Kenangan dan Surat-surat Cinta

2.8K 190 13
                                    


Author: knnthy


******

Jika ternyata kisah kita hanya sebentar. Anggap saja kau dan aku bertukar batu pijak agar selangkah lebih dekat dengan orang yang tepat - @falenpratama.

Bagaimana jika orang yang kamu cintai pergi begitu saja meninggalkanmu? Bukan pergi menjauh darimu, tetapi pergi ke dunia yang berbeda denganmu, meninggalkanmu sendirian meniti langkah untuk bertahan hidup. Kuberitahu kepadamu, rasanya sakit dan rindu akan bersatu dalam hatimu, menyebabkan dirimu sendiri seperti akan meledak hingga hancur berkeping-keping. Namun sayangnya semua perasaan itu diselimuti oleh rasa cintamu padanya yang menyebabkanmu selamat dari ledakan itu. Tapi satu yang terlewat, dirimu akan selalu merasa siap meledak.

Namanya Stephen. Laki-laki yang kucintai sepenuh hati. Tubuhnya tinggi semampai, selalu memikat orang di sekitarnya dengan senyum jahil khas di wajahnya, rambut cepaknya selalu berantakan seolah tak bisa disisir rapi—itu sebelum rambutnya berubah botak karena sesi kemoterapi. Duapuluhtiga tahun hidupnya banyak dihabiskan dengan kamera dan foto. Bahkan hingga saat terakhir hidupnya dia masih berkutat dengan kamera, mencoba mengambil foto terakhirnya. Foto diriku.

Dia bukan laki-laki the most wanted di kampus. Namun dia akan membuat semua orang tersenyum jika bersamanya. Bagaimana tidak tersenyum, jika semua orang yang dia anggap unik akan diabadikan dalam kameranya? Aku salah satu orang yang beruntung karena selalu diabadikan oleh kamera Sev —begitu aku memanggil Stephen—sekaligus diabadikan dalam hatinya.

Delapan tahun yang lalu, ketika Sev bersiap dengan kepergiannya, dia memikirkanku. Di tengah-tengah perjuangan dia melawan leukimia di tubuhnya, dia meluangkan waktunya untuk memikirkanku jika nanti dia pergi dan aku sendiri. Semenjak kepergiannya, aku kerap kali menemukan surat-surat cinta darinya di tempat-tempat penuh kenangan aku dengannya. Surat-surat cintanyalah yang membuatku tidak lama berkubang dalam kesedihan. Memberiku semangat dalam menyambut hari dan meyakinkanku bahwa Sev selalu ada di sampingku, mencintaiku sepanjang waktu.

Tepat di hari kepergiannya saat itu, aku hanya duduk di tempat tidurku. Masih belum percaya jika senyum terakhir yang diberikannya untukku adalah hal terakhir yang dia lakukan sebelum hembusan napas terakhirnya. Masih jelas dalam ingatanku bagaimana dia menggenggam tanganku—genggaman tangannya terasa dingin kala itu—dan dia memintaku untuk mengambil obat-obatnya dari nakas di samping pembaringannya.

Aku menghapus air mata dan melangkah ke laci meja kerjaku di rumah, bermaksud untuk mengambil bloknot baru. Bloknotku yang lama sudah habis aku isi dengan puisi-puisi pengharapan kesembuhan Sev, harapan jika aku bertunangan dengannya, menikah, hingga menjalani hari tua, dan kata-kata mutiara yang kusuka dari semua novel yang ku baca selama menemani Sev menjalani kemoterapi.

Di halaman pertama bloknot baruku itulah, aku menemukan surat cinta pertama dari Sev dari beberapa surat yang ditinggalkannya. Ketika membacanya, air mataku membuyarkan huruf-huruf dan kata perpisahan yang ditulis sendiri oleh Sev. Kata-kata di akhir suratnyalah yang kutangkap dengan jelas dan melekat di benakku hingga saat ini: "Kepada Athena-ku yang cantik. Terima kasih untuk tahun-tahun membahagiakan yang pernah kujalani bersamamu. Maaf aku harus meninggalkanmu. Aku akan selalu mencintaimu."

Bagaimana seseorang harus bersiap ditinggalkan oleh orang yang dicintainya? Kapan perasaan ini akan berakhir? Bagi dia, bagiku, aku harus tetap melanjutkan hidup. Aku tak bisa terus-menerus sedih karena kepergiannya. Setiap pagi, aku harus menyeret tubuhku untuk sekedar sarapan dan menyapa Bunda dan Ayah. Setiap harinya aku berangkat ke kantor yang memaksaku untuk terjebak kemacetan Jakarta yang membuatku hampir gila. Tetapi ketika aku sangat tidak menduganya, kehadirannya yang penuh kasih menungguku ketika aku menemukan surat-surat cintanya.

Kumpulan One ShotМесто, где живут истории. Откройте их для себя