Takumi, Shoji, dan aku menatap sang biksu, tak sabar untuk mendengarnya melanjutkan ceritanya. Apa yang salah dengan bocah itu? Mengapa warga menjadi ketakutan melihatnya?
"Warna kulit anak itu penuh dengan lebam dan tubuhnya menggembung, seperti terisi air. Bola mata putih menonjol dari celah kedua kelopak matanya yang membengkak. Iris matanya terlihat menghadap ke atas. Ketika ia bernapas, terlihat buih keluar dari mulutnya. Dan suara aneh muncul ketika ia menjawab ibunya, suaranya terdengar seperti suara koakan burung gagak. Para penduduk melihat makhluk itu terkekeh dengan suara yang sangat aneh dan sang ibu mengelusnya dengan penuh kasih sayang. Mereka langsung kabur ketakutan."
"Sore itu, para penduduk berkumpul di rumah kepala desa, menceritakan semuanya. Saat sang kepala desa mendengar cerita mengerikan itu, dia sadar hal itu di luar kuasanya. Dia lalu memanggil seorang biksu terkenal yang merupakan nenek moyangku [catatan: pendeta Shinto diperbolehkan menikah].
Setelah mengetahui masalah ini cukup mendesak, dia segera pergi ke rumah keluarga itu. Ketika dia melihat sang anak, biksu itu segera menyeret ibunya dari rumah menuju ke kuil. Anak itu mengikuti mereka sambil mengeluarkan suara-suara aneh sepanjang waktu."
Mereka tiba di kuil dan sang biksu memaksa sang ibu masuk ke dalam kuil. Dia mencoba berbicara dengannya, namun dia hanya meronta, memaksa agar dipersatukan kembali dengan apa yang dia sebut sebagai anaknya."
"Lalu apa yang terjadi?" tanya Takumi.
"Kekeras kepalaan wanita itu terlalu kuat untuk mereka bendung. Dia berhasil meloloskan diri dan kabur dari kuil tersebut."
Biksu itu berhenti berbicara sejenak dan terlihat raut kekecewaan di wajahnya.
"Setelah itu, para penduduk kembali ke rumah wanita itu, namun baik dia dan anak menakutkan itu sudah menghilang. Saat mereka menggeledah rumah itu, mereka menemukan beberapa jimat sudah tertempel di pintu dan terdapat tumpukan sampah makanan membusuk di pojok ruangan. Bau busuk memenuhi rumah saat itu.
Aku langsung memikirkan lantai kedua hotel tersebut.
"Semua orang berpikiran hal yang sama. Sang ibu yang masih berduka atas kehilangan anaknya, melakukan ritual ilmu hitam di ruangan itu. Hal yang tak terbayangkan terjadi: usaha itu akhirnya melahirkan monster. Merasa tak mampu lagi berbuat apa-apa untuk wanita yang pertama, sang biksu dan para pengikut beranjak ke rumah wanita yang kedua. Namun, mereka lagi-lagi terlambat.
Sang ayah tampak hampir mati ketakutan di luar rumah, saat melihat monster yang diakui istrinya sebagai anak mereka. Sang biksu segera membacakan ayat kitab suci ke arah makhluk itu. Sang ibu berusaha untuk melindungi apa yang dia percayai sebagai anaknya dan mengutuk sang biksu dengan teriakan mengerikan."
Aku mulai berkeringat, meskipun itu hanya cerita.
"Para penduduk terlalu ketakutan untuk mendekat, namun biksu itu dan para pengikutnya mendekati ibu dan anak itu tanpa ragu-ragu. Mereka mencoba memaksa sang ibu untuk melakukan upacara penyucian ke kuil, seperti wanita pertama. Ia terus meronta ketika mereka membacanya. Sama seperti kasus yang pertama, makhluk itu juga terus mengikuti ibunya.
Namun, biksu itu terus melancarkan mantra-mantra ke arah makhluk itu sambil melemparkan garam ke jalan yang mereka lewati. Biksu itu akhirnya membawa wanita itu ke kuil kecil dimana kalian bertiga berdiam tadi malam. Ia diikat dan dikunci di dalam."
"Itu sangat mengerikan." Takumi merasa bersimpati padanya.
"Tak ada pilihan lain," jawab sang biksu, "Prioritas pertama mereka adalah memisahkan ibu dan anaknya. Tanpa melakukannya, mereka takkan bisa melakukan langkah selanjutnya."

YOU ARE READING
Creepypasta Jepang (Horor) Japan
Horror#1 - Horor (12/9/2015) Negara Jepang unik dan mempunyai latar belakang sejarah yang berpijak pada hal supranatural. Masyarakat Jepang meyakini adanya kekuatan batin manusia yang dapat memasuki dimensi lain penuh kekuatan luar biasa. Dunia supranatur...