120 Days

1.9K 124 2
                                    

Author Ikaades

120 Days

"Karena sesuatu akan terasa lebih berharga saat udah enggak ada."

Karen berdecak sebal, dalam hatinya terus menyumpah serapah bos baru di kantornya, Kellan Mahardika. Pasalnya apa pun yang dikerjakan oleh Karen tampak selalu salah di mata Kellan. Hari ini Karen menyerahkan proposal hasil buatannya hingga ia tak tidur semalaman, namun proposal itu ditolak keras oleh Kellan. Kellan berasumsi bahwa isi proposal itu terlalu menye-menye dan tidak patut untuk dipresentasikan.

"Dasar direktur jahat! Gak ngerti apa kalo gua sampe begadang buat bikin gituan?! Rasanya pengen gue bunuh tuh direktur!" Karen berteriak meluapkan emosinya. Sudah tidak peduli lagi dengan kerumunan orang yang menonton dirinya saat ini.

"Apa yang sedang kalian tonton? Ayo bubar!" titah Pak Sena Mahardika, mantan direktur perusahaan ini. Sekaligus kakak kandung dari Kellan Mahardika.

Sontak semua orang menuruti perintah Sena. Pribadinya yang tegas dan bijaksana membuat para karyawan mudah tunduk padanya. Ditambah lagi dengan fisiknya yang mendekati sempurna dan usianya yang masih muda membuat banyak wanita mengaguminya, dan Karen adalah salah satu wanita itu.

"Eh? Pak Sena kok ada di sini? Pak Sena mau balik ke perusahaan ini lagi?" tanya Karen bertubi-tubi.

"Tidak. Saya kesini sengaja mau ketemu kamu, Karen."

Lidah Karen mendadak kelu. "Ke-ketemu sa-saya? Ada a-apa, Pak?" tanya nya dengan terbata.

*****

Kini mereka sudah duduk di sebuah kafe dengan dua gelas minuman di atas meja. Sena yang berinisiatif untuk mengunjungi kafe ini, agar ngobrolnya lebih santai, begitu katanya.

"Jadi, pak Sena mau ngomong apa?" tanya Karen terlampau penasaran.

"Saya denger Kellan sering marahin kamu, Ren. Apa itu benar?"

"Iya, Pak! Apa yang saya lakuin kayaknya selalu salah di matanya. Hari ini aja saya udah kena semprot. Proposal buatan saya ditolak mentah-mentah, abis itu saya dicaci-maki juga. Maunya apa sih, tuh orang?!" ucap Karen berapi-api.

Sena tertawa kecil selepas mendengar celotehan Karen. Pasalnya ia tak pernah melihat Karen meluap-luap seperti saat ini. Menurutnya ini lucu, sangat lucu.

"To be honest, Kellan itu sebenernya baik lho. Hanya saja dari dulu dia sudah salah pergaulan. Kehidupannya keras. Kerjaannya setiap hari cuma ngerokok kebal-kebul, bolak-balik klub malam buat minum, pas SMA juga langganan keluar-masuk BK." jelas Sena panjang lebar.

"Saya pengen dia berubah, makanya saya ajak dia buat gantiin posisi saya sebagai direktur. Awalnya emang banyak pertentangan, tapi akhirnya dia mau." lanjut Sena.

Karen hanya mengangguk mengerti. Padahal sebenarnya banyak benang kusut di kepalanya dan semua benang itu terangkai menjadi satu nama, Kellan Mahardika.

*****

Malam ini Kellan tidak pergi ke klub malam langganannya. Namun di sini lah ia berada, duduk menyendiri di ruangan yang sejak satu minggu lalu resmi menjadi miliknya. Ia menatap lurus ke depan, entah apa yang sedang dipikirkannya.

Tiba-tiba Karen muncul dari balik pintu.

"Kalo masuk ke ruangan atasan itu harus ketuk pintu!" gertak Kellan.

"Maaf, Pak. Saya kan gak tau kalo di dalem ada orang. Biasanya jam segini Pak Sena kan udah pulang. Jadi, saya kira--"

"DAN SAYA BUKAN SENA! DON'T YOU GET IT?!"

Kumpulan One ShotWhere stories live. Discover now