kasar dengan peluh yang  mulai muncul di pelipisnya. "K-kenapa mama di sini?."

Anya semakin menatap Eliot tajam, "kenapa mama di sini, Katamu!."

Eliot mengangkat kedua tangannya, "El nggak melakukan hal yang buruk, Ma. Beneran, El bersumpah."

"oh, benarkah?. lalu kenapa?." 

"Ah,Ah... Aww.. Ma, Sakit,, ah awww,,"

Anya menarik telinga Eliot kasar sampai Eliot harus mengikuti tarikan pada Telinganya itu sembari mengaduh kesakitan. "Kenapa kamu tiba tiba ingin keluar Rumah sakit, padahal perawatan mu belum selesai. Apa ini Eliot?!. Kamu ingin bermain main kembali?. Berhenti merepotkanku, Bocah naka!." Anya semakin menariknya kuat membuat Eliot kembali mengaduh kesakitan,

"Ma, Aw, Ma sakit.. Aw.. El udah sembuh Ma.. Sudah baik baik saja."

"Jangan berbohong, Bocah!. Kamu ingin mati lagi! Kamu tahu apa yang terjadi kalau menggangguku memasakkan?!. Atau kamu kehilangan ingatanmu karena sudah lama mati, huh?."

"Aww. Aww,,  Ma.. El nggak ganggu Mama masak.. Aww.."

"Kamu masih tidak merasa bersalah?."

Alby yang melihat itu memicingkan matanya, sepertinya itu benar benar sakit. Tetapi dia tidak berniat untuk menolong Eliot, karena bagaimana pun ini pemandangan yang bagus untuk di tonton.

"Ahh,, Ah. Maa,, maaf Maaf.. Iya, iya El Salah."

Anya menghembuskan  nafasnya perlahan, lalu berangsur angsur melepaskan tarikannya pada telinga Eliot. Dengan menunduk dan memegang kedua pinggangnya. "Ok, kalau kamu tahu itu."

Eliot menggsosok gosok telinganya yang memerah, Menoleh menatap Alby dengan mencebikkan bibirnya."Al, Sakit.." adunya.

Alby mengangguk, Lalu kemudian mengangkat tangannya dan menepuk nepuk kepala Eliot lembut. "Pergilah Sakit." perintahnya dengan wajah datar miliknya.

Eliot tersenyum sembari merasakan perlakukan Alby yang menepuk nepuk kepalanya lembut yang membuat kenyamanan. Hal itu membuat Anya memperhatikan Interaksi mereka dengan menebak nebak tentang apa yang terjadi. 

"emm." Gumamnya yang membuat Eliot langsung membulatkan matanya sempurna. Dia melupakan kehadiran mamanya dinsini.

kembali menoleh, Menatap anya dengan senyum lebar pada wajahnya.

"Ka-"

Bruak!!

"AL!!. Gue nggak sanggup lagi!!."

Pintu yang di buka kasar sehingga menghantam dinding membuat Suara keras kembali terdengar membuat tiga orang yang berada di dalam ruangan itu seketika memfokuskan pandangannya ke arah Pintu. Datang satu lagi penganggu, membuat Eliot mendecih jengkel.

"Huaa... Huaa... Huaa.."

Seorang pria yang sedang menggendong bayi satu tahun yang sedang menangis di dalam gendongannya membuat suasana di dalam ruangan itu semakin berisik. "Al. Anak Lo nggak berenti nangis dari tadi, "

Tanpa melihat apa yang terjadi di dalam, Ferga berbicara dengan lantang sembari membujuk Veo untuk mulai diam, tetapi bukannya diam, Veo malah semakin menangis kencang.

Alby yang melihat itu langsung bangkit, Berjalan dengan tergesa gesa ke arah Ferga, kemudian merebut Veo dari dari dalam gendongannya. 

Betapa sulitnya Ferga membuat Veo berhenti menangis, tetapi dengan hanya gendongan tanpa mengatakan Apa Apa, Veo sudah berhenti menangis di tangan Alby.

Alby yang melihat Veo langsung berhenti pun tersenyum tipis. menghapus air mata dan ingus yang keluar pada wajah Veo, kemudian Alby mengelus pipi bayi itu lembut. "Anak Pintar."Ujarnya.

Pemandangan itu tidak bisa untuk tidak di lihat oleh Beberapa orang di dalam ruangan itu, Pemandangan itu benar benar menyilaukan dengan binar binar kebahagiaan.

Eliot yang awalnya tidak bisa mengalihkan matanya dari pemandangan Itu seketika tersentak, lalu kemudian berjalan mendekat ke arah Alby, memegang pergelangan tangan Alby sampai jari jari Eliot dan Alby menyatu, Eliot mengangkatnya sedikit tinggi dan memperlihatkannya kepada Anya.

Alby melihat apa yang dilakukan Eliot dengan bingung, Dia tidak tahu apa yang di fikirkan Eliot sekarang. Sampai apa yang di katakan pria itu membuatnya membulatkan matanya sempurna.

"Ini Kekasih El, percaya atau tidak, Anak Yang Didalam gendongannya Adalah Anak El dan Alby. Jadi, Tidak ada Alasan bagi Mama Untuk menolak dan menentang hubungan kami."

TBC

Target lagi ya cintakuu..

[BXB] TRANSMIGRASI DOMINANT S2 : El & Al's new world! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang