Ch 41 - Blood and Laugh

216 28 14
                                    

Na Jieon terus menatap punggung lebar itu yang sedari tadi memunggunginya. Taehyung benar-benar istirahat dan tidur setelah membersihkan diri. Jieon sangat menyayangkan hal itu. Padahal, sudah seharian ini dirinya menunggu kepulangan sang suami dan menahan rasa rindunya.

Tetapi Jieon tidak bisa berbuat banyak. Ia tahu suaminya sudah bekerja seharian dan pastinya lelah. Maka dari itu memutuskan untuk istirahat lebih cepat. Jieon ingin sekali memeluk punggung kekar itu, namun ia tidak punya cukup keberanian untuk melakukannya.

Jieon tahu dirinya salah. Dan karena itulah ia tidak berani dan hanya mampu menahan rasa rindunya dengan memeluk bantal guling. Rasa-rasanya Jieon ingin menangis. Karena sebesar itu rasa rindunya pada Taehyung, tetapi hanya bisa diam padahal dia ada tepat di depannya.

Jieon memutar tubuh dan mereka akhirnya tidur sambil saling membelakangi. Jieon mencoba memejamkan mata dan berharap hari esok yang akan datang mereka berdua kembali seperti biasa.

Kenyataannya, di hari yang cerah dengan mentari pagi bersinar terang di atas sana, suasana hati Jieon benar-benar berbanding terbalik dengan semua itu. Harapannya pupus sudah mengira ia akan langsung berbaikan dengan suaminya begitu pagi tiba. Pikirnya semalam Taehyung hanya kelelahan makanya bersikap seperti itu.

Sambil menahan rasa perih di dadanya dan kedua matanya yang terasa memanas, dengan terpaksa Jieon memakan sarapan yang untungnya masih Taehyung siapkan. Ia tidak nafsu makan, namun Jieon masih memikirkan bayinya yang harus mendapat asupan.

Mendadak saja terasa sangat mual. Jieon beranjak dan mendorong kursi lalu berjalan cepat menuju dapur. Ia berdiri di depan wastafel, kemudian mencoba memuntahkan isi perutnya.

Dirasa sudah lebih baik, ia menyalakan keran dan membasuh mulutnya dan mengambil segelas air putih.

Bibirnya bergetar kelu, Jieon tidak tahan dengan situasi saat ini. Hatinya sudah terlanjur terjerat dan rasanya sangat hampa dan sakit ketika justru orang yang berharga baginya menghindarinya seperti ini.

"Kau belum minum vitamin." kepalanya mendongak ketika melihat seseorang meletakkan vitamin miliknya juga air putih. Taehyung tidak menatapnya, ia sibuk membuka bungkus vitamin itu dengan wajah tanpa ekspresi.

"Aku tidak bisa meminumnya. Rasanya mual." Jieon menggeleng trauma. Entah kenapa rasa mualnya kembali muncul ketika melihat benda kecil berwarna oranye itu.

"Mau ku larutkan saja?"

Jieon kembali menggeleng.

"Jangan seperti itu. Kau harus tetap meminumnya."

"Aku tidak mau meminumnya sebelum Oppa memaafkanku. Aku tidak bisa seperti ini." tiba-tiba saja Jieon langsung berbicara tepat setelah Taehyung menyelesaikan ucapannya.

"Maaf apa? Memangnya kau salah?"

Jieon mengigit bibir bawahnya getir. Ia meraih tangan suaminya dan mengecup punggung tangan itu beberapa kali. "Iya, aku salah. Kemarin aku pergi bersama pria lain tanpa izin suamiku. Aku pantas mendapat hukuman."

Taehyung masih diam memperhatikan hal tersebut. Sejenak ia memalingkan wajahnya dan meneguk ludah. Baginya ini sulit. Rasa-rasanya Taehyung ingin sekali memeluk dan mencium istrinya sekarang juga. Tetapi ia ingat kalau dirinya harus bersikap tegas sebagai suami.

"Aku marah sekali mengetahui kau makan bersama Sunghoo. Jika ingin apa-apa kau bisa menghubungiku. Dan biarpun nanti misal aku tidak bisa, aku akan menyuruh asistenku. Kau tidak perlu keluar. Aku khawatir padamu, apalagi sekarang kau sedang hamil. Aku tidak mau hal itu terjadi lagi. Cukup kali ini saja."

Jieon yang terus menunduk perlahan menganggukkan kepalanya patuh sambil mendengarkan tuturan kata dari suaminya yang terdengar lebih tegas dari biasanya.

This Yandere Boy is My Husband [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang