✨️Selamat Malam Selamat Tidur

19 11 1
                                    

Hai! Sebelum baca, boleh aku tanya sesuatu? Menurut kalian hal apa yang paling menyakitkan di dunia ini?

Nggak harus dijawab kalau nggak mau :)

Sekarang selamat membaca!✨️
Note : Baca sambil dengerin lagunya IU - Love Wins All pas malam-malam.👍🏻

Jangan lupa vote dan komentarnya dan jangan jadi pembaca gelap ya sayangku.😗

🌟
.
.
.

Pernah di suatu malam yang begitu dingin, Estelle merintih seorang diri. Rasa sakit di beberapa bagian tubuhnya kembali terasa.

Padahal baru siang tadi Elior membawanya paksa ke rumah sakit untuk diobati. Dan baru beberapa jam yang lalu ia masih bisa berdebat dengan Elior bahkan Gilang, melupakan sejenak sakit di tubuhnya.

Tapi kini saat ia mencoba tidur dalam kesunyian yang ada, sakit itu datang lagi. Ia mengutuk orang yang membuatnya berakhir seperti ini.

Pintu kamar yang tiba-tiba dibuka membuat Estelle menahan ringisannya. Ia melihat Elior yang mendekat. Pria itu duduk di sisi ranjangnya dengan raut teramat khawatir.

“El kenapa? Mana yang sakit? Ayo kita ke rumah sakit lagi. Gue nggak mau lo kenapa-napa.”

Estelle mendudukkan diri dan bersandar di kepala ranjang. Ia memaksakan senyum untuk mengurangi kekhawatiran pria itu.

“Sakit semua. Kek digigit semut rangrang hehehe. Elusin kak, sama ceritain sesuatu. Gue nggak bisa tidur.”

Helaan panjang terdengar dari Elior. Agaknya pria itu tau kebohongan Estelle yang menyembunyikan rasa sakitnya.

“Baring. Gue temenin sampai lo tidur.”

“Elusin kepala gue sambil cerita. Tangan gue sakit,” rengek Estelle.

Elior terkekeh geli namun tak urung ia tetap mengangguk.

“Yang sakit tangan kenapa yang dielus kepala hmm?”

Estelle mengerucutkan bibirnya.

“Kalau yang dielus tangan makin sakit lah kan kesentuh. Jadi kepala aja biar saraf gue tenang terus semua terus bisa tidur sambil dengerin cerita lo biar nggak sepi. Entar kalau sepi muncul suara mbak kunti kan nggak lucu.”

Elior hanya mendengus mendengar ocehan ngawur Estelle.

“Tidur yang nyenyak. Selamat malam sayang,” bisik Elior teramat lirih sembari terus mengelus kepala gadisnya dan mulai menceritakan semua hal random yang bahkan tak bisa dicerna oleh Estelle sepenuhnya.

Estelle ingat jelas tatapan lembut Elior yang mengantarnya sebelum tertidur malam itu.

Dan kini, Estelle dihadapkan pada keadaan yang nyaris serupa. Hanya bedanya, kini ia yang berada di posisi Elior kala itu. Dan mereka bukan berada di kamar apartemen melainkan kamar ICU.

Sejak masuk, Estelle disuguhi pemandangan yang membuat batinnya meraung pilu. Ia menahan mati-matian agar tidak menjadi lemah saat ini. Ia harus kuat untuk Elior.

Elior terbaring dengan perban yang membalut nyaris di seluruh tubuh pria itu. Hanya wajah dan kepalanya saja yang bersih dari perban. Meski begitu wajahnya penuh dengan lebam yang mengerikan dan beberapa luka kecil. Tapi Estelle tau, di balik semua perban itu, keadaan Elior pasti tak jauh berbeda dengan Flower.

“El elusin kepalaku sambil ceritain sesuatu.”

Estelle memaksakan senyum dan menuruti permintaan Elior untuk mengelus kepala pria itu. Tapi mulutnya kelu untuk sekedar mengucapkan sepatah kata.

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Donde viven las historias. Descúbrelo ahora