Janji Pelangi

1.3K 57 4
                                    

Janji Pelangi

14 September 2014


Mentari sudah menampakkan diri saat Tiwi berlari kencang dari gerbang sekolah menuju lapangan. Hari ini adalah hari pertama gadis mungil itu di SMA Cendekia dan ia tak ingin terlambat. Rambut hitammnya berkibaran terkena kibasan angin, menjadikan dirinya pusat perhatian siswa-siswi yang telah berbaris rapi di lapangan. Dengan nafas tersengal-sengal, ia mencari barisan kelasnya dan menempatkan diri di belakang.

Nafasnya mulai normal ketika ia merasakan sebuah tepukan di pundaknya.

"Untung lo nggak telat," kata seseorang di belakangnya. "guru-guru di sini killer semua."

Terkejut, Tiwi menoleh dan melihat sosok yang jauh lebih tinggi dari dirinya. Seorang laki-laki dengan mata hitam, rambut acak-acakan tanpa topi, dan kulit sawo matang sedang tersenyum jahil padanya.

"Adi?"

Cowok itu membalas dengan senyuman yang sama. "Udah, ngobrolnya nanti aja," katanya. "upacara udah mulai."

Tidak ada percakapan diantara mereka setelah Tiwi kembali menghadap ke depan.

-:-:-:-


Setelah upacara pagi itu usai, siswa-siswi kembali ke kelas. Tiwi yang sedang mengeluarkan buku catatan tiba-tiba berhenti saat ada yang menghampiri mejanya.

"Lo saking kangennya sama gue sampe ikut-ikutan sekolah di sini, Tiw?" kata Adi sembari tertawa. "Sekelas, lagi."

Tiwi memutar kedua bola matanya. "Sori aja, ini cuma kebetulan. Amit-amit gua deket sama lo."

"Lah, kok sekarang kayak gitu sama gue?" tanya Adi kembali, "Padahal, gue suka sama lo."

Tidak menunggu lama, buku catatan yang tadi di meja Tiwi sekarang tergulung dan berada di muka Adi.

"Jaga mulut lo!" kata Tiwi, disusul oleh puluhan pasang mata yang menatap dirinya.


"Lo yang anak baru, diem!" kata seorang cewek berambut pendek. "Baru dateng udah bikin rame aja. Tuh, guru udah mau dateng!"

Tentu saja, Tiwi terpatung mendengar itu. Rasa takut, bingung, dan kesal bercampur aduk dalamnya. Adi yang melihat itu–sebagai "teman baik"—mendekatkan mulutnya ke telinga Tiwi.

"Itu Sarrah, ketua kelas di sini," bisik Adi. "tumben tuh dia marah. Biasanya dia malah ikut-ikutan teriak."
"Lah, kok dia galak gitu sama gue?"
Adi menjawab dengan mengangkat kedua bahunya. "Cemburu, kali."
"Maksud lo, Di?"
"Dia kan suka sama gue."
Catatan Tiwi kembali berada di muka Adi.
Omelan Sarrah pun terdengar kembali.

-:-:-:-


Saat bel pulang berbunyi, Tiwi ternyata tidak berjalan di koridor sendirian. Ada Adi yang menemani—atau bagi Tiwi, menjahili.
"Gue heran," kata Adi memulai percakapan. "Lo seharian kok nggak disuruh guru perkenalan di depan?"
"Palingan gue nggak keliatan di mata guru," jawab Tiwi. "Lo harusnya juga udah tau kalo gue nggak suka perhatian."
"Tapi, lo lagi jadi pusat perhatian sekarang," kata Adi kembali. "tuh, pada ngeliatin lo semua."
Tiwi yang sedari tadi tertunduk lalu melihat sekelilingnya. Benar, ada banyak siswi yang sedang menatapnya sambil berbisik-bisik. Kesal, Tiwi mempercepat langkahnya, membuat Adi melakukan hal yang sama. Ia baru mulai memberhentikan acara jalan cepat itu setelah berada di parkiran sekolah.
"Mereka tadi ngapain ngeliatin gue kayak gitu?"
Adi mengangkat bahu untuk kesekian kalinya hari ini. "Cemburu, kali."
Tiwi menghela nafas. "Yang suka sama lo emangnya sebanyak itu? Lo sepopuler itu?"
"Tiw, gue ini junior terpopuler di SMA Cendekia. Maaf ya, semua orang di sini tau nama gue."
"Lo berubah total, ya." kata Tiwi seraya menggelengkan kepala. Adi hanya tertawa mendengar itu. Pada saat itu juga, Tiwi melenggang pergi.
"Eh, Tiwi! Lo mau kemana?" teriak Adi.
"Gue mau pulang! Laper!"
"Ya udah, sini! Makan bareng!"
"Jijik!"
"Ya udah, jijik bareng!"
"NGGAK, ADI!"

Kumpulan One ShotTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon