#58 - Haunted (Berhantu)

19.2K 1.1K 38
                                        

Ini semua terjadi tahun lalu di sebuah taman bermain terbengkalai tidak jauh dari kota tempatku tinggal. Taman itu ditutup sekitar dua atau tiga tahun lalu, dan aku sudah mendengar rumor kalau para tunawisma sering berkumpul disana. Adik laki-lakiku, seorang teman perempuanku, dan aku setuju pergi kesana untuk mengeceknya.

Untuk mencapai taman itu harus pergi melalui jalan di pegunungan, dan teman kami yang menyetir mobil. Saat itu sedang musim panas dan sangat pengap jadi kami membuka lebar semua kaca jendela di mobil. Setelah beberapa saat kami mulai menaiki gunung, aku mulai menyadari serangga beterbangan di sekitar bagian dalam mobil. Aku tidak banyak memperhatikan pada awalnya, tapi semakin jauh mengemudi, mereka menjadi semakin menggangu.

Aku bisa mendengar mereka terbang di sekitar kupingku, dan mereka terbang menuju mulut dan mataku. Kami semua cukup kelabakan karena serangga-serangga itu, jadi temanku menepikan mobil ke sisi jalan dan kami semua keluar. Segera setelah aku menutup pintu mobil dibelakangku, terdengar seekor anak kucing mengeong dari suatu tempat di dekat kami. Aku mengamati sekeliling dan melihat seekor kucing kecil berwarna putih di antara semak-semak bambu di samping jalan.

Kucing kecil itu awalnya takut, tapi kami mengeluarkan makanan ringan, menyobek roti, dan menebarkannya ke arah anak kucing itu. Awalnya kucing itu ragu-ragu, tapi perlahan menghampiri dan mendekat ke arah kami. Saat keluar melangkah dari bayangan, kami semua terperanjat. Kucing kecil itu sudah kehilangan kuping kanannya, dan darah sudah mengering di kepalanya. Mata kanannya juga terluka, dan melihat lukanya membuat hatiku pilu.

Aku penasaran mungkin seekor hewan buas telah menyerangnya, dan aku memutuskan untuk memberikan kucing itu seluruh makanan ringan kami dan berharap bisa membuatnya merasa lebih baik. Saat sudah mengosongkan roti terakhir, kami kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan ke atas gunung. Sesaat sebelum berangkat, aku melihat kembali ke arah anak kucing itu. Kucing itu sedang melahap potongan roti secepat mungkin, tapi dua burung gagak segera menyambar dari langit.

Aku tidak bisa bergerak, tapi adikku loncat keluar dari mobil dan mulai mengibaskan jaketnya pada burung-burung gagak itu. Mereka mengambil beberapa potong roti dan terbang. Temanku dan aku keluar dari mobil dan melihat apa yang telah terjadi. Anak kucing itu terbaring di atas tanah, darah mengucur dari wajah dan perutnya. Kami duduk di sampingnya hingga kucing itu menghembuskan napas terakhirnya.

Kami sepakat kalau menguburkannya adalah yang terbaik, kami membawanya kembali ke dalam semak-semak bambu tempatnya muncul pertama kali. Saat hendak menguburkannya, burung-burung gagak menuju kesana, dan mulai mengaok anak kucing yang sudah mati itu. Karena burung gagak kadang dapat menyerang orang, kami bergegas untuk menyelesaikannya secepat mungkin dan kembali ke dalam mobil.

Saat tiba di taman, kami berjalan menuju pintu masuk pegawai. Kami melihat sekeliling dan masuk ke dalam. Kami berjalan di sekitar sana sebentar, dan hal terburuk yang kami jumpai adalah serpihan kaca dan beberapa kondom tercecer dimana-mana. Kami mengambil beberapa foto dengan kamera polaroid, tapi tidak ada apa yang muncul di gambar. Dalam perjalan kembali ke mobil, mulai tampak keganjilan. Kami melewati sebuah rumah hantu dan menjumpai sebuah manekin dengan gaun merah yang terlihat seperti sudah dibuang. Manekin itu terbaring dengan punggung menghadap ke kanan.

Jangkrik-jangkrik mulai berbunyi sangat nyaring, dan dalam sekejap saja semua jangkrik seperti sedang mengirimkan sinyal yang tidak kami sadari. Kami semua menjerit kencang dan mencoba bersembunyi. Semuanya tampak hening setelah jangkrik-jangkrik itu pergi. Keheningan itu terasa tidak alami, seperti ada sesuatu yang sedang mengamati kami. Aku mulai bermandikan keringat dingin. Aku melihat temanku dan menyadari kalau tatapannya membeku, hanya menatap pada satu titik yang sama tanpa berkedip.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyaku, sambil memegang bahunya.

"Makenin itu... Bukankah tadi masih menghadap ke kanan?" suaranya bergetar, dan aku berpikir mungkin dia menangis.

Creepypasta Jepang (Horor) JapanOù les histoires vivent. Découvrez maintenant