✨️Mantan / Si Jenius

34 23 0
                                    

Hai hai!🦁

🌟
.
.
.


“Elior! Kamu kok nggak nungguin aku sih ke kantinnya?!”

Elior mendesis kesal begitupun Vallen, Gilang dan Ancel.

“Heh Raya, lo nggak punya malu banget jadi orang! Udah tau si El punya cewek, masih ada lo tempelin!” hardik Ancel.

Gadis bernama Raya itu malah terus mendekat dengan senyum manisnya tanpa peduli tatapan tidak suka itu.

“El kamu kenapa kok kayak ngehindarin aku sih? Kamu nggak seneng ya aku pindah ke sini? Padahal aku pindah demi kamu loh,” ujar Raya lirih.

“Apa sikap gue kurang jelas? Lo minggir jauh-jauh sana! Lagian gue udah punya cewek!” jawab Elior dingin.

“Kalau gitu kita bisa temenan kan El?” mohonnya. “Kita udah kenal lama dan nggak dewasa banget kalau habis putus jadi asing gini El.”

Elior menatap tajam Raya yang kedua matanya sudah berembun.

“Lo lupa? Kita putus gara-gara tingkah lo sendiri. Dan lo lupa perkataan lo dulu waktu mutusin gue sepihak? Otak lo masih berfungsi kan?”

“Maaf El. Aku nyesel aku minta maaf,” isak Raya.

“Udah nggak guna! Sekarang yang terpenting jauh-jauh dari gue sama cewek gue!”

Setelah mengatakan itu Elior pergi diikuti keenam temannya. Vallen yang sedari tadi menahan diri untuk tidak memaki gadis di sebelahnya ini akhirnya buka suara.

“Lo bakal berurusan sama gue kalau lo berani ganggu hubungan Elior sama ceweknya,” desisnya penuh penekanan di tiap katanya. Ia lantar turut pergi menyisakan Raya seorang diri.

...

Flower bingung harus prihatin atau kesal pada iblis di sebelahnya ini. Sejak dari kantin Estelle terus menyumpalkan kripik kentang ke dalam mulutnya tanpa henti dengan raut suram. Hingga mendekati bel pulang, gadis itu sudah menghabiskan 5 bungkus kripik kentang ukuran large.

“Estelle! Kamu niat ikut pelajaran saya atau tidak sebenarnya?! Sejak tadi saya perhatikan kamu melamun, dan apa itu? Kamu makan?!”

Flower membelalak kaget. Ia kira sejak tadi Bu Dina tak memperhatikan mereka, makanya dia tenang-tenang saja sahabatnya makan.

Berbeda dengan Estelle yang masih meneruskan kunyahannya dan dengan tenang menelan makanannya.

“Iya bu saya makan. Bu Dina mau?”

Seisi kelas terutama Johan, Abel juga Loly mendesis kesal dan terang-terangan mengumpati gadis itu. Flower? Dia menutupi mukanya dengan kedua terlapak tangannya. Terserah akan diapakan Estelle setelah ini ia tak peduli.

“Tapi bu, saya sudah paham pelajaran Bu Dina, tenang aja,” lanjut Estelle.

Bu Dina tersenyum sinis. Ia awalnya akan menyembur murid menyebalkan itu, tapi sepertinya ia perlu mengubah rencana.

“Oh, sudah paham ya? Sini maju kamu kalau gitu!” titahnya sambil bersedekap.

Arogan sekali batin Estelle.

Gadis itu maju setelah membersihkan tangannya. Seisi kelas hanya mampu merapal doa agar gadis itu tak berakhir buruk di tangan guru killer tersebut.

“Jawab semua pertanyaan saya kalau memang kamu sudah paham.”

“Kalau saya bisa jawab semua, izinin kami sekelas buat langsung pulang. Kalau saya nggak bisa, saya bersihin semua toilet sekolah,” pinta Estelle. Raut datar juga ketenangan gadis itu sebenarnya sedikit membuat Bu Dina kaget. Tak biasanya bocah berisik ini bertingkah begini.

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें