Writing On The Wall

2K 110 5
                                    

Author: ismayakrisdaris

***


'Itu semua gue lakuin, karena sebenarnya gue sayang sama lo, Luna!" Aku menjabak rambutku frustasi. Sedangkan dia, menatapku tak mengerti. Matanya yang berkaca-kaca membuat hati ini seakan teriris.

Habis bagaimana lagi? Aku tak tahan lagi, perasaan ini terlalu sakit untuk terus dipendam. Aku juga tak bisa menyakiti diriku terus, karena melihatnya bersama orang lain. Namun, aku tau konsekuensinya bila mengakui hal ini. Dia akan menjauhi dan membenciku.

Dia, Sahabatku dari kecil. Dia, gadis yang diam-diam aku sayangi sejak lama. Dia, Luna Rosyana.

''Maksud lo itu apa sih, Van?'' Gadis itu mulai menangis. Tangannya memukul dadaku berkali-kali. Raut kecewa tergambar jelas di wajahnya. Ini membuatku semakin sakit. Bukan karena pukulannya. Tetapi karena, aku telah bodoh membiarkan gadis yang aku sayangi menangis. Terlebih, dia menangis karenaku.

''Lo, dulu yang nyuruh gue ngejar orang yang gue suka! Tapi kenapa, Van? Kenapa saat gue udah hampir mendapatkan dia, Lo malah ngancurin itu semua?" Dia menangis sejadi-jadinya. Suaranya semakin parau. Aku memeluknya erat, tak peduli dia meronta agar lepas dari pelukanku. Aku hanya ingin membiarkan dia menangis dalam dekapanku.

''Lo jahat, Van. Lo selalu bantuin gue saat gue terjatuh. Tapi kenapa saat gue hampir sampai ketujuan gue, lo malah dorong gue? Dan biarkan gue terjatuh lagi,'' lirihnya. Luna sekarang tak meronta lagi. Dia membalas pelukanku erat dan menenggelamkan wajahnya ke bahuku.

''Maafin gue, Lun. Gue udah jahat sama lo. Gue bikin cowo yang lo suka, benci sama lo. Itu karena selama ini gue sayang sama lo, Lun. Gue udah egois, mikirin perasaan gue doang. Tapi, gue gak bisa bohongin perasaan gue ini. Gue sayang sama lo, Lun. Gue gak mau kehilangan lo.'' Tanganku membelai rambut dan mengelus pundaknya lembut. Aku berusaha membuatnya semakin tenang dalam pelukan. Namun, sepertinya ada hal lain yang masih mengganjal dalam pikirannya.

''Besok, gue bakal pindah," ucapnya setelah melepaskan pelukan. Luna menundukkan kepalanya, tak mampu menatap aku yang terkejut akan perkataannya.

''Ap-Apa? Pindah?'' Mataku membulat sempurna mendengarnya. Aku benar-benar tak percaya. Luna akan pindah? Bagus, aku telah membuat gadis yang aku sayangi sakit hati lalu pergi meninggalkanku.

Luna hanya mengangguk lemah menanggapi pertanyaanku. Lalu dia memberanikan diri untuk menatap lekat mataku.

''Ke Singapura, Ayah ditugaskan di sana,'' tambahnya membuat hati ini semakin perih. Namun, aku mencoba tersenyum lebar untuknya. Supaya dia tak merasa bersalah karena akan pindah meninggalkanku.

''Gue akan selalu nunggu lo, Luna.'' Aku mencium puncak kepalanya, lalu kami kembali tenggalam dalam pelukan bersama.

"Kalau kita berjodoh, takdir akan membawa gue kembali."-Luna.

*************

3 Tahun kemudian ....

''Revan, ini ada surat cinta buat lo.'' Alif memperlihatkan surat berwarna pink kepadaku. Apa-apaan ini? Dasar anak ospek iseng. Aku tak mengerti jalan pikirannya.

''Buang aja!" balasku dingin. Alif terkekeh pelan, lalu menaruh surat itu ke laci meja kerjaku. Aku menatapnya tajam. Apa dia tak mendengar, apa yang barusan aku katakan?

''Jangan gitu, Van. Ceweknya cakep kok! Apalagi nerima lo apa adanya. Nerima lo, yang dingin dan cuek gini. Ini suatu kemajuan, bro! Jangan lo sia-siain cewe kaya gini.'' Alif tersenyum jahil lalu meninggalkan aku sendiri. Dasar, keras kepala sekali.

Kumpulan One ShotWhere stories live. Discover now