✨️Sandwich Buatan Estelle

25 20 1
                                    

🌟
.
.
.

Luka di pipi dan telapak tangan Estelle telah diobati dengan baik. Tapi gadis itu masih menangis, bahkan tangisannya semakin kencang. Ia duduk memeluk lutut di sudut roof top tepat di balik tumpukan meja dan kursi yang sudah tidak dipakai.

Sejak tadi, tak ada seorang pun yang mendekatinya. Mereka ingin memberikan waktu dan membiarkan gadis itu mengeluarkan semua rasa sakitnya. Meski begitu hati mereka ikut teriris mendengar tangisan pilu itu.

Hingga satu jam tangisan Estelle mulai melemah, seseorang merangkul pundak ringkih Estelle sembari menyodorkan sebotol air mineral.

Jangankan menerima botol itu, Estelle bahkan masih setia menunduk dengan isakan lemah.

“Minum dulu. Suara lo bisa rusak kalau nangis kelamaan. Mau pita suaranya cidera?”

Mendengar itu Estelle segera meraih dan meminum air mineral itu hingga tandas setengah.

“Gue cuma nendang sama nampar dia. Dia sendiri yang mau ngelukain dirinya sendiri pakai cutter tapi gue rampas cutternya dan tangan gue luka,” ujar Estelle dengan suara yang benar-benar serak mengenaskan.

“Iya tau, lo nggak akan ngelakuin hal sesadis itu. Gue kenal lo dari kecil El.”

"Sakit Flo sakit banget. Kak Leo jahat Flo. Sakit banget hiks gue nggak kuat. Hati gue sakit banget gue mohon gue nggak sanggup hiks hiks dia jahat banget Flo," adu Estelle.

Flower tak mampu lagi menyembunyikan tangisnya. Ia memeluk sahabatnya erat. Ia kembali melihat Estelle hancur untuk kedua kalinya. Terlebih kali fisik sahabatnya harus turut merasakan kesakitan.

Flower mengenal baik Estelle sejak kecil. Estelle paling benci fisiknya terluka. Bahkan tertusuk jarum pun gadis itu akan menangis. Tapi beberapa waktu ini Estelle terus-terusan terluka.

Sebaik apapun Estelle menutupi luka itu dengan make up, Flower tetap bisa melihatnya. Dan hari ini adalah puncaknya. Wajah yang sangat Estelle sayangi dibuat mengeluarkan darah dengan begitu deras.

“Udah ya El. Berhenti gue mohon. Gue nggak bisa ngelihat lo luka lagi. Berhenti berurusan sama Elior gue mohon,” lirih Flower.

Flower terkejut kala Estelle mengangguk di pelukannya. Flower semakin memeluk Estelle erat dengan rasa syukur teramat dalam.

Perlahan Flower membantu Estelle untuk bangkit dan menuntun menuju sofa agar gadis itu tak duduk di lantai lagi.

Estelle tak mau mengangkat wajahnya. Ia terus menunduk begitu tiba di sofa. Di sana, orang-orang yang yang sejak tadi menunggunya masih lengkap.

“Ayo balik. Lo nggak bisa ngelanjutin pelajaran dengan kondisi kayak gini.”

“Bener kata Darrel. Urusan Eliorr biar gue sama Faro yang urus.”

Estelle mendongak dan menatap Galen juga Faro di depannya.

“Jangan. Biarin aja Kak. Please jangan apa-apain dia.”

“Lo masih belain dia?”

Estelle menggeleng. Ia beralih menatap orang di sampingnya yang tadi membopong serta mengobati dirinya dengan begitu sabar.

“Ini terakhir, Kak Kevin. Habis ini gue nggak akan berurusan sama Kak Leo lagi,” lirih Estelle.

Kevin mengehembuskan napas lelah. Ia sungguh ingin memaki Estelle saat ini.

“Oke ini terakhir. Setelah ini kalau  lo ingkar janji, gue nggak akan segan bikin perhitungan sama lo, Estelle,” ucap Faro tajam.

“Gue juga bakal nyebarin video Elior yang nganiaya lo tadi kalau lo ingkar janji. Biar si bangsat masuk sel sekalian!” timpal Galen.

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Where stories live. Discover now