✨️Putus

34 22 0
                                    

Malam-malam kayak gini di rumah sendiri plus hujan, itu hal paling nyebelin buat aku😭! Kalian ada yang sama juga??

🌟
.
.
.

UKS yang tadinya lumayan ramai, kini menyisakan dua anak manusia berbeda gender yang masih sibuk dengan makanan masing-masing.

Tak lama keduanya selesai, dan Estelle membuang sampah bungkus makanan mereka ke tempat sampah di luar UKS.

Saat hendak kembali masuk, langkahnya terkenti kala melihat Elior berjalan membelakanginya dengan seorang yang sangat ia benci. Meskipun pria itu tampak tak peduli dan hanya berjalan lurus, namun ia juga tak menolak kala tangannya dirangkul oleh Raya.

Estelle tak mau hanya berdiam diri dengan semua prasangka buruknya. Ia lantas berlari mengejar punggung keduanya yang mulai hilang ketika menaiki tangga menuju lantai dua tempat kelas 11 berada.

Ia baru dapat mendekati keduanya ketika sudah berada di lantai dua tepat di depan kelas 11 IPA 1 yang tak jauh dari tangga.

“Kak Leo!”

Teriakan Estelle yang cukup kuat membuat tak hanya Elior dan Raya, melainkan beberapa penghuni IPA 1 yang sedang jam kosong menoleh pada gadis itu.

Dapat Estelle lihat raut wajah terkejut Elior ketika menatapnya. Ia mendengus sinis dan berjalan mendekati keduanya.

“Kak Leo kenapa?”

“Kenapa apa?” tanya Elior balik sembari membenarkan surai coklat Estelle yang sedikit berantakan.

“Kenapa tadi marah sama Kak Faro sampai segitunya? Dan kenapa sekarang jalan sama dia?”

Elior menghentikan gerakannya. Ia menghela nafas berat dan menatap gadisnya.

“Omongannya Faro keterlaluan, Estelle. Dan kami jalan bareng karena aku habis dari ruang BK dan kebetulan papasan sama Raya. Kami sekelas jadi wajar kalau barengan kan?” jelasnya.

Estelle menggeleng.

"Kenapa kamu peduli sama perkataannya Kak Faro soal Raya? Itu bukan urusannya Kak Leo. Lagian bisa aja yang dibilang Kak Faro emang bener kan! Dan aku udah bilang jangan deket-deket Raya! Jalan sendiri kan bisa!"

Mata Elior menyorot tajam gadis di depannya. Wajahnya berubah datar seketika. Hal itu membuat Estelle semakin naik darah. Ia membalas sorot tajam itu tanpa takut.

“Eh udah jangan ribut,” sela Raya lembut. “Estelle, kakak minta maaf ya. Kakak nggak ada niat macem-macem. Kami cuma temenan dek. Dan bisa tolong berhenti benci sama kakak? Kakak salah apa sih dek sama kamu?” lanjutnya setengah terisak.

Estelle semakin mengerutkan keningnya tak suka. Ia menunjuk wajah Raya yang begitu memuakkan baginya. Emosinya terpantik seketika.

“Gue nggak ngomong sama lo bitch! Temenan? Ngerangkul cowok orang termasuk temenan hah?! Murahan banget jadi orang!”

“ESTELLE CUKUP!” bentak Elior.

Ia menjauhkan Estelle dari Raya dan berdiri diantara keduanya. Di pandangan Estelle, Elior seolah menyembunyikan Raya darinya. Dan itu membuatnya sesak.

“BERHENTI BELAIN DIA! MAU ORANG NGATAIN DIA JALANG ATAU APAPUN ITU BERHENTI PEDULI! APA SESUSAH ITU BUAT JAUHIN DIA?” murka Estelle tanpa peduli kini mereka menjadi pusat perhatian anak-anak kelas 11 yang ternyata sedang mengalami jam kosong masal itu.

Elior meraup wajahnya frustasi.

“Aku ngelakuin itu karena aku masih punya hati nurani Estelle. Tolong jangan bersikap childis aku mohon,” ujar Elior dengan suara yang mulai melunak. Ia cukup terkejut mendapati Estelle untuk pertama kali membentaknya sekuat ini di depan banyak orang.

ELLE  -La dernière lumière pour l'étoile-Where stories live. Discover now