Myungsoo membuang napas.
Ia melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah pukul lima lebih empat puluh sembilan. Sudah hampir malam. Ia mengarahkan pandangannya ke arah langit. Langit sudah sore, sebentar lagi akan gelap.
Myungsoo menendang kerikil yang berada dilewatinya.
Ini adalah hari keduanya di Jepang. Keluarganya pindah ke Jepang karena pekerjaan dan Myungsoo terpaksa ikut. Ia sudah merasa nyaman tinggal di Seoul. Ia punya banyak teman, dan pacar tentunya. Ah, tidak mungkin Myungsoo yang tampan hanya punya satu pacar. Ia punya banyak gadis di Seoul. Well, hanya sekedar untuk permainan.
Sekarang dengan terpaksa ia harus meninggalkan segalanya.
Myungsoo menendang kembali kerikil yang berada di jalanan itu.
Dia belum terlalu fasih berbahasa Jepang. Lagipula dia belum paham karakteristik gadis-gadis Jepang. Apa mereka akan mudah masuk ke dalam rayuannya? Aish, Myungsoo harus bisa memahami bahasa Jepang. Ia menyesal telah begitu acuh pada pelajaran bahasa Jepang di sekolahnya yang dulu.
Ia hanya berniat keluar dari rumah barunya untuk berjalan-jalan jam tiga sore tadi. Tapi sekarang? Ia tersesat. Ia tidak tahu jalan pulang ke rumah dan tempat itu sepi. Ia tidak melihat seorang pun disana.
Myungsoo berjalan dengan putus asa dan mendesah kesal. Sekarang ia harus mencari seseorang yang dapat membantunya pulang.
Semoga orang itu bisa berbahasa korea. Aish, tidak mungkin. Jadi bagaimana caranya ia bertanya? Menggunakan bahasa inggris? Dia juga kurang fasih berbahasa inggris.
Argh! Myungsoo mengutuk dirinya sendiri karena sering tidur dalam pelajaran apapun.
Seketika pandangan Myungsoo tertuju pada sebuah jembatan yang berjarak sekitar lima belas meter dari tempatnya berdiri. Ada sebuah Jembatan penyebrangan. Ia baru sadar tengah berjalan di jalan kecil di pinggir sungai.
Lalu ia melihat empat orang gadis yang mungkin seumuran dengan dirinya. Mereka memakai semacam seragam SMA. Myungsoo langsung tersenyum. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana jeans-nya. Berusaha memikat mereka dengan pesonanya.
Salah satu dari mereka melihat ke bawah-ke arah Myungsoo. Gadis itu tersenyum, kemudian merapikan rambutnya.
Myungsoo menghentikan langkah, memperhatikan gadis-gadis yang mulai saling berbisik. Mungkin membicarakan dirinya.
Myungsoo tersenyum kembali dan kemudian menyahut kecil.
"Can you help me girls? But, my japan isn't good!"
("Bisakah kalian membantuku? Tapi, bahasa jepangku belum fasih!")Mereka tersenyum dan kemudian mengangguk. Dua orang tampak menumpukan kedua lengannya di pembatas jembatan, seperti sedang mengagumi Myungsoo. Satu orang lagi masih merapikan rambutnya dan yang terakhir hanya tersenyum manis.
"You are able to speak english? Are you a korean?"
("Kau bisa berbahasa inggris? Kau orang korea ya?"Myungsoo hanya membalasnya dengan senyuman.
Gadis yang terakhir melambaikan tangannya.
"I'll be there. Wait for me~!
("Aku akan kesana. Tunggu ya~!")Gadis itu berbalik dan berjalan ke arah tangga yang menghubungkan antara jembatan dengan tempat Myungsoo berada. Belum sampai tangga, salah satu temannya berteriak. Myungsoo dapat mendengarnya.
" Shiori-chan! Dame!"
("Shiori! Jangan!")Gadis yang berlari-yang bernama Shiori-itu berbalik. Memandang tiga temannya bingung.

ESTÁS LEYENDO
Creepypasta Jepang (Horor) Japan
Terror#1 - Horor (12/9/2015) Negara Jepang unik dan mempunyai latar belakang sejarah yang berpijak pada hal supranatural. Masyarakat Jepang meyakini adanya kekuatan batin manusia yang dapat memasuki dimensi lain penuh kekuatan luar biasa. Dunia supranatur...