✨️UKS

55 35 0
                                    

Hai semua!
Jangan lupa vote dan komentar kalian ya!
Makasii✨️!
Happy reading🔥!

🌟
.
.
.

"Estelle! Di cari Kak Faro di depan kelas!" seru Adel dari depan pintu.

Tawa Flower terhenti seketika. Senyum Estelle dan rona merah di pipinyapun turut hilang. Tubuhnya mematung dan nafasnya tercekat.

Faro kembali? Dan menemuinya terang-terangan? Berbagai kemungkinan dari paling baik hingga paling buruk hinggap di kepala Estelle.

Flower merangkul bahu Estelle seolah mengatakan semua baik-baik saja.

"Gue temenin," ujar Flower.

Dengan gerakan kaku, Estelle berjalan di belakang Flower. Ia tak siap menemui Faro. Takut pria gila itu akan menyakitinya lagi.

"Mau apa lo!" ketus Flower ketika melihat Faro berdiri di samping pintu kelas.

Wajah Faro tenang seperti biasanya. Ia tak mempedulikan Flower. Tatapannya mengunci Estelle yang masih menunduk.

"Gue mau bicara berdua sama El."

"Tebel juga muka lo Kak! Mau ngomong apaan? Ngomong di sini langsung!" Flower tak bisa menahan kemarahannya. Ia muak pada Faro yang seolah tak punya salah itu.

"Lo diem! Gue mau ngomong berdua sama El! Nggak akan gue apa-apain juga! Ini sekolah lo mikir gue bisa ngapain dia di sini?"

Faro tak mau menunggu lama. Dia menyeret Estelle dengan kasar tanpa peduli Flower yang meneriakkan namanya. Juga anak-anak kelas Estelle yang mulai ricuh di luar karena teriakan Flower.

...

Sekuat apapun Estelle memberontak, tangan kirinya tetap tak terlepas dari genggaman Faro. Pria itu terlihat tak mengeluarkan tenaga sedikitpun dan tetap menyeret paksa Estelle yang mulai kelelahan di belakangnya.

Estelle sudah siap berteriak dengan suara toanya jikalau Faro membawanya ke tempat sepi. Namun, pria itu ternyata berhenti di pinggir lapangan yang teduh tertutup pohon. Tempat itu cukup dekat dengan kantor guru yang dan beberapa kelas.

Faro berbalik menatap Estelle yang nampak berkeringan namun tangannya begitu dingin dan wajahnya pucat pasi. Gadis itu masih menunduk, namun bisa Faro lihat bibir mungil itu mengerucut sebal. Ia yakin jika ia di kondisi normal, Estelle pasti sudah mengoceh padanya.

"Capek kan? Mau ngantin?" tanya Faro santai.

Estelle yang tadinya menunduk takut kini mendongak menatap Faro kesal. Walaupun pancaran ketakutan masih jelas di matanya. Bahkan terlihat dua netra itu berkaca-kaca.

"Lepasin," cicit Estelle.

Faro terkekeh gemas dibuatnya. Namun ia tak mau melepaskan tangan kecil itu. Faro sudah hafal akal bulus Estelle. Gadis itu pasti sedang memikirkan cara untuk kabur.

Tiba-tiba pandangannya teralihkan pada tangan kanan Estelle yang diperban. Ia ganti meraih tangan itu dan mengamatinya. Diamati pula pipi Estelle yang masih memar walau ditutupi make up tipis.

Helaan nafas terdengar dari Faro. Ia menatap lekat Estelle dan membukuk mensejajarkan tingginya dengan Estelle. Tangan kirinya meraih dagu gadis itu agar terus menatapnya.

"Ulah Celine? Gue liat videonya tapi nggak nyangka kalau separah ini."

Faro kemudian menglus pelan pipi itu. Membuat Estelle memejamkan mata takut.

"Ini kenapa parah banget memarnya?"

"Ulah Kak Faro juga," lirih Estelle namun masih dapat di dengar Faro.

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum